A. Hakikat Morfologi dari beberapa
pakar
Morfologi
adalah cabang linguistik
yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa
sebagai satuan gramatikal.
Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh
perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Atau dengan
kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata
serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun
fungsi semantik. (http://id.wikipedia.org/wiki/linguistik).
Kata
Morfologi berasal dari kata morphologie. Kata morphologie berasal dari bahasa
Yunani morphe yang digabungkan dengan logos. Morphe berarti bentuk dan dan
logos berarti ilmu. Bunyi [o] yang terdapat diantara morphed an logos ialah
bunyi yang biasa muncul diantara dua kata yang digabungkan. Jadi, berdasarkan
makna unsur-unsur pembentukannya itu, kata morfologi berarti ilmu tentang
bentuk.
Dalam
kaitannya dengan kebahasaan, yang dipelajari dalam morfologi ialah bentuk kata.
Selain itu, perubahan bentuk kata dan makna (arti) yang muncul serta perubahan
kelas kata yang disebabkan perubahan bentuk kata itu, juga menjadi objek
pembicaraan dalam morfologi. Dengan kata lain, secara struktural objek
pembicaraan dalam morfologi adalah morfem pada tingkat terendah dan kata pada
tingkat tertinggi.
Itulah
sebabnya, dikatakan bahwa morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk
kata (struktur kata) serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap
makna (arti) dan kelas kata. (https://susandi.wordpress.com/seputar-bahasa/morfologi-2/).
Berikut kami sajikan pula pengertian morfologi
menurut para ahli:
Morfologi adalah ilmu bahasa yang mempelajari
seluk beluk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi
gramatikal maupun fungsi semantik (Ramlan, 1987: 21).
Morfologi adalah bidang linguistik yang
mempelajari morfem dan kombinasi-kombinasinya; bagian dari struktur bahasa yang
mencakup kata dan bagian-bagian kata yakni morfem (Kridalaksana, 1993: 51).
Morfologi adalah bagian dari tatabahasa yang
membicarakan bentuk kata (Keraf, 1984: 51).
Morfologi
adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa
sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta
pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti
kata. Atau dengan kata lain dapat
dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta
fungsiperubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi
semantik (Ramlan,1987:19).
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapatlah
dinyatakan bahwa morfologi adalah bidang linguistik, ilmu bahasa, atau bagian
dari tatabahasa yang mempelajari morfem dan kata beserta fungsi
perubahan-perubahan gramatikal dan semantiknya.
B.
Morfem
Morfem
merupakan satuan bahasa paling kecil yang menjadi sasaran kajian morfologi.
Apakah yang dimaksud dengan morfem? Abdul Chaer dalam bukunya yang berjudul
Morfologi Bahasa Indonesia mengatakan bahwa morfem adalah satuan gramatikal
terkecil yang memiliki makna (2008:7). Sedangkan menurut Zaenal Arifin dalam
bukunya Morfologi Bentuk dan Makna mengatakan bahwa morfem adalah satuan bahasa
terkecil yang mengandung makna. Hal serupa juga dikemukakan Ramlan, menurut
beliau morfem merupakan satuan gramatik paling kecil yang tidak
mempunyai satuan lain selain unsurnya (Ramlan, 1983 : 26). Bloch dan Trager
dalam Kushartanti (2001:120) mengatakan bahwa morfem yaitu semua
bentuk baik bebas maupun terikat yang tidak dapat dibagi ke dalam
bentuk terkecil yang mengandung arti. Dari pendapat para ahli tersebut dapat
disimpulkan bahwa morfem adalah satuan bahasa terkecil yang memiliki
makna.
Sebagai
contoh bentuk tulis adalah sebuah morfem karena tidak dapat dibagi
menjadi bentuk-bentuk terkecil lainnya serta mengandung makna atau arti
leksis. Bentuk meN- juga merupakan sebuah morfem, karena merupakan bentuk
terkecil bahasa Indonesia, walau tidak mempunyai makna leksikal, tetapi
mempunyai makna gramatikal.
·
Identifikasi Morfem
Morfem berasal dari kata “morphe”
yang berarti bentuk kata dan “ema” yang berarti membedakan arti. Jadi
sederhananya, morfem itu suatu bentuk terkecil yang dapat membedakan arti.
Berikut pengertian morfem menurut beberapa ahli:
ü
Morfem
adalah satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna (Chaer, 1994: 146).
ü
Morfem
adalah satuan bahasa terkecil yang maknanya secara relatif stabil dan yang
tidak dapat dibagi atas bagian bermakna yang lebih kecil; misalnya (ter-),
(di-), (pensil), dan sebagainya adalah morfem (Kridalaksana, 1993: 141).
ü
Morfem
adalah kesatuan yang ikut serta dalam pembentukan kata dan yang dapat dibedakan
artinya (Keraf, 1984: 52).
Berdasarkan beberapa pendapat
tersebut dapatlah disimpulkan bahwa morfem tidak lain adalah satuan bahasa atau
gramatik terkecil yang bermakna, yang dapat berupa imbuhan atau pun kata.
Untuk membuktikan morfem sebagai
pembeda makna dapat kita lakukan dengan menggabungkan morfem itu dengan kata
yang mempunyai arti leksikal. Jika penggabungan itu menghasilkan makna baru,
berarti unsur yang digabungkn dengan kata dasar itu adalah morfem. Contoh:
ü
Kata baik
dengan kata membaik, jadi dengan kata menjadi, dan sebagainya. Kata baik
mempunyai arti berbeda dengan kata membaik, karena kata baik terdiri dari satu
morfem, sedangkan kata membaik terdiri dari dua morfem yaitu morfem terikat
berupa me- dan morfem bebas berupa baik. Disini akan berbeda arti yang
terkandung di dalamnya.
ü
Morfem –an,
-di, me-, ter-, -lah, jika digabungkan dengan kata makan, dapat membentuk kata makanan,
dimakan, memakan, termakan, makanlah, yang mempunyai makna baru yang
berbeda dengan makna kata makan.
Untuk menentukan bahwa sebuah satuan bentuk merupakan
morfem atau bukan kita harus membandingkan bentuk tersebut di dalam bentuk
lain. Bila satuan bentuk tersebut dapat hadir secara berulang dan punya makna
sama, maka bentuk tersebut merupakan morfem. Dalam studi morfologi, satuan
bentuk yang merupakan morfem diapit dengan kurung kurawal ({ }) kata kedua
menjadi {ke} + {dua}.
Untuk
mengenal morfem secara jeli dalam bahasa Indonesia, diperlukan
petunjuk sebagai pegangan. Ada tujuh prinsip yang saling melengkapi untuk
memudahkan pengenalan morfem (Abdul Chaer, 2008:13-15), yakni sebagai berikut:
ü
Dua bentuk yang sama atau lebih
memiliki makna yang sama merupakan sebuah morfem. Umpamanya kata bunga pada
ketiga kalimat berikut adalah sebuah morfem yang sama.
Ø Ibu
membeli seikat bunga mawar untuk kakek.
Ø Ayah
menanam bunga melati di taman
Ø Bibit
bunga melati itu dibeli ayah di Bandung
ü
Dua bentuk yang sama atau lebih bila
memiliki makna yang berbeda merupakan dua morfem yang berbeda. Misalnya kata
bisa pada kedua kalimat berikut adalah dua buah morfem yang berbeda.
Ø
Adik bisa mengerjakan ulangan dengan baik
Ø Ayah
terkena bisa ular.
ü
Dua buah bentuk yang berbeda, tetapi
memiliki makna yang sama, merupakan dua morfem yang berbeda. Umpamanya, kata
sukar dan sulit pada kedua kalimat berikut adalah dua
morfem yang berbeda.
Ø Ayah sulit membaca
jika tidak menggunakan kaca mata.
Ø Sejak
terkena penyakit rabun senja ibu sukar melihat.
ü
Bentuk-bentuk yang mirip (berbeda
sedikit) tetapi maknanya sama adalah sebuah morfem yang sama, asal perbedaan
bentuk itu dapat dijelaskan secara fonologis. Umpamanya bentuk-bentuk
seperti be, ber, dan bel pada
kata-kata berikut adalah morfem yang sama.
Ø bekerja
Ø berujar
Ø belajar
ü
Bentuk yang hanya muncul dengan
pasangan satu-satunya adalah juga sebuah morfem. Umpamanya bentuk hitam legam,
kuning langsat, tua renta.
ü
Bentuk yang muncul berulang-ulang
pada satuan yang lebih besar apabila memiliki makna yang sama merupakan morfem
yang sama. Misalnya bentuk tulis pada kata-kata berikut adalah sebuah
morfem yang sama.
Ø menulis
Ø tertulis
Ø penulis
Ø ditulis
ü
Bentuk yang muncul berulang-ulang
pada satuan yang lebih besar (klausa, kalimat) apabila maknanya
berbeda secara polisemi, merupakan morfem yang sama.
Ø Kaki Adi
terantuk batu.
Ø Kaki meja
itu terbuat dari batu pualam.
·
Morf dan Alomorf
Morf dan alomorf adalah dua buah nama
untuk untuk sebuah bentuk yang sama. Morf adalah nama untuk sebuah bentuk yang
belum diketahui statusnya (misal: {i} pada kenai); sedangkan
alomorf adalah nama untuk bentuk tersebut kalau sudah diketahui statusnya. Atau
biasa dikatakan bahwa anggota satu morfem yang wujudnya berbeda, tetapi yang
mempunyai fungsi dan makna yang sama dinamakan alomorf. Dengan kata lain
alomorf adalah perwujudan konkret (di dalam penuturan) dari sebuah morfem. Jadi
setiap morfem tentu mempunyai alomorf, entah satu, dua, atau enam buah.
Contohnya, morfem meN- (dibaca:
me-nasal): me-, mem- men-, meny-, meng-, dan menge-. Secara
fonologis, bentuk me- berdistribusi, antara lain, pada bentuk dasar yang
fonem awalnya konsonan /I/ dan /r/; bentuk mem- berdistribusi pada
bentuk dasar yang fonem awalnya konsonan /b/ dan juga /p/; bentuk men-
berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya /d/ dan juga /t/; bentuk meny-
berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya /s/; bentuk meng-
berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya, antara lain konsonan /g/
dan /k/; dan bentuk menge- berdistribusi pada bentuk dasar yang ekasuku,
contohnya [menge]+[cat]= mengecat. Bentuk-bentuk realisasi yang
berlainan dari morfem yang sama tersebut disebut alomorf. (http://radhiatama.blogspot.co.id/2013/03/v-behaviorurldefaultvmlo.html).
·
Alternasi Alomorfemis
Morfofonemis
mempelajari perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan
morfem dengan morfem lain. Morfem ber-, misalnya, terdiri dari tiga fonem,
ialah /b, ə, r/. Akibat pertemuan morfem itu dengan morfem ajar, fonem /r/
berubah menjadi /l/, hingga pertemuan morfem ber- dengan morfem ajar
menghasilkan kata belajar. Demikianlah di sini menjadi proses morfofonemis yang
berupa perubahan fonem, ialah perubahan fonem /r/ pada ber menjadi /l/.
Kata kerajaan /k ə r a j a ? a n/ terdiri dari dua morfem, ialah morfem ke-an dan raja. Akibat pertemuan kedua morfem itu, terjadilah proses morfofonemis yang berupa penambahan fonem /?/ pada ke-an, hingga morfem ke-an menjadi /ke-?an/. Kata melerai terdiri dari dua morfem, ialah morfem meN- dan morfem lerai. Akibat pertemuan kedua morfem itu fonem /N/ pada morfem meN- hilang, hingga morfem meN- menjadi me-. (http://suluhpendidikan.blogspot.co.id/2010/04/morfofonemis-bahasa-indonesia.html).
Seperti halnya dengan fonem tertentu yang
direalisasikan secara konkret dalam bentuk alofon-alofon yang berbeda menurut
lingkungannya.kaidah-kaidah yang berlaku untuk alternasi alomorfemis ada dua
jenisnya: pertama adalah kaidah morfofonemis yang berupa fonemis, dan kedua
adalah kaidah alomorfemis yang tidak berupa fonemis. (http://tatacarabahasa.blogspot.co.id/2014/11/bab-7_4.html).
Bagus terimakasih sudah berbagi
BalasHapus