KONVERSI,
AKROMINISASI DAN PENYERAPAN
Selain
proses afiksasi, reduplikasi dan komposisi, masih ada proses lain dalam
pembentukan kata bahasa Indonesia. Proses lain itu adalah konfersi,
akronimisasi dan penyerapan. Namun, kalau ketiga proses yang lama betul-betul
merupakan mekanisme gramatikal, sedangkan ketigayang terakhir tidak seluruhnya
merupakan masalah gramatikal, karena prosesnya tidak mudah di kaidahkan dan
juga produktifitasnya sangat rendah.
1. Proses
Konversi
Konversi lazim juga disebut derivasi zero,
transmutasi, atau transposisi adalah proses pembentukan kata dari sebuah dasar
berkategori tertentu menjadi kata berkategori lain, tanpa mengubah bentuk fisik
dari dasar itu. Misalnya, kata cangkul dalam kalimat ( 1 ) adalah berkategori
nomina, tetapi pada kalimat ( 2 ) adalah berkategori verba.
(
1 ) Petani membawa cangkul ke sawah.
(
2 ) Cangkul dulu tanah itu, baru ditanami.
Jadi dalam kalimat (1) yang bermodus deklaratif kata
cangkul berkategori nimina; sedangkan pada kalimat (2) yang bermodus imperative
kata cangkul berkategori ferba. Penyebab sebuah nimina tanpa perubahan fisik
menjadi sebuah verba, walaupun dalam modus kalimat yang berbeda adalah kata
cangkul, dan sejumlah kata lainnya disamping memiliki komponrn makna (+
bendaan) juga memiliki komponen makna (+ alat) dan(+tindakan). Komponen makna
(+tindakan) inilah yang menyebabkan kata cangkul itu adalam kalimat interatif
menjadi berkategori verbal. Hal ini berbeda dengan kata pisau yang memiliki
komponen makna(+bendaan), (+alat) dan(- tindakan). Ketiadaan komponen makna
(+tindakan) pada kata pisau iru tidak bisa digunakan sebagai verba dalam
kalimat imperative. Jumlah kosakata nomina yang memiliki komponen makna
(+tindakan) sangat terbatas. Diantaranya;
Kunci amplas
Kikir sikat
Gergaji pacul
Rantai kupas
Tutup ketam
Kail kapak
Pancing serut
Silet borgol
Ada satu permasalahan lagi didalam berbagai buku
pelajaran dan buku tata bahasa kata-kata nama warna seperti merah,hijau dan
kuning.digolongkan berkategori ajektifa. Didalam kamus besar. Didalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia kata-kata seperti merah, hijau dan kuning disebut mempunyai
dua kategori yaitu ajektifa dan nomina karena secara empiris warna-warna itu
dapat “diamati”. Hal ini menjadi indikator bahwa nama-nama warna itu berkate
gori nomina.
2. Akronimisasi
Akronimisasi adalah proses pembentukan sebuah kata
dengan cara menyingkat sebuah konsep yang di realisasikan dalam sebuah
konstruksi lebih dari sebuah kata. Proses ini menghasilkan sebuah kata yang
disebut akronim. Akronim adalah juga sebuah singkatan, namun yang”diperlakukan”
sebagai sebuah kata atau sebuah butir leksikal. Misal’ya kata pilkada yang
berasal dari pemilihan kepala daerah, kata jabotabek yang berasal dari Jakarta
bogor, Tanggerang dan Bekasi dan kata Balita yang berasal dari bawah lima
tahun. Aturan atau kaidah pembentukan akronim “belum” ada aturan tertentu yang
digunakan . namun, dari data yang terkumpul yampak ada cara-cara sebagai
berikut;
Pertama, mengambil huruf-huruf (fonem-fonem) pertama
dari kata-kata yang membentuk konsep itu
·
IKIP : Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan.
·
IDI
: Ikatan Dokter Indonesia.
·
ABRI :Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia.
·
AMPI :Angkatan Muda Pembangunan
Indonesia.
·
ASRI :Akademi Seni Rupa Indonesia.
·
KUHSAP :Kitab Undang-undang Hukum Acara
Pidana.
·
IPSI : Ikatan Pencak Silat Indonesia.
Kata-kata seperti IKIP, IDI, ABRI, dan AMPI lazin
diucapkan dan dituliskan sebagai sebuah kata berbeda dengan SMA (sekolah
menengah atas) dan DPR (Dewan perwakilan rakyat), yang masih tetap dilafalkan
dan dituliskan sebagai singkatan.
Kedua, pengambilan suku kata pertama dari semua kata
yang membentuk konsep itu. Misalnya :
Rukan
: rumah kantor
Balita
: bawah lima tahun
Orpol
: organisasi politik
Moge
: motor gede
Pujasera
: pusat jajanan serba ada
Nalo
: nasional lotere
Puskesmas
: pusat kesehatan masyarakat
Ketiga, pengambilan suku kata pertama ditambah
dengan huruf pertama dari suku kata kedua dari setiap kata yang membentuk
konsep itu. Misalnya :
Warteg
: warung tegal
Depkes
: departemen kesehatan
Kalbar
: Kalimantan Barat
Puspen
: pusat penerangan
Sulsel
: Sulawesi Selatan
Sumbagsel
: Sumatera bagian selatan
Keempat, pengambilan suku kata yang dominain dari
setiap kata yang mewadahi konsep itu. Misalnya:
Juklak
: petunjuk pelaksanaan
Tilang
: bukti pelanggaran
Litbang
: penelitian dan pengembangan
Bintal
: pembinaan mental
Danton
: komandan peleton
Gakin
: keluarga miskin
Kelima, pengambilan suku kata tertentu disertai
dengan modifikasi yang tampaknya tidak beraturan, namun masih dengan
memperhatikan ”keindahan” bunyi. Misalnya :
Pilkada
: pemilihan kepala daerah
Organda
: organisasi angkutan darat
Kloter
: kelompok terbang
Keenam, pengambilan unsur – unsur kata yang mewadahi
konsep itu, tetapi sukar disebutkan
keteraturannya termasuk di seni. Misalnya:
Sinetron
: sinema elektronik
Insert
: informasi selebritis
Satpam
: satuan pengamanan
Kalapas
: kepala lembaga pemasyarakatan
Kata – kata yang dibentuk sebagai hasil proses
akronimisasi ini terdapat dalam semua bidang kegiatan dan keilmuan, seperti
kepolosian, kemiliteran, pendidikan, olahraga, ekonomo, kesenian, dan
sebagainya. Biasanya akronim itu hanya dipahami oleh mereka yang berkecimpung
dalam bidang kegiatan tertentu itu. Misalnya, dalam salah satu instansi
depdiknas ada akronim dupak ( daftar usulan perhitungan angka kredit ), yang
hanya dipahami oleh orang – orang instansi tersebut. Namun, tidak sedikit
akronim bahasa Indonesia yang telah menjadi kosakata umum, seperti muntaber,
wagub. Pemda, lemhanas, hansip, dirjen, dan sebagainya. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (1993) akronim yang telah menjadi kosakata umum ini
didaftarkan sebagai singkatan.
3. Penyerapan
Penyerapan adalah proses pengambilan kosakata dari
bahasa asing, baik bahasa Eropa (Belanda, Inggris, Arab,Portugis, dan
sebagainya), maupun bahasa asing Asia (seperti bahasa Arab, bahasa Parsi,
bahasa Sansekerta, bahasa Cina, dan lain sebagainya). Termasuk dari bahasa –
bahasa Nusantara ( seperti bahasa Jawa, Sunda, Minang, Bali, dan sebagainya ). Didalam
sejarahnya penyerapan kosakata asing berlangsung secara audial, artinya melalui
pendengaran. Contohnya seperti orang asing mengucapkan kosakata asing, lalu
orang Indonesia menirukan nya sesui dengan apa yang didengarnya. Karena system
Fonologi bahasa asing itu berbeda dengan system Fonologi bahasa yang dimiliki
orang Indonesia, maka bunyi uajaran bahasa asing ditiru menurut kemampuan lidah
melafalkannya. Begitulah kata bahasa Belanda dome krack dilafalkan menjandi
dongkrak, kata bahasa Sansekerta uttpatti dilafalkan menjadi upeti, kata bahasa
Arab mudharat dilafalkan menjadi melarat, dan kata bahasa Portugis almari
dilafalkan menjadi lemari.
Penyerapan kata – kata asing secara audial ini
berlangsung lama, dan telah menghasilkan kata –kata yang banyak jumlahnya, yang
kadang – kadang sudah tidak diketahui lagi dari mana asalnya. Kita misalnya,
tidak tau lagi dari mana asalnya kata – kata berikut: surge, neraka, kuman, kertas,
waktu, pahala, bandit, jendela, dan sebagainya. Sejak terbit buku Pedoman
Pembentukan Istilah dan buku Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan,
penyerapan kata – kata asing harus dilakuakan secara visual. Artinya
berdasarkan apa yangdilihat didalam tulisan. Intinya dari pedoman pembentukan
istilah itu adalah:
Pertama,
kata – kata yang sudah diserap dan lazim digunakan sebelum buku pedoman ini
terbit, tidak perlu diubah ejaanya. Misalnya kata – kata kabar, sirsak,
telepon, iklan, perlu, bengkel, hadir, dan badan.
Kedua,
penyerapan dilakukan secara utuh. Misalnya kata standarisasi, efektifitas,
objektifitas, dan implementasi diserap secara utuh disamping kata standar,
efektif, objektif, dan implement.
Ketiga,
huruf – huruf asing pada awal harus disesuaikan sebagai berikut:
·
au tetap au
audiogram audiogram
autotroph autotrof
hydraulic hidraulik
caustic kaustik
·
e dimuka a, u, o dan konsonan menjadi k
calomel kalomel
construction konstuksi
cubik kubik
classification klasifikasi
crystal Kristal
·
c dimuka e, l, dan y menjadi s
central sentral
circulation sirkulasi
ceelom selom
cylinder silinder
·
cc dimuka o,u dan konsonan menjadi k
accommodation akomodasi
acculturation alkulturasi
acclamation aklamasi
·
cc dimuka e da I menjadi ks
saccharin sakarin
charisma karisma
cholera kolera
technique teknik
·
ch yang lafalnya s atau sy menjadi s
echelon eselon
machine mesin
·
ch yang lafalnya c menjadi c
check cek
china cina
·
e tetap e
effect efek
description deskripsi
synthesis sintesis
·
ea tetap ea
idealist idealis
habeas
habeas
·
eo tetap eo
stereo stereo
geometry geometri
zeolite zeolit
·
f tetap f
fanatic fanatik
factor faktor
fossil fosil
·
i pada awal suku kata di muka vocal
tetap i
ion ion
iota iota
iambus iambus
·
ie (Belanda) jika dilafalkan i menjadi i
politiek politik
riem riem
·
ie jika lafalnya i tetap ie
variety varietas
patient
pasien
efficient efesien
·
ng tetap ng
contingent kontingen
congres kongres
linguistics linguistic
·
oo menjadi u
cartoon kartun
proof pruf
pool pul
·
ou jika dilafalnya u menjadi u
coupon kupon
contour kontur
governur gubernur
·
ph menjadi f
phase fase
physiology fisiologi
allomorph alomorf
·
q menjadi k
aquarium akuarium
frequency frekuensi
equador ekuador
·
rh menjadi r
rhetoric retorika
rhythm ritme
rhapsody repsodi
·
sc dimuka a, o,u dan konsonan menjadi sk
scandium skandium
scriptie skripsi
scotopia skotopia
·
sc dimuka e, i, dan y menjadi s
scnography senografi
scintillation sentilasi
scyphistoma sifistoma
·
sch dimuka vocal menjadi sk
schema skema
schizophrenia skizofrenia
scholasticisme skolatisisme
·
t dimuka i menjadi s jika dilafalnya s
ratio rasio
action aksi
patient
pasien
·
th menjadi t
theocracy teokrasi
method metode
orthography ortografi
·
uu menjadi u
vacuum vakum
prematuur premature
·
v tetap v
vitamin vitamin
television televise
cavalry kavalery
·
x pada awal kata tetap x
xenon xenon
xylophone xilofon
·
x pada posisi lain menjadi ks
taxsi taksi
latex lateks
executive eksekutif
·
xc di muka e dan I menjadi ks
exception eksepsi
excess ekses
excitatin eksitasi
·
xc dimuka a, o, u, dan konsonan menjadi
ksk
excavation ekskavasi
exclusive eksklusif
excursive ekskursif
·
y menjadi y jika lafalnya y
yen
yen
yuan yuan
yangonin yangonin
·
y menjadi i jika lafalnya i
dynamo dynamo
propyl propel
psychology psikologi
·
z menjadi z
zenith zenith
zodiac zodiak
zygote
zigot
keempat,
huruf pada akhir kata harus disesuaikan sebagai berikut:
·
age menjadi –ase
Percentage persentase
Etalage etalase
·
aal, -eel menjadi –al
Structural, structureel struktural
Formal, formeel formal
Normal normal
·
-ant menjadi –an
Accountant akuntan
Informant
informan
·
archy, -archie, menjadi – arki
Anarchy, anarchie anarki
Aligarchy, aligarchie aligarki
·
ary, -air, menjadi –er
Secondary, secundair sekunder
Primary, primair
primer
Complementary, complementair komplementer
·
(a)tion,-(a)tie menjasi –asi, -si
Action, actie aksi
Publication, publicate publikasi
·
-ic,-ics, -que-, -que, -iek, -ica,
menjadi –ik, -ika
Logic, logica logika
Phonetics, phonetiek fonetik
Physics, physica fisika
Technique teknik
·
ic,-isch menjadi – ik
Electronic, elektronisch elektronik
Mechanic, mechanisch mekanik
Ballistic, ballistisch balistik
·
-ical, -isch menjadi –is
Economical, economishch ekonomis
Practical, practisch praktis
Logical, logisch logis
·
ism, -isme, menjadi –isme
Modernism, modernism modernism
Communism, communism komunisme
·
ist menjadi –is
Egoist egoist
Publicist publisis
·
ive,-ief menjadi –if
Descriptive, descriptiief deskriptif
Demonstrative, demonstratief demonstratife
·
logue menjadi –log
Catalogue catalog
Dialogue dialog
·
logy, -logic menjadi –logi
Technology, technologie teknologi
Physiology, physiologie fisiologi
Analogy, analogie analogi
·
oir(e) menjadi –oar
Trottoir trotoar
Repertoire repertoar
·
or, -eur, menjadi –ur
Director, directeur direktur
Inspector, inspecteur inspektur
Formateur formatur
·
or tetap –or
Dictator diktator
Corrector korektor
·
ure, -uur menjadi –ur
Structure, struktuur struktur
Premature,prematuur prematur
Penyerapan dari bahasa asing yang tidak menggunakan
aksara Latin, seperti bahasa Arab, Rusia, dan Cina tentu harus ditransliterasi
atau ditranskripsi dulu kedalam huruf Latin. Penyerapan dari bahasa – bahasa
Nusantara haru disesuaikan dengan ejaan dan lafal bahasa Indonesia.