Hakikat wacana.
Kata
wacana adalah salah satu kata yang banyak disebut seperti halnya demokrasi, hak
asasi manusia, dan lingkungan hidup. Seperti halnya banyak kata yang digunakan,
kadang-kadang pemakai bahasa tidak mengetahui secara jelas apa pengertian dari
kata yang digunakan tersebut. Ada yang mengartikan wacana sebagai unit bahasa
yang lebih besar dari kalimat. Ada juga yang mengartikan sebagai pembicaraan.
Kata wacana juga banyak dipakai oleh banyak kalangan mulai dari studi bahasa,
psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, sastra dan sebagainya.
A.
Pengertian
wacana
Wacana merupakan wujud komunikasi verbal. Dari segi
bentuk bahasa yang dipakai wacana terbagi dua, yakni wacana lisan dan wacana
tulis. Wacana lisan (ujaran) merupakan wujud komunikasi lisan yang melibatkan
pembaca dan penyimak, sedangkan wacana tulis (teks) merupakan wujud komunikasi
tulis yang melibatkan penulis dan pembaca. Aktivitas penyapa
(pembicara/penulis) bersifat produktif, ekspesif, kreatif, sedangkan akktivitas
pesapa (pendengar/pembaca) bersifat reseptif. Aktivitas di dalam diri pesapa
bersifat internal sedangkan hubungan penyapa dan pesapa bersifat interpersonal (Sudaryat, 2009:106). Wacana
(discourse) adalah satuan bahasa terlengkap dan dalam hierarki gramatikal
merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar.
Wacana dapat direalisasikan dalam bentuk karangan
yang utuh (novel,buku, seri ensiklopedia, dan sebagainya) atau dapat pula
disajikan dalam bentuk karangan yang bersifat membujuk (persuasi) contohnya
iklan. Tarigan (1993:23) mengatakan istilah wacana dipergunakan untuk mencakup
bukan hanya percakapan atau obrolan, tetapi juga pembicaraan dimuka umum,
tulisan serta upaya-upaya formal seperti laporan ilmiah dan sandiwara atau
lakon.
Menurut Stubbs (dalam Tarigan, 1993:25) wacana
adalah organisasi bahasa di atas kalimat atau di atas klausa. Dengan perkataan
lain, unit-unit linguistik yang lebih besar daripada kalimat/kalusa seperti
pertukaran-pertukaran percakapan atau teks-teks tertulis disebut wacana. Secara
singkat apa yang disebut teks bagi wacana adalah kalimat bagi ujaran
(utterance). Doeso (dalam Tarigan, 1993:25) berpendapat wacana adalah
seperangkat preposisi yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan
atau rasa kohesi bagi penyimak atau pembaca. Dari beberapa pengertian di atas,
dapat disimpulkan bahwa pengertian wacana adalah suatu pernyataan atau
rangkaian pernyataan yag dinyatakan secara lisan ataupun tulisan yang memiliki
makna dan konteks di dalamnya
B.
Ciri
– ciri wacana
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diperoleh ciri
atau karakterisitik sebuah wacana. Ciri-ciri wacana adalah sebagai berikut.
1. Satuan
gramatikal
2. Satuan
terbesar, tertinggi, atau terlengkap
3. Untaian
kalimat-kalimat
4. Memiliki
hubungan proposisi
5. Memiliki
hubungan kontinuitas, berkesinambungan
6. Memiliki
hubungan koherensi
7. Memiliki
hubungan kohesi
8. Medium
bisa lisan maupun tulis
Syamsuddin
(1992:5) menjelaskan ciri dan sifat sebuah wacana sebagai berikut.
1. Wacana
dapat berupa rangkaian kalimat ujar secara lisan dan tulis atau rangkaian
tindak tutur.
2. Wacana
mengungkap suatu hal (subjek).
3. Penyajian
teratur, sistematis, koheren, lengkap dengan semua situasi pendukungnya.
4. Memiliki
satu kesatuan misi dalam rangkaian itu.
5. Dibentuk
oleh unsur segmental dan nonsegmental.
C.
Fungsi
/ manfaat wacana dalam bahasa
Secara umum fungsi utama bahasa adalah sebagai alat
komunikasi. Fungsi bahasa tersebut dikelompokkan kepada 2 kategori utama yaitu
fungsi transaksional dan fungsi interaksional. Brown dan Yule (1996: 1)
menjelaskan fungsi transaksional bertujuan untuk menyampaikan informasi faktual
atau proposisional. Sedangkan fungsi interaksional bertujuan untuk memantapkan
dan memelihara hubungan sosial dan sikap-sikap pribadi.
Wacana dengan unit konversasi memerlukan unsur
komunikasi yang berupa sumber (pembicara san penulis) dan penerima (pendengar
dan pembaca). Semua unsur komunikasi berhubungan dengan fungsi bahasa
(Djajasudarma, 1994:15). Fungsi bahasa meliputi (1) fungsi ekspresif yang
menghasilkan jenis wacana berdasarkan pemaparan secara ekspositoris, (2) fungsi
fatik (pembuka konversasi) yang menghasilkan dialog pembuka, (3) fungsi
estetik, yang menyangkut unsur pesan sebagai unsur komunikasi, dan (4) fungsi
direktif yang berhubungan dengan pembaca atau pendengar sebagai penerima isi
wacana secara langsung dari sumber.
Selanjutnya Halliday (1970, 1973) dalam Leech
(1993:86) membedakan tiga fungsi bahasa atas fungsi idesional, interpersonal,
dan tekstual. Pada fungsi idesional bahasa dipakai untuk alat pengungkap sikap
penutur dan pengaruhnya pada sikap dan perilaku penutur. Sedangkan pada fungsi
tekstual bahasa difungsikan sebagai alat untuk membangun dan menyusun sebuah
teks. Lebih lanjut Halliday menjelaskan bahwa interpersonal terdiri atas fungsi
ekspresif dan informatif sebagaimana telah dikemukakan Popper.
Pada dasarnya pengenalan terhadap berbagai fungsi
bahasa akan sangat membantu dalam penelaahan wacana. Sebaliknya tanpa
pengenalan terhadap berbagai fungsi bahasa akan dapat menjadi halangan di dalam
menginterpretasikan sebuah wacana. Seorang penganalisis wacana di dalam
menganalisis sebuah wacana harus selalu mengaitkan bentuk-bentuk bahasa yang
digunakan dengan tujuan dan fungsi di mana dan untuk apa bahasa itu digunakan
dalam wacana tersebut.
Analisis wacana pada prinsipnya adalah analisis
satuan-satuan bahasa di atas kalimat yang digunakan dalamproses komunikasi.
Untuk itu analisis tidak dapat dibatasi pada pembentukan bahasa yang bebas dari
tujuan dan fungsinya. Karena itu, wacana berkaitan erat dengan fungsi bahasa.
D.
Jenis
– Jenis Wacana
Berdasarkan
bentuk atau jenisnya, wacana dibedakan menjadi empat yaitu:
1. Wacana
Narasi
Narasi adalah cerita yang didasarkan
pada urut-urutan suatu kejadian atau peristiwa. Narasi dapat berbentuk narasi
ekspositoris dan narasi imajinatif.Unsur-unsur penting dalam sebuah narasi
adalah kejadian, tokoh, konfik, alur/plot, serta latar yang terdiri atas latar
waktu, tempat, dan suasana.
2. Wacana
Deskripsi
Deskripsi adalah karangan yang
menggambarkan/suatu objek berdasarkan hasil pengamatan, perasaan, dan
pengalaman penulisnya.Untuk mencapai kesan yang sempurna bagi pembaca, penulis
merinci objek dengan kesan, fakta, dan citraan. Dilihat dari sifat objeknya,
deskripsi dibedakan atas 2 macam, yaitu deskripsi Imajinatif/Impresionis dan
deskripsi faktual/ekspositoris.
3. Wacana
Eksposisi
Karangan eksposisi adalah karangan yang
memaparkan atau menjelaskan secara terperinci (memaparkan) sesuatu dengan
tujuan memberikan informasi dan memperluas pengetahuan kepada pembacanya.
Karangan eksposisi biasanya digunakan pada karya-karya ilmiah seperti artikel
ilmiah, makalah-makalah untuk seminar, simposium, atau penataran.Tahapan
menulis karangan eksposisi, yaitu menentukan objek pengamatan, menentukan
tujuan dan pola penyajian eksposisi, mengumpulkan data atau bahan, menyusun
kerangka karangan, dan mengembangkan kerangka menjadi karangan.Pengembangan
kerangka karangan berbentuk eksposisi dapat berpola penyajian urutan topik yang
ada dan urutan klimaks dan antiklimaks.
4. Wacana
Argumentasi
Karangan argumentasi ialah karangan yang
berisi pendapat, sikap, atau penilaian terhadap suatu hal yang disertai dengan
alasan, bukti-bukti, dan pernyataan-pernyataan yang logis. Tujuan karangan
argumentasi adalah berusaha meyakinkan pembaca akan kebenaran pendapat
pengarang.Tahapan menulis karangan argumentasi, yaitu menentukan tema atau
topik permasalahan, merumuskan tujuan penulisan, mengumpulkan data atau bahan
berupa: bukti-bukti, fakta, atau pernyataan yang mendukung, menyusun kerangka
karangan, dan mengembangkan kerangka menjadi karangan.Pengembangan kerangka
karangan argumentasi dapat berpola sebab-akibat, akibat-sebab, atau pola
pemecahan masalah.
Jenis-
Jenis Wacana Menurut Para Ahli
Menurut pendapat Leech (1974, dalam Kushartanti dan
Lauder, 2008:91) tentang fungsi bahasa, wacana dapat diklasifikasi sebagai
berikut.
1) Wacana
ekspresif, apabila wacana itu bersumber pada gagasan penutur atau penulis
sebagai sarana ekspresif, seperti wacana pidato.
2) Wacana
fatis, apabila wacana itu bersumber pada saluran untuk memperlancar komunikasi,
seperti wacana perkenalan dalam pesta.
3) Wacana
informasional, apabila wacana itu bersumber pada pesan atau informasi, seperti
wacana berita dalam media massa.
4) Wacana
estetik, apabila wacana itu bersumber pada pesan dengan tekanan keindahan
pesan, seperti wacana puisi dan lagu.
5) Wacana
direktif, apabila wacana itu diarahkan pada tindakan atau reaksi dari mitra
tutur atau pembaca, seperti wacana khotbah.
Menurut Djajasudarma (1994:6), jenis wacana dapat
dikaji dari segi eksistensinya (realitasnya), media komunikasi, cara pemaparan,
dan jenis pemakaian.
a. Realitas
Wacana
Realitas wacana dalam hal ini adalah
eksistensi wacana yang berupa verbal dan nonverbal. Rangkaian kebahasaan verbal
atau language exist (kehadiran kebahasaan) dengan kelengkapan struktur bahasa,
mengacu pada struktur apa adanya; nonverbal atau language likes mengacu pada
wacana sebagai rangkaian nonbahasa (rangkaian isyarat atau tanda-tanda yang
bermakna)
b. Media
Komunikasi Wacana
Wujud wacana sebagai media komunikasi
berupa rangkaian ujaran lisan dan tulis. Sebagai media komunikasi wacana lisan,
wujudnya dapat berupa sebuah percakapan atau dialog lengkap dan penggalan
percakapan. Wacana dengan media komunikasi tulis dapat berwujud sebuah teks,
sebuah alinea, dan sebuah wacana.
c. Pemaparan
Wacana
Pemaparan wacana sama dengan tinjauan
isi, cara penyusunan, dan sifatnya. Berdasarkan pemaparan, wacana meliputi
naratif, prosedural, hortatori, ekspositori, dan deskriptif.
d. Jenis
Pemakaian Wacana
Jenis pemakaian wacana berwujud monolog,
dialog, dan polilog. Wacana monolog merupakan wacana yang tidak melibatkan
bentuk tutur percakapan atau pembicaraan antara dua pihak yang berkepentingan.
Wacana yang berwujud dialog berupa percakapan atau pembicaraan antara dua
pihak. Wacana polilog melibatkan partisipan pembicaraan di dalam konservasi.
E.
Asumsi
Analisis Wacana
Asumsi utama tentang bahasa yang menjadi pusat
analisis wacana berhubungan dengan konteks dan komunikasi. Schriffin
menjabarkan empat asumsi analisis wacana, yaitu tersebut adalah Bahasa selalu
terjadi dalam konteks, Bahasa dipengaruhi oleh konteks, Bahasa selalu bersifat
komunikatiif, dan Bahasa dirancang untuk komunikasi.
1) Bahasa
selalu terjadi dalam konteks
Asumsi yang pertama adalah bahasa selalu
terjadi di dalam konteks. Hal ini dibuktikan oleh banyak penelitian sosiolinguistik
dan psikolinguistik yang mengatakan bahwa bahasa diproduksi dan ditafsirkan
dalam berbagai konteks tertentu. Hal ini send dengan yang disampaikan oleh
Halliday dan Hassan yang mengatakan bahwa “Context is something that
accompanying text”. Kehadiran sebuah teks atau bahasa harus selalu disertai
dengan konteks dimana bahasa itu digunakan. Oleh karena itu, dalam analisis
wacana, bahasa yang ditelaah dalam sebuah wacana harus dikaitkan dengan konteks
penggunaanya. Pemahaman yang tepat akan sebuah wacana hanya akan didapat dengan
memberikan konteks yang sesuai.
Kleden dalam Sudaryat mendefinisikan
konteks sebagai ruang dan waktu spesifik yang dihadapi oleh seseorang atau
sekelompok orang. Konteks dapat juga diartikan sebagai seting atau latar yang
menjabarkan suatu keadaan, tempat, dan waktu dimana dan kapan sebuah bahasa
digunakan. Schriffin membedakan konteks menjadi tiga, yaitu konteks budaya,
konteks sosial, dan konteks kognitif. Konteks budaya berhubungan dengan makna
bersama dan pandangan dunia (paradigma). Konteks sosial berhubungan dengan
definisi diri dan situasi yang dikonstruksikan. Sementara konteks kognitif
berhubungan dengan mengaitkan pengalaman masa lalu dan pengetahuan. Pemahaman
tentang bagaimana bahasa digunakan dan dibangun bergantung kepada pertimbangan
bagaimana bahasa itu dikaitkan di dalam berbagai konteks.
Berdasarkan teori di atas, dapat
disimpulkan bahwa bahasa selalu terjadi di dalam konteks. Dalam kaitannya
dengan analisis wacana, setiap satuan bahasa yang menjadi bahan kajian dalam
analisis wacana harus selalu dikaitkan dengan konteks. Penggunaan konteks yang
tepat akan mempengaruhi pemahaman seseorang tentang sebuah bahasa atau wacana.
Konteks dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu konteks budaya, sosial, dan
kognitif.
2) Bahasa
dipengaruhi oleh konteks (context sensitive)
Selain selalu terjadi di dalam konteks,
bahasa baik dari segi bentuk dan fungsi sangat dipengaruhi oleh karakteristiks
konteks-konteks yang disebutkan di bagian sebelumnya. Banyak hasil penelitian
yang menunjukkan hubungan antara bahasa dan konteks yang masuk ke dalam semua
tingkatan bahasa baik struktur luar ataupun struktur dalam (surface structure
dan deep structure). Istilah struktur luar dan struktur dalam itu sendiri
pertama kali dikemukakan oleh Chomsky pada tahun 1957 dalam konsep transformasi
generatif yang menjelaskan proses tranformasi bahasa dari pemahaman atau kemampuan seorang penutur
tentang kaidah-kidah suatu bahasa (kompetensi) kepada penerapan kaidah-kaidah
bahasa tersebut di dalam proses berkomunikasi (performansi).
Teori ini diperkuat oleh Mulyana yang
mengatakan bahwa konteks merupakan sebab dan alasan terjadinya suatu
pembicaraan/ dialog. Semua hal yang berhubungan dengan tuturan, baik arti,
maksud, maupun informasinya sangat bergantung kepada konteks yang melatar
belakangi peristiwa tuturan tersebut. Contoh pengaruh konteks dalam bahasa
dapat terlihat dari ilustrais di bawah ini:
Situasi 1
Seorang perempuan yang sedang menunggu
kedatangan teman yang datang lebih awal dari waktu yang dijanjikan “cepat
sekali kamu sampai”.
Situasi 2
Seorang perempuan yang sedang menunggu
kedatangan teman yang terlambat dari waktu yang dijanjikan “cepat sekali kamu
sampai”.
Kalimat “cepat sekali kamu sampai” pada
dua situasi di atas memiliki bentuk dan struktur yang sama namun memiliki makna
yang berbeda. Pada situasi yang pertama, kalimat “cepat sekali kamu sampai”
menyatakan makna yang sebenarnya yaitu keheranan penutur akan kedatangan
temannya yang lebih cepat dari waktu yang dijanjikan. Sedangkan kalimat “cepat
sekali kamu sampai" pada situasi kedua menyatakan sndiran penutur terhadap
temannya. Interpretasi makna yang berbeda dari kalimat tersebut disbabkan oleh
adanya perbedaan konteks bahasa yang digunakan.
Berdasarkan teori di atas, dapat
disimpulkan bahwa bahasa selalu dipengaruhi oleh konteks. Semua hal yang
berkaitan dengan bahasa baik bentuk, struktur, makna, dan fungsi sangat
bergantung kepada konteks yang melatar belakangi proses bahasa tersebut
diproduksi dan diinterpretasikan. Penggunaan konteks yang berbeda akan
memberikan interpretasi makna yang berbeda dari bahasa yang sama.
3) Bahasa
selalu bersifat komunikatif
Bahasa selalu bersifat komunikatif
karena bahasa selalu ditujukan kepada penerima pesan. Penerima pesan dapat
berupa penerimaan yang nyata (actual) dan yang dimaksudkan (intended). Beberapa
ahli berpendapat bahwa komunikasi hanya dapat terjadi sesuai kehendak
pembicara. Ekman dan Freisen (1969) membedakan pesan menjadi dua, informatif
dan komunikatif. Pesan informatif adalah pesan yang berisi informasi faktual
yang dikirim kepada penerima. Sementara pesan komunikatif adalah pesan yang
tidak harus informatif namun memiliki sifat interaktif yaitu pesan yang
mengubah sikap seseorang meskipun tidak mendapat interpretasi yang sama dan
juga tidak secara sadar ditujukan oleh penutur pesan.
Hal ini senada dengan yang disampaikan
oleh Brown dan Yule yang mengatakan bahwa bahasa memiliki dua fungsi yaitu
transaksional dan interaksional. Secara transaksional, fungsi bahasa
mengungkapkan isi yang berupa informasi faktual yang memuat pesan dari
pembicara kepada pendengar. Sementara, fungsi interaksional pada pengungkapan
hubungan-hubungan sosial dan sikap-sikap pribadi yang berguna untuk memelihara
dan menjaga hubungan-hubungan sosial.
Dari fungsi bahasa di atas, wacana dapat
dipandang secara luas, karena tidak hanya memuat informasi faktual, tetapi juga
hubungan sosial yang menjadi konteks terjadinya wacana. Upaya untuk memahami
wacana secara luas inilah dilakukan dalam bentuk analisis wacana. Wacana dan
analisis wacana merupakan dua hal yang saling bersinergi, jika wacana pada
tataran bentuk linguistinya, maka analisis wacana lebih luas memandang wacana
dari sisi konteksnya. Nunan (2003) menjelaskan “the study of discourse is the
study of the relationship between language and its contexts of use”. Dalam
pemahaman yang lebih luas, Cook
menjelaskan analisis wacana menguji bagaimana rangkaian bahasa yang
dimaknai dalam konteks tekstual yang sempurna, konteks sosial, dan psikologis
menjadi satu kesatuan yang bermakna dalam penggunaannya.
Mc.Kay (1972) membagi komunikasi menjadi
dua yaitu komunikasi yang mengarah kepada tujuan ( goal-directed ) yaitu
komunikasi yang perlu memiliki tujuan dan diinterpretasikan atau komunikasi
terpimpin ( conduct ) yaitu komunikasi yang tidak memiliki tujuan dan tidak
diinterpretasikan. Hal senada juga disampaikan oleh Grice (1957) yang dikenal
dengan konsep -nn. -nn merupakan singkatan dari non-natural meaning (makna yang
tidak alami) yaitu situasi dimana pembicara mengharapkan makna tetapi mendapat
respon dan interpretasi sesuai yang disadari oleh penerima. Pandangan yang
lebih luas tentang komunikasi
disampaikan oleh Ruesch dan Bateson (1951) dan Watzlawick, Beavin, dan
Jackson (1967) bahwa apapun yang terjadi pada kehadiran pengirim dan penerima
bersifat komunikatif; selama pesan yang disampaikan dapat tersedia untuk orang
lain dalam domain yang sama, tidak perlu diharapkan sebagai pesan untuk dapat
dinilai sebagai komunikasi. Goffman (1959) membedakan informasi yang sebenarnya
dan tidak sebenarnya. Informasi yang sebenarnya adalah komunikasi yang sesuai
dengan makna (diharapkan dan diterima), sementara informasi yang tidak
sebenarnya adalah informasi yang diinterpretasikan maknanya dan dicari artinya.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat
disimulan bahwa bahasa selalu bersifat komunikatif. Hal ini didasarkan bahwa
bahasa selalu ditujukan kepada penerima pesan. Terdapat dua macam pesan yang
disampaikan dalam bahasa yaitu informatif dan komunikatif. pesan informatif
adalah pesan yang menyampaikan informasi faktual sedangkan pesan komunikatif
adalah pesan yang akan membangun interaksi antara penutur dan penerima pesan.
Hal ini sesuai dengan dua fungsi bahasa yaitu fungsi transaksional dan
interpersonal. Fungsi transaktional adalah fungsi bahasa yang terkait dengan
pesan informatif dan fungsi interaksional adalah fungsi bahasa yang berkaitan
dengan fungsi komunikatif.
4) Bahasa
dirancang untuk komunikasi
Asumsi yang keempat adalah bahasa
dirancang untuk mencerminkan dasar komunikasinya. Hal ini didasarkan pada fitur
bahasa yang dibahas oleh Hocket (1958) yang menyatakan bahwa bahasa dapat
digunakan sebagai sistem komunikasi dan dapat memudahkan seseorang dalam
memahami sesuatu hal. Bahasa merupakan alat komunikasi yang utama bagi manusia. Bahasa digunakan untuk menyampaikan semua
perasaan, pikiran, dan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang kepada orang
lain.
Penelitian-penelitian terdahulu
membuktikan bahwa proses komunikatif dapat memunculkan dan mengembangkan
struktur sintaksis. Penelitian sosilonguistik juga membuktikan bahwa komunikasi
pada grup-grup tertentu dapat mempengaruhi perubahan sistem bunyi suatu bahasa.
Selain itu, terdapat beberapa fitur bahasa yang dirancang untuk memudahkan
proses komunikasi. Beberapa fitur bahasa yang digunakan untuk mempermudah
komunikasi adalah redundansi, pilihan istilah referensi, dan penyusunan
informasi dalam kalimat. Salah satu fitur bahasa yang dirancang untuk
mempermudah komunikasi adalah pengulangan kata (redundansi). Zaimar dan Harahap
menyebutkan bahwa redundansi dapat terjadi dalam beberapa bentuk yaitu
pengulangan makna dalam kosakata, sintaks, mimik, dan gerakan tubuh. Tujuan
digunakannya redundansi dalam komunikasi adalah untuk memberikan penekanan atau
memastikan pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat
disimulan bahwa bahasa dirancang untuk komunikasi. Bahasa dignaran untuk
mempermudah proses penyampaian pesan. Beberapa fitur bahasa yang dapa digunakan
untuk mempermudah proses komunikasi adalah redundansi, pilihan istilah
referensi, dan penyusunan informasi dalam kalimat.
F.
Contoh
Wacana
·
Wacana narasi
Kegiatan disekolahku demikian padatnya.
Setiap hari, aku masuk pukul 07.00. Agar tidak terlambat, aku selalu bangun
pukul 04.30. Setelah mandi, akupun shalat subuh. Kemudian, aku segera
mengenakan seragam sekolah. Tak lupa aku lihat-lihat lagi buku yang harus aku
bawa. Yah, sekedar mengecek apakah buku-buku yang aku bawa sudah sesuai dengan
jadwal pelajaran hari itu. Selanjutnya, aku makan pagi. Lalu, kira-kira pukul
06.00, aku berangkat ke sekolah. Seperti biasanya, aku ke sekolah naik angkutan
umum. Jarak rumah dengan sekolahku tidak jauh, sekitar enam kilometer. Aku
memang membiasakan berangkat pagi-pagi. Maklum, angkutan kota sering berhenti lama
untuk mencari penumpang. Jika aku berangkat agak siang, wah, bisa terlambat
sampai di sekolah.
Di sekolah, aku belajar selama kurang
lebih enam jam. Jam pelajaran berakhir pukul 12.45. Itu untuk hari-hari biasa.
Hari Rabu, aku pulang pukul 14.30, karena mengikuti kegiatan ekstrakulikuler
dulu. Khusus hari Jum’at, aku bisa pulang lebih awal, yaitu pukul 11.00.
Paragraf narasi diatas berisi sebuah fakta. Apbila
dicermati, paragraf tersebut berisi urutan peristiwa berikut : bangun pukul
04.30, mandi, shalat subuh, berpakaian, mengecek buku, makan pagi, berangkat
sekolah, belajar di sekolah, pulang sekolah. Rangkaian peristiwa tersebut dialami oleh tokoh aku.
Aku mengalami “konflik” dengan dirinya sendiri, yaitu kebiasaannya setiap hari.
·
Wacana deskripsi
Bunga Mawar
Mahkota bunga berwarna merah tersusun
saling bertumpuk membentuk lapisan-lapisan, kelopak bunga berwarna hijau berada
tepat di bawah mahkota bunga, bunga
disangga oleh batang yang tegak lurus, menempel dan menjadi satu dengan kelopak
bunga, dengan warna hijau kecoklatan. batang bunga sebagai penyangga, di
lindungi oleh duri-duri yang jarang pada sisi-sisinya.
·
Wacana eksposisi
Jatuhnya sebuah pesawat berkapasitas 266
penumpang air bus A300- 600 merupakan peristiwa kedua kalinya bagi American Air
lines beberapa detik saat lepas landas dari bandara internasional O’Hare
Chicago, tiba-tiba mesin sebelah kiri lepas dari dudukannya. Pilot tidak bisa
lagi mengendalikan pesawat akibat keseimbangan dari pesawat mendadak berubah
dengan jatuhnya mesin yang berbobot sekitar 5 ton. Pesawat mendarat dan
menghujam tempat parkiran kendaraan 31 detik kemudian dan 271 penumpang plus
awak tewas ditempat.
Sumber: Kompas, 15 November 2001 tulisan
yang singkat, akurat, dan padat
·
Wacana agrumentasi
Berikut sedikit contoh kutipan wacana
argumentasi
Menyetop bola menggunakan dada dan kaki dapat ia lakukan dengan
sempurna. Tembakan kaki kanan serta kaki kirinya tepat dan keras. Sundulan yang
dihasilkan dari kepalanya sering memperdaya kiper lawan. Bola seolah-olah menurut
kehendak dirinya. Larinya sangat cepat bagaikan kijang. Menjadikan lawan sukar
mengambil bola diantara kakinya. Operan bolanya akurat dan terarah. Amin
benar-benar pemain bola profesional. Tujuan yang ingin di capai melalui
argumentasi tersebut, antara lain :
-
Melontarkan pandangan / pendirian
-
Mendorong atau mencegah
-
Mengubah tingkah laku pembaca
-
Menarik simpat