Jumat, 30 September 2016

KATA



A.    Hakikat Kata
Kata” dalam bahasa Indonesia dan Melayu Ngapak diambil dari Katha. Dalam bahasa Sansekerta, Katha sebenarnya berarti pembicaraan”, bahasa“, cerita” atau dongeng”. Dalam bahasa Melayu dan Indonesia penyempitan menjadi makna semantik kata”. Kata atau ayat merupakan unit bahasa yang mengandung arti dan terdiri dari satu atau lebih morfem. Umumnya terdiri dari akar kata tanpa atau dengan beberapa afiks. Kata dikombinasikan untuk membentuk frase, klausa, atau kalimat. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (1997) memberikan beberapa definisi dari kata:
·         Elemen terkecil dalam sebuah bahasa yang diucapkan atau tertulis dan realisasi kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam bahasa,
·         Percakapan, bahasa,
·         Morfem atau kombinasi morfem yang dapat diucapkan sebagai bentuk bebas,
·         Unit bahasa yang dapat berdiri sendiri dan terdiri dari morfem tunggal (misalnya kata) atau beberapa morfem gabungan (misalnya kata).
KBBI definisi pertama bisa diartikan sebagai leksem yang bisa menjadi isi kamus atau entri. Kemudian definisi kedua mirip dengan katha satu pengertian yang sebenarnya dalam bahasa Sansekerta. Kemudian definisi ketiga dan keempat dapat diartikan sebagai kombinasi morfem atau morfem. Berdasarkan bentuk, dapat diklasifikasikan ke dalam empat kata: kata dasar, kata turunan, kata ulang, dan kata majemuk.
Kata dasar adalah kata yang menjadi dasar bagi pembentukan sebuah kata turunan atau kata-kata berimbuhan. Mengubah derivatif kata karena membubuhkan atau imbuhan baik di awal (prefiks atau awalan), tengah (infiks atau sisipan), atau akhir (akhiran atau sufiks) kata-kata. Berdasarkan bentuk, dapat diklasifikasikan ke dalam empat kata: kata dasar, kata turunan, kata ulang, dan kata majemuk. Kata adalah dasar dari kata atau atas dasar pengalaman perulangan bentuk semua atau bagian dari senyawa sementara adalah kombinasi dari beberapa kata-kata dasar yang berbeda untuk membentuk makna baru. Dalam tata bahasa Indonesia standar, kelas kata dibagi menjadi tujuh kategori, yaitu:
·         Noun ( kata benda ) : nama-nama orang, tempat, atau semua benda dan semua dibendakan, seperti buku, kuda.
·         Kata kerja ( verb ) : kata yang menunjukkan tindakan atau rasa dinamis, misalnya baca, lari: Verba transitif ( membunuh ), Kerja kerja intransitif ( almarhum ), Pelengkap ( menikah ).
·         Kata sifat ( adjective ) : sebuah kata yang menggambarkan kata benda, misalnya keras, cepat.
·         Adverbia ( kata keterangan ) : kata-kata yang bersaksi kata tersebut tidak kata benda, seperti sekarang, agak.
·         Ganti (ganti) : kata pengganti kata benda, misalnya ia, itu : Yang pertama ( kami ), Orang kedua ( Anda ), Orang ketiga ( mereka ), Kata ganti posesif ( itu ), Kata ganti penunjuk ( ini, itu ).
·         Numeralia ( jumlah kata ) : mengatakan bahwa jumlah menyatakan benda atau hal-hal atau menunjukkan pesanan mereka berturut-turut, misalnya, satu, dua : Angka kardinal ( 1, 2, 3, dst. ), Nomor seri ( seperti di SKHUN ) .
·         Mengatakan tugas di luar kata-kata baik alih peran berdasarkan dapat dibagi menjadi lima subkelompok : Preposisi ( kata depan ) ( contoh: dari ), konjungsi ( hubungannya ) – koordinasi konjungsi ( dan ), konjungsi bawahan ( karena ), artikula ( kata sandang ) ( contoh:, si ) – Umum dalam bahasa Eropa ( seperti ), menangis ( menangis ) ( contoh: wow, wow ), dan partikel.
B.     Klasifikasi Kata
Untuk mendayagunakan bahasa secara maksimal, diperlukan kesadaran akan pentingnya pengayaan kosakat. Kesadaran itulah yang memotivasi kita untuk lebih rajin membaca.
Membaca merupakan kegiatan berbahasa yang secara aktif menyerap informasi atau pesan yang disampaikan melalui media tulis, seperti buku, majalah, dan surat kabar. Aktivitas membaca tidak saja dilakukan untuk menyerap informasi atau pesan yang diuraikan di dalam bacaan, tetapi membaca dapat juga dilakukan dengan tujuan menelaah unsur-unsur kebahasaan yang terkandung di dalamnya.
Dalam sebuah bacaan, terkandung banyak unsur bahasa yang berkaitan dengan makna kata dan ruang lingkupnya. Juga penggunaan gaya bahasa yang berhubungan dengan ungkapan dan bentuk-bentuk pemakaiannya. Pada bab ini, kita akan membahas dan menelaah unsur-unsur kebahasaan di dalam bacaan berkaitan dengan kata, bentuk kata, ungkapan, serta kalimat berdasarkan kelas kata dan makna kata. Kata merupakan unsur yang sangat penting dalam membangun suatu kalimat. Tanpa kata, tidak mungkin ada kalimat. Setiap kata mempunyai fungsi dan peranan yang berbeda sesuai dengan kelas kata atau jenis katanya. Secara umum kelas kata terdiri atas 5 macam, yaitu:
·         kata kerja (verba),
·         kata sifat (adjektif ),
·         kata keterangan (adverbia),
·         kata benda (nomina), kata ganti (pronomina), kata bilangan (numeralia),
·         kata tugas.
v  Klasifikasi Kata Kelas Terbuka.
·         Nomina
Ciri utama nomina atau kata benda dilihat dari adverbil pendampingnya adalah bahwa kata - kata termasuk kelas nomina.
ü  Tidak dapat didahului oleh adverbia negasi  tidak , Contohnya, kata-kata bulan, rumah dan pensil. Contoh tersebut tidak dapat didahului oleh adverbia negasi tidak.
ü   Tidak dapat didahului oleh adverbia derajat, (agak, lebih, sangat dan paling). Contohnya, kucing, meja, dan bulan.
·         Verba
Ciri utama verba atau kata kerja dilihat dari adverbia yang mendampinginya adalah bahwa kata-kata yang termasuk kelas verba.
ü  Dapat didampingi adverbia negasi tidak dan tanpa. Contoh, tidak dating dan tidak pulang.
ü  Dapat didampingi oleh semua adverbia frekuensi. Contoh, sering datang dan jarang makan
·         Ajektifa
Ciri utama  ajektifa atau kata keadaan dari adverbia yang mendampinginya adalah bahwa kta-kata yang termasuk kelas ajektifa.
ü  Tidak dapat didampingi oleh adverbia frekuensi sering, jarang, dan kadang-kadang, misalnya, sering indah dan jarang tinggi.
ü   Tidak dapat didampingi oleh adverbia jumlah, misalnya banyak bagus, dan sedikit baru
v  Klasifikasi Kata Kelas Tertutup.
·         Adverbia
Adalah kata keterangan atau kata keterangan tambahan, misalnya :
ü  berprefiks se- seperti sejumlah, sebagian, seberapa, dan semoga.
ü  berprefiks se- dengan reduplikasi, seperti  sekali-kali, semena-mena.
ü  berkonfiks se-nya, seperti sebaiknya, seharusnya, sesungguhnya dan sebisanya.
ü  berkonfiks se-nya disertai reduplikasi seperti selambat-lambatnya, dan  secepat-cepatnya
·         Preposisi
Preposisi atau kata depan adalah kata-kata yang digunakan untuk merangkaikan nomina dengan verba di dalam suatu klausa. Misalnya kata “di” dan “dengan” dalam kalimat. Contohnya : 
ü  Nenek duduk di kursi.
ü  Kakek menulis surat dengan pensil
·         Konjungsi
Konjungsi adalah kata-kata yang menghubungkan satuan-satuan sintaksis baik antara kata dengan kata, frase dengan frase, klausa dengan klausa, atau antara kalimat dengan kalimat. Contohnya :
ü  Ibu dan Ayah pergi ke socah.
ü  Dia tidak dating karena hujan lebat sekali.
C.     Pembentukan kata secara inflektif dan derivatif serta paradigmanya
Untuk dapat digunakan di dalam kalimat atau pertuturan tertentu, maka setiap bentuk dasar, terutama dalam bahasa fleksi dan aglutunasi, harus dibentuk lebih dahulu menjadi sebuah kata gramatikal, baik melalui proses afiksasi, proses reduplikasi, maupun proses komposisi. Pembentukan kata ini mempunyai dua sifat, yaitu pertama membentuk kata-kata yang bersifat inflektif, dan kedua yang bersifat derivatif.
·         Inflektif
Alat yang digunakan untuk penyesuaian bentuk itu biasanya berupa afiks, yang mungkin berupa prefiks, infiks, dan sufiks; atau juga berupa modifikasi internal, yakni perubahan yang terjadi di dalam bentuk dasar itu. Perubahan atau penyesuaian bentuk pada verba disebut konjugasi, dan perubahan atau penyesuaian pada nomina dan adjektif disebut deklinasi. Konjugasi pada verba biasanya berkenaan dengan kala (tense), aspek, modus, diathesis, persona, jumlah, dan jenis.
Sedangkan deklinasi biasanyaberkenaan dengan jumlah, jenis, dan kasus. Hanya bentuknya saja yang berbeda, yang disesuaikan dengan kategori gramatikalnya. Bentuk-bentuk tersebut dalam morfologi infleksional disebut paradigma infleksional. Verhaar (1978), menyatakan bentuk-bentuk seperti membaca, dibaca, terbaca, kaubaca, dan bacalah adalah paradigma infleksional. Dengan kata lain, bentuk-bentuk tersebut merupakan kata yang sama, yang berarti juga mempunyai identitas jeksikal yang sama. Perbedaan bentuknya adalah berkenaan dengan modus kalimatnya.
·         Derivatif
Pembentukan kata secara infektif, tidak membentuk kata baru, atau kata lain yang berbeda identitas leksikalnya dengan bentuk dasarnya. Hal ini berbeda dengan pembentukan kata secara derivatif atau derivasional. Pembentukan kata secara derivatif membentuk kata baru, kata yang identitas leksikalnya tidak sama dengan kata dasarnya. ( http://evietos.blogspot.co.id/2011/05/problematika-pembentukan-kata.html ).
Berikut ini merupakan pendapat para ahli mengenai infleksi dan derivasi.
·         Langacker, (Language and It’s Structure, 1973:78-79) menyebutkan bahwa ketika afiks derivasional dan infleksional melekat pada suatu kata dasar, ada kecenderungan yang kuat bagi afiks derivasional untuk lebih dekat dengan kata dasar tersebut jika dibandingkan dengan afiks infleksional. Misalnya, pada kata [darkens], sufiks [-en] menderivasi ajektiva dark menjadi darken ; kemudian sufiks infleksional s melekat pada kata hasil derivasi tersebut.
·         Scalise, (Generative Morphology, 1984 : 103) berpendapat bahwa afiks derivasional tidak dapat melekat pada kata yang sudah diinfleksi, namun afiks infleksional dapat melekat pada kata yang sudah diderivasi.
·         Katamba, (Morphology, 1993 : 50) menyebutkan bahwa afiks derivasional adalah afiks yang dipergunakan untuk membuat suatu leksem baru, baik dengan cara memodifikasi makna akar kata tempat mereka menempel, mengubah kelas gramatikal yang menyebabkan perubahan makna, maupuan mengubah sub-kelas gramatikal sebuah kata tanpa mengubahnya menjadi sebuah identitas kata yang baru.
D.    Klitika
Klitika merupakan morfem pendek yang terdiri atas 2 silabel atau paling tidak satu silabel. Morfem ini tidak bisa diberi aksen atau tekanan dan mengandung arti yang sulit dideskripsikan secara leksikal. Klitika juga tidak terikat pada morfem-morfem tertentu (morfem bebas). Namun ada kalanya klitika juga selalu terikat pada morfem - morfem tertentu ( morfem terikat ). Misalnya, klitika [ -pun ] dan [ -lah ]. Berdasarkan letaknya, klitika dibedakan menjadi 2 jenis yaitu :
·         Proklitika, merupakan klitik yang terletak di sebelah kiri dari suatu kata. "ku-" dan "kau-". Jika kata yang diiringi bisa ditambahkan "me-", maka tulisannya harus dirangkai. Contoh: kauambil. Namun, jika kata yang diiringi klitik "ku-" dan "kau-" tidak bisa ditambahkan awalan "me-", maka tulisannya dipisah. Contoh: kau pergi. 
·         Enklitika, merupakan klitik yang terletak di sebelah kanan dari suatu kata. ( https://uwiiesworld.wordpress.com/2011/04/27/morfologi/ ). Yang termasuk enklitik: "-ku", "-mu", dan "-nya". Penulisannya dirangkai. Contoh: perasaanku, cintamu. Khusus untuk "-nya", ia punya dua fungsi: klitik dan akhiran. Tentang "-nya" sebagai klitik lihat bahasan sebelumnya. Baik sebagai klitik, maupun akhiran, penulisan "-nya" harus dirangkai. Contoh "-nya" sebagai akhiran: turunnya. Khusus untuk unsur ketuhanan, "-Nya" dengan huruf kapital. Contoh: rahmat-Nya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar