Senin, 26 September 2016

Morfologi sebagai cabang ilmu linguistik



A.     Hakikat Morfologi dari beberapa pakar
Morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik. (http://id.wikipedia.org/wiki/linguistik).
Kata Morfologi berasal dari kata morphologie. Kata morphologie berasal dari bahasa Yunani morphe yang digabungkan dengan logos. Morphe berarti bentuk dan dan logos berarti ilmu. Bunyi [o] yang terdapat diantara morphed an logos ialah bunyi yang biasa muncul diantara dua kata yang digabungkan. Jadi, berdasarkan makna unsur-unsur pembentukannya itu, kata morfologi berarti ilmu tentang bentuk.
Dalam kaitannya dengan kebahasaan, yang dipelajari dalam morfologi ialah bentuk kata. Selain itu, perubahan bentuk kata dan makna (arti) yang muncul serta perubahan kelas kata yang disebabkan perubahan bentuk kata itu, juga menjadi objek pembicaraan dalam morfologi. Dengan kata lain, secara struktural objek pembicaraan dalam morfologi adalah morfem pada tingkat terendah dan kata pada tingkat tertinggi.
Itulah sebabnya, dikatakan bahwa morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk kata (struktur kata) serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap makna (arti) dan kelas kata. (https://susandi.wordpress.com/seputar-bahasa/morfologi-2/).
Berikut kami sajikan pula pengertian morfologi menurut para ahli:
Morfologi adalah ilmu bahasa yang mempelajari seluk beluk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatikal maupun fungsi semantik (Ramlan, 1987: 21).
Morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari morfem dan kombinasi-kombinasinya; bagian dari struktur bahasa yang mencakup kata dan bagian-bagian kata yakni morfem (Kridalaksana, 1993: 51).
 Morfologi adalah bagian dari tatabahasa yang membicarakan bentuk kata (Keraf, 1984: 51).
Morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata.  Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsiperubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik (Ramlan,1987:19).
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapatlah dinyatakan bahwa morfologi adalah bidang linguistik, ilmu bahasa, atau bagian dari tatabahasa yang mempelajari morfem dan kata beserta fungsi perubahan-perubahan gramatikal dan semantiknya.

B.     Morfem

Morfem merupakan satuan bahasa paling kecil yang menjadi sasaran kajian morfologi. Apakah yang dimaksud dengan morfem? Abdul Chaer dalam bukunya yang berjudul Morfologi Bahasa Indonesia mengatakan bahwa morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang memiliki makna (2008:7). Sedangkan menurut Zaenal Arifin dalam bukunya Morfologi Bentuk dan Makna mengatakan bahwa morfem adalah satuan bahasa terkecil yang mengandung makna. Hal serupa juga dikemukakan Ramlan, menurut beliau morfem merupakan satuan gramatik  paling kecil yang tidak mempunyai satuan lain selain unsurnya (Ramlan, 1983 : 26). Bloch dan Trager dalam Kushartanti (2001:120) mengatakan bahwa morfem yaitu semua bentuk  baik bebas maupun terikat yang tidak dapat dibagi ke dalam bentuk terkecil yang mengandung arti. Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa morfem adalah satuan bahasa terkecil yang memiliki makna.

Sebagai contoh bentuk tulis adalah sebuah morfem karena tidak dapat dibagi menjadi bentuk-bentuk terkecil lainnya serta mengandung makna atau arti leksis. Bentuk meN- juga merupakan sebuah morfem, karena merupakan bentuk terkecil bahasa Indonesia, walau tidak mempunyai makna leksikal, tetapi mempunyai makna gramatikal.

·         Identifikasi Morfem
Morfem berasal dari kata “morphe” yang berarti bentuk kata dan “ema” yang berarti membedakan arti. Jadi sederhananya, morfem itu suatu bentuk terkecil yang dapat membedakan arti. Berikut pengertian morfem menurut beberapa ahli:
ü  Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna (Chaer, 1994: 146).
ü  Morfem adalah satuan bahasa terkecil yang maknanya secara relatif stabil dan yang tidak dapat dibagi atas bagian bermakna yang lebih kecil; misalnya (ter-), (di-), (pensil), dan sebagainya adalah morfem (Kridalaksana, 1993: 141).
ü  Morfem adalah kesatuan yang ikut serta dalam pembentukan kata dan yang dapat dibedakan artinya (Keraf, 1984: 52).

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapatlah disimpulkan bahwa morfem tidak lain adalah satuan bahasa atau gramatik terkecil yang bermakna, yang dapat berupa imbuhan atau pun kata.
Untuk membuktikan morfem sebagai pembeda makna dapat kita lakukan dengan menggabungkan morfem itu dengan kata yang mempunyai arti leksikal. Jika penggabungan itu menghasilkan makna baru, berarti unsur yang digabungkn dengan kata dasar itu adalah morfem. Contoh:
ü  Kata baik dengan kata membaik, jadi dengan kata menjadi, dan sebagainya. Kata baik mempunyai arti berbeda dengan kata membaik, karena kata baik terdiri dari satu morfem, sedangkan kata membaik terdiri dari dua morfem yaitu morfem terikat berupa me- dan morfem bebas berupa baik. Disini akan berbeda arti yang terkandung di dalamnya.
ü  Morfem –an, -di, me-, ter-, -lah, jika digabungkan dengan kata makan, dapat membentuk kata makanan, dimakan, memakan, termakan, makanlah, yang mempunyai makna baru yang berbeda dengan makna kata makan.

Untuk menentukan bahwa sebuah satuan bentuk merupakan morfem atau bukan kita harus membandingkan bentuk tersebut di dalam bentuk lain. Bila satuan bentuk tersebut dapat hadir secara berulang dan punya makna sama, maka bentuk tersebut merupakan morfem. Dalam studi morfologi, satuan bentuk yang merupakan morfem diapit dengan kurung kurawal ({ }) kata kedua menjadi {ke} + {dua}.

Untuk mengenal morfem secara jeli dalam bahasa Indonesia, diperlukan petunjuk sebagai pegangan. Ada tujuh prinsip yang saling melengkapi untuk memudahkan pengenalan morfem (Abdul Chaer, 2008:13-15), yakni sebagai berikut:
ü  Dua bentuk yang sama atau lebih memiliki makna yang sama merupakan sebuah morfem. Umpamanya kata bunga pada ketiga kalimat berikut adalah sebuah morfem yang sama.
Ø  Ibu membeli seikat  bunga mawar untuk kakek.
Ø  Ayah menanam bunga melati di taman
Ø  Bibit bunga melati itu dibeli ayah di Bandung
ü  Dua bentuk yang sama atau lebih bila memiliki makna yang berbeda merupakan dua morfem yang berbeda. Misalnya kata bisa pada kedua kalimat berikut adalah dua buah morfem yang berbeda.
Ø  Adik bisa mengerjakan ulangan dengan baik
Ø  Ayah terkena bisa ular.
ü  Dua buah bentuk yang berbeda, tetapi memiliki makna yang sama, merupakan dua morfem yang berbeda. Umpamanya, kata  sukar  dan sulit  pada kedua kalimat berikut adalah dua morfem yang berbeda.
Ø  Ayah sulit membaca jika tidak menggunakan kaca mata.
Ø  Sejak terkena penyakit rabun senja ibu sukar melihat.
ü  Bentuk-bentuk yang mirip (berbeda sedikit) tetapi maknanya sama adalah sebuah morfem yang sama, asal perbedaan bentuk itu dapat dijelaskan secara fonologis. Umpamanya bentuk-bentuk seperti  be, ber, dan bel pada kata-kata berikut adalah morfem yang sama.
Ø  bekerja
Ø  berujar
Ø  belajar
ü  Bentuk yang hanya muncul dengan pasangan satu-satunya adalah juga sebuah morfem. Umpamanya bentuk hitam legam, kuning langsat, tua renta.
ü  Bentuk yang muncul berulang-ulang pada satuan yang lebih besar apabila memiliki makna yang sama merupakan morfem yang sama. Misalnya bentuk tulis pada kata-kata berikut adalah sebuah morfem yang sama.
Ø  menulis
Ø  tertulis
Ø  penulis
Ø  ditulis
ü  Bentuk yang muncul berulang-ulang pada satuan yang lebih besar (klausa, kalimat) apabila maknanya    
      berbeda secara polisemi, merupakan morfem yang sama.
Ø  Kaki Adi terantuk batu.
Ø  Kaki meja itu terbuat dari batu pualam.

·         Morf dan Alomorf
Morf dan alomorf adalah dua buah nama untuk untuk sebuah bentuk yang sama. Morf adalah nama untuk sebuah bentuk yang belum diketahui statusnya (misal: {i} pada kenai); sedangkan alomorf adalah nama untuk bentuk tersebut kalau sudah diketahui statusnya. Atau biasa dikatakan bahwa anggota satu morfem yang wujudnya berbeda, tetapi yang mempunyai fungsi dan makna yang sama dinamakan alomorf. Dengan kata lain alomorf adalah perwujudan konkret (di dalam penuturan) dari sebuah morfem. Jadi setiap morfem tentu mempunyai alomorf, entah satu, dua, atau enam buah.

Contohnya,  morfem meN- (dibaca: me-nasal): me-, mem- men-, meny-, meng-, dan menge-. Secara fonologis, bentuk me- berdistribusi, antara lain, pada bentuk dasar yang fonem awalnya  konsonan /I/ dan /r/; bentuk mem- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya konsonan /b/ dan juga /p/; bentuk men- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya /d/ dan juga /t/; bentuk meny- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya /s/; bentuk meng- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya, antara lain konsonan /g/ dan /k/; dan bentuk menge- berdistribusi pada bentuk dasar yang ekasuku, contohnya [menge]+[cat]= mengecat. Bentuk-bentuk realisasi yang berlainan dari morfem yang sama tersebut  disebut alomorf. (http://radhiatama.blogspot.co.id/2013/03/v-behaviorurldefaultvmlo.html).


·         Alternasi Alomorfemis
Morfofonemis mempelajari perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem dengan morfem lain. Morfem ber-, misalnya, terdiri dari tiga fonem, ialah /b, ə, r/. Akibat pertemuan morfem itu dengan morfem ajar, fonem /r/ berubah menjadi /l/, hingga pertemuan morfem ber- dengan morfem ajar menghasilkan kata belajar. Demikianlah di sini menjadi proses morfofonemis yang berupa perubahan fonem, ialah perubahan fonem /r/ pada ber menjadi /l/.

Kata kerajaan /k ə r a j a ? a n/ terdiri dari dua morfem, ialah morfem ke-an dan raja. Akibat pertemuan kedua morfem itu, terjadilah proses morfofonemis yang berupa penambahan fonem /?/ pada ke-an, hingga morfem ke-an menjadi /ke-?an/. Kata melerai terdiri dari dua morfem, ialah morfem meN- dan morfem lerai. Akibat pertemuan kedua morfem itu fonem /N/ pada morfem meN- hilang, hingga morfem meN- menjadi me-. (http://suluhpendidikan.blogspot.co.id/2010/04/morfofonemis-bahasa-indonesia.html).

Seperti halnya dengan fonem tertentu yang direalisasikan secara konkret dalam bentuk alofon-alofon yang berbeda menurut lingkungannya.kaidah-kaidah yang berlaku untuk alternasi alomorfemis ada dua jenisnya: pertama adalah kaidah morfofonemis yang berupa fonemis, dan kedua adalah kaidah alomorfemis yang tidak berupa fonemis. (http://tatacarabahasa.blogspot.co.id/2014/11/bab-7_4.html).

1 komentar: