PROSES MORFOLOGI dan AFIKSASI
Proses morfologis adalah proses
pembentukan kata dari suatu bentuk dasar menjadi suatu bentuk jadian. Proses
ini, meliputi afiksasi ( pengimbuhan ), reduplikasi ( pengulangan ), dan
komposisi ( pemajemukan ). Sebelum diuraikan lebih lanjut tentang ketiga proses
morfologis di atas perlu ditegaskan terlebih dahulu tiga istilah pokok dalam
proses ini, yaitu kata dasar, bentuk dasar, dan unsur langsung.
§ Kata
dasar: kata yang belum berubah, belum mengalami proses
morfologis, baik berupa proses penambahan imbuhan, proses pengulangan, maupun
proses pemajemukan.
§ Bentuk
dasar: bentuk yang menjadi dasar dalam proses morfologis, dapat
berupa kata dasar, kata berimbuhan, kata ulang, dan dapat pula berupa kata
majemuk.
§ Unsur
langsung: bentuk dasar dan imbuhan yang
membentuk kata jadian.
Morfologis adalah bagian dari kajian
morfoligi, yakni ilmu yang mempelajari mengenai bentuk kaidah bahasa. Adapun
proses morfologis adalah proses pembentukan kata-kata dari kesatuan yang lain
yang merupakan bentuk dasarnya ( Ramlan: 1979 ). Bentuk dasar sendiri bisa
berupa kata, seperti kata "berjalan" yang dibentuk dari kata
"jalan”, kata "menulis" dibentuk dari kata "tulis,"
"gedung-gedung" dari kata "gedung." Mungkin juga berupa
pokok kata, atau istilah lainnya prakatagorial, misalnya kata
"bertemu" dari pokok kata "temu," kata "mengalir"
dari kata "alir;" mungkin berupa frase, misalnya frase
"ketidakadilan" dibentuk dari frase tidak "adil’’. Dalam
bahasaIndonesia terdapat tiga proses morfologis, yaitu :
§ Proses
pembubuhan afiks (afiksasi).
§ Proses
pengulangan (reduplikasi).
§ Proses
pemajemukan.
Disamping tiga proses morfologis
diatas, dalam bahasa Indonesia sebenarnya masih ada satu proses lagi yang
disebut dengan proses perubaan zero. Proses ini hanya meliputi sejumlah kata
tertentu, yakni kata yang termasuk golongan kata verbal transitip, seperti :
makan, minum, minta, dan mohon, yang semuanya adalah kata verbal transitif
(kata verbal yang dapat diikuti oleh objek dan dapat diubah menjadi kata verbal
pasif). Misalnya:
Membeli → dibeli.
Memperbaiki → diperbaiki.
Makan → dimakan.
Ø Proses
Pembubuhan Afiks (Imbuhan)
Proses
pembubuhan afiks adalah pembubuhan afiks suatu satuan, baik satuan itu berupa
bentuk tunggal maupun bentuk kompleks, untuk membentuk kata. Misalnya
pembubuhan afik ber- pada kata jalan menjadi berjalan. Pada sepeda menjadi
bersepeda.
Bentuk tunggal → terdiri dari satu
morfem, misalnya : makan, minum.
Bentuk kompleks → terdiri lebih dari satu morfem : rumah makan, berlari,.
Kata berlari terdiri dari dua morfem yakni morfem [ ber- ] dan morfem [ lari ].
Bentuk kompleks → terdiri lebih dari satu morfem : rumah makan, berlari,.
Kata berlari terdiri dari dua morfem yakni morfem [ ber- ] dan morfem [ lari ].
Satuan
yang dilekati afiks atau yang menjadi dasar pembentukan bagi satuan yang lebih
besar disebut bentuk dasar, dalam contoh di atas kata jalan adalah bentuk dasar
dari berjalan, kata sepeda adalah bentuk dasar dari kata bersepeda. Bentuk afiksasi yang salah! Tak jarang
kita mendengar dipungkiri, atau kata mempesona. Kata-kata tersebut memiliki
intensitas yang cukup tinggi, artinya sering diucapkan. Tapi apakah kata-kata
tersebut sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia? Berikut sedikit pembahasan:
Fonem /N/ pada morfem meN berubah
menjadi fonem /m/ apabila bentuk dasar yang mengikutiya berawal /p,b,f/.
Misalnya :
meN + pesan → memesan.
meN + pukul → memukul.
meN + potong → memotong.
meN + Pesona → memesona.
Jadi sudah jelas bahwa kata yang benar adalah memesona,
bukan mempesona. Lalu bagimana dengan kata dipungkiri? Kata dipungkiri adalah
bentuk yang salah. Dalam KBBI tidak ada kata dasar pungkir yang ada adalah
mungkir jadi bentuk yang benar adalah dimungkiri.
Ø Proses
Pengulangan (Reduplikasi)
Proses
pengulangan atau reduplikasi adalah pengulangan suatu gramatik, baik seluruhnya
maupun sebagian, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan
tersebut disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang disebut bentuk
dasar. Misalnya kata ulang rumah-rumah dibentuk dari kata dasar rumah, kata
ulang berjalan jalan dibentuk dari kata berjalan kata ulang bolak balik berasal
dari kata balik. Akan tetapi kita sering terkecoh dengan bentuk yang mirip
dengan kata ulang, tetapi susunguhnya bukanlah kata ulang, jika dilihat dari
tinjauan deskriptif. Misalnya kata-kata berikut: sia-sia, huru-hara,
mondar-mandir. Kata-kata tersebut bukanlah kata ulang, karena sebenarnya tidak
ada satuan atau kata dasar yang diulang. kata sia-sa bukan berasal dari kata
dasar sia, karena dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tidak ada kata dasar sia,
begitupun dengan kata huru-hara, dan kata mondar-mandir.
Ø Proses
Pemajemukan
Dalam bahasa Idonesia kerap sekali ditemukan gabungan dua
kata yang membentuk makan baru. Kata yang terjadi dari gabungan dua kata
tersebut lazim disebut dengan kata mejemuk. Rumah sakit, meja makan, kepala
batu. Cara Membedakan Antara Kata Majemuk Dengan Yang Bukan Kata Majemuk? Misalnya
saya beri contoh kursi malas dengan adik malas. Mana diantara contoh tersebut
yang merupakan kata mejemuk. Dilihat dari kategori pengolongan kata, kata kursi
malas dan adik malas terdiri dari kata benda dan kata sifat. Artinya keduanya
mempunyai kemungkinan sebagai klausa dan sebagai frase.
Jika
kursi malas sebagi klausa, tentu dapat diikuti dengan kata itu, misalnya
menjadi *kursi itu malas, kata malas dapat diikuti dengan kata sangat,tidak agak,
*kursi itu sangat malas*, kursi itu agak malas. Jelaslah bahwa semua itu tidak
lazim. berbeda halnya dengan adik malas, dapat diperluas menjadi *adik yang
malas, atau adik itu sangat malas. Jadi jelas kursi malas bukanlah klausa. Jika
kursi malas itu fase, tentu dapat disela dengan kata yang, misalnya pada contoh
tadi; adik malas dapat disisipi kata yang menjadi adik yang malas. Sedangkan
kursi yang malas tidak lazim atau tidak berterima, oleh karena itu maka kursi
malas bukanlah frase melaikan kata majemuk.
A.
Afiksasi
Pembentukan Verba.
Menurut
buku Chaer Morfologi Bahasa Indonesia halaman 106 – 143, Afiksasi adalah salah
satu proses dalam pembentukan kata turunan baik berkategori verba, berkategori
nomina maupun yang berkategori ajektiva. Afiks-afiks pembentukan verba adalah:
a.
Verba Berprefiks ber-
Bentuk dasar dalam pembentukan verba
dengan prefiks ber- dapat berupa:
·
Morfem dasar terikat, seperti
terdapat pada kata bertempur, berkelahi, berjuang, bertikai dan berhenti. Bentuk
dasarnya yang berupa morfem dasar terikat: tempur, kelahi, juang, tikai, dan
henti.
·
Morfem dasar bebas, seperti terdapat
pada kata berladang, beternak, bekerja, bernyanyi, dan bergaya. Bentuk
dasarnya yang berupa morfem dasar bebas: ladang, ternak, kerja, nyanyi, dan
gaya.
·
Bentuk turunan berafiks, seperti
terdapat pada kata berpakaian ( bentuk dasarnya pakaian ),
beraturan ( bentuk dasarnya aturan ), berkekuatan ( bentuk
dasarnya kekuatan ), berkebangsaan ( bentuk dasarnya kebangsaan
), berpenghasilan ( bentuk dasarnya penghasilan ) dan berpendapatan
(bentuk dasarnya pendapatan). Jadi, di sini prefiks ber-
diimbuhkan pada dasar yang terlebih dahulu sudah diberi afiks lain. Simak bagan
proses pembentukan kata berpakaian berikut:
Ber-
pakai – an
·
Bentuk turunan reduplikasi, seperti
terdapat pada kata berlari ( bentuk dasar lari-lari ), berkeluh-kesah
( bentuk dasar keluh-kesah ) dan berilmu-pengetahuan ( bentuk
dasar ilmu-pengetahuan ).
·
Bentuk turunan hasil komposisi,
seperti terdapat pada kata berjual beli ( bentuk dasar jual beli ),
bertemu muka ( bentuk dasar temu muka ), dan bergunung api
( bentuk dasar gunung api ).
Makna
gramatikal verba berprefiks ber- yang dapat dicatat, antara lain yang
menyatakan:
§
mempunyai ( dasar ) atau ada ( dasar
)nya,
§
memakai atau menggunakan ( dasar ),
§
mengendarai atau menumpang/naik (
dasar ),
§
berisi atau mengandung ( dasar ),
§
mengeluarkan atau menghasilkan (
dasar ),
§
mengusahakan atau mengerjakan (
dasar ),
§
melakukan ( dasar ),
§
mengalami atau berada dalam keadaan
( dasar ),
§
menyebut atau menyapa ( dasar ),
§
kumpulan atau kelompok ( dasar ),
§
memberi.
Ø
Verba berprefiks ber- memiliki makna
gramatikal ′mempunyai ( dasar ) ′ atau ′ada ( dasar )nya. Apabila bentuk
dasarnya mempunyai komponen makna ( + benda), ( + umum), ( + milik ) dan atau (
+ bagian ). Perhatikan contoh:
-
berayah ′mempunyai ayah′.
-
bermesin ′ada mesinnya′.
-
berjendela ′ada jendelanya′.
-
berkewajiban ′mempunyai kewajiban′.
-
bertanggung jawab ′mempunyai
tanggung jawab′.
Contoh lain:
-
beristri.
-
bersaudara.
-
berkamar.
-
berasas.
-
berbagasi.
Ø
Verba berprefiks ber- memiliki makna
gramatikal ′memakai′ atau ′mengenakan′. Apabila bentuk dasarnya mempunyai
komponen makna ( + pakaian ) atau ( + perhiasan ). Simak contoh berikut:
-
berkebaya ′memakai kebaya′.
-
berjilbab ′memakai jilbab′.
-
berpita ′memakai pita′.
-
berjaket kulit ′memakai jaket
kulit′.
-
berkalung ′memakai kalung′.
Contoh
lain:
-
berbedak.
-
bersepatu karet.
-
bersendal jepit.
-
berbulu mata palsu.
-
bertopeng.
Ø
Verba berprefiks ber- memiliki makna
gramatikal ′mengendarai′, ′menumpang′, atau ′naik′
Apabila bentuk dasarnya memiliki
komponen makna ( + kendaraan ). Simak cntoh berikut:
-
bersepeda ′mengendarai sepeda′.
-
berkuda ′naik kuda′.
-
berkereta ′menumpang kereta′.
-
berbendi ′naik bendi′.
-
berbemo ′naik bemo′.
Catatan :
Bentuk seperti berbemo, berbus,
berangkot, bertaksi dan berpesawat secara aktual memang “belum
lazim” digunakan orang. Tetapi secara gramatikal bentuk-bentuk tersebut dapat
diterima. Secara aktual belum ada, tetapi secara potensial bisa digunakan.
Alih-alih menggunakan bentuk berbemo, orang menggunakan bentuk naik
bemo. Begitu juga dengan naik bus untuk berbus, naik perahu
untuk berperahu dan naik pesawat untuk berpesawat.
Ø
Verba berprefiks ber- memiliki makna
gramatikal ′berisi′ atau ′mengandung′. Apabila bentuk dasarnya memiliki
komponen makna ( + benda ), ( + dalaman ), ( + kandungan ). Simak contoh
berikut:
-
beracun ′mengandung racun′.
-
berkuman ′mengandung kuman′.
-
berair ′berisi air′.
-
berpenyakit ′mengandung penyakit′.
-
berdarah ′mengandung darah′
Catatan:
Makna ′mengandung′ atau ′berisi′,
bisa juga bermakna ′mempunyai ′ atau ′ada ( dasar )nya ′.
Jadi ′berair′ bisa bermakna gramatikal ′berisi air′, bisa
juga ′ada airny′a. Malah bisa bermakna ′mengeluarkan′.
Ø
Verba berprefiks ber- memiliki makna
gramatikal ′mengeluarkan atau menghasilkan. Apabila bentuk dasarnya memiliki
komponen makna ( + benda ), ( + hasil ), atau ( + keluar ). Perhatikan contoh:
-
berproduksi ′menghasilkan produksi′.
-
bertelur ′mengeluarkan telur′.
-
berdarah ′mengeluarkan darah′.
-
berair mata ′mengeluarkan air mata′.
-
bernanah ′mengeluarkan nanah′.
Ø
Verba berprefiks ber- memiliki makna
gramatikal ′mengusahakan′ atau ′mengupayakan′
Apabila bentuk dasarnya memiliki
komponen makna ( + bidang usaha ). Perhatikan contoh:
-
berladang ′mengusahan ladang′.
-
beternak ′mengusahakan ternak′.
-
bersawah′ mengerjakan sawah′.
-
berhuma ′mengerjakan huma′.
-
bercocok tanam ′mengusahakan cocok
tanam′.
Ø
Verba berprefiks ber- memiliki makna
gramatikal ′melakukan kegiatan′. Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen
makna ( + benda ) dan ( + kegiatan ). Simak contoh berikut:
-
berdebat ′melakukan debat′.
-
bersenam ′melakukan senam′.
-
berekreasi ′melakukan rekreas′.
-
berdiskusi ′melakukan diskusi′.
-
berolahraga ′melakukan olahraga′.
Ø
Verba berprefiks ber- memiliki makna
gramatikal ′mengalami′ atau ′berada dalam keadaan′
Apabila bentuk dasarnya memiliki
komponen makna ( + perasaan batin ). Simak contoh berikut:
-
bergembira ′dalam keadaan gembira′.
-
berduka cita ′dalam keadaan duka
cita′.
-
bersedih ′dalam keadaan sedih′.
-
bersenang-senang ′dalam keadaan
senang-senang′.
-
bermuram durja ′dalam keadaan muram
durja′.
Ø
Verba berprefiks ber- memiliki makna
gramatikal ′menyebut′ atau ′menyapa′. Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen
makna ( + kerabat ) dan ( + sapaan ). Simak contoh berikut:
-
berabang ′memanggil abang′.
-
berkakak ′menyebut kakak′.
-
bertuan ′memanggil tuan′.
-
beradik ′memanggil adik′.
-
berencik ′menyebut encik′.
Ø
Verba berprefiks ber- memiliki makna
gramatikal ′kumpulan′ atau ′kelompok′. Apabila bentuk dasarnya memiliki
komponen makna ( + jumlah ) atau ( + hitungan ).Simak contoh berikut:
-
berdua ′kumpulan dari dua ( orang
)′.
-
berlima ′kumpulan dari lima ( orang
)′.
-
bertiga ′kumpulan dari tiga ( orang
)′.
-
bertujuh ′kumpulan dari tujuh (
orang )′.
-
berempat ′kumpulan dari empat (
orang )′.
Ø
Verba berprefiks ber- memiliki makna
gramatikal ′memberi′. Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + benda
) dan ( + berian ). Simak contoh berikut:
-
bersedekah ′memberi sedekah′.
-
berderma ′memberi derma′.
-
berkhotbah ′memberi khotbah′.
-
berceramah ′memberi ceramah′.
-
berpetuah ′memberi petuah′.
Catatan:
Ada sejumlah kata berprefiks ber-
yang tidak bermakna gramatikal, melainkan bermakna idiomatikal. Misalnya:
-
berpulang dengan makna ′meninggal′.
-
bersalin dengan makna ′melahirkan′.
-
bertekuk lutut dengan makna
′menyerah′.
-
bertolak dengan makna ′melakukan
perjalanan′.
b.
Verba
Berkonfiks dan Berklofiks Ber-an
Verba
berbentuk ber-an seperti pada kata bermunculan dan berpakaian
memiliki dua macam proses pembentukan. Pertama, yang berupa konfiks,
artinya prefiks ber- dan sufiks –an itu diimbuhkan secara
bersamaan sekaligus pada sebuah bentuk dasar. Kedua, yang berupa klofiks
artinya prefiks ber- dan sufiks –an itu tidak diimbuhkan secara
bersamaan pada sebuah dasar. Dalam hal ini pada bentuk dasar, mula-mula
diimbuhkan sufiks –an baru kemudian diimbuhkan lagi prefiks ber-.
Kalau bentuk bermunculan di atas kita ambil sebagai contoh verba
berkonfiks dan bentuk berpakaian sebagai contoh verba berklofiks, maka
bagan proses pembentukannya adalah sebagai berikut:
Muncul – ber – an Ber
pakai – an
Ber-an
sebagai konfiks memiliki satu makna, sedangkan ber-an sebagai klofiks memiliki
makna sendiri-sendiri. Jadi, prefiks ber- memiliki makna sendiri. Verba
bermunculan pada contoh di atas memiliki makna ′banyak yang muncul dengan tidak
teratur′ dan makan gramatikal kata berpakaian adalah ′memakai pakaian′. Makna
gramatikal verba berkonfiks ber-an adalah:
·
banyak serta tidak teratur.
·
saling atau berbalasan.
·
saling berada di.
Ø Verba
berkonfiks ber-an yang memiliki makna gramatikal ′banyak serta tidak teratur′.
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + tindakan ), ( + sasaran ),
dan ( + gerak ). Misalnya:
-
berlarian ′banyak yang berlari dan
tidak teratur′.
-
bermunculan ′banyak yang muncul dan
tidak teratur′.
-
berlompatan ′banyak yang lompat dan
tidak teratur′.
Ø Verba
berkonfiks ber-an yang memiliki makna gramatikal ′saling′ atau ′berbalasan′.
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + tindakan ), ( + sasaran ),
dan ( + gerak ). Misalnya:
-
bermusuhan ′saling memusuhi′.
-
bertangisan ′saling menangis′.
-
bersentuhan ′saling bersentuhan′.
Ø Verba
berkonfiks ber-an yang memiliki makna gramatikal ′saling berada di′. Apabila
bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + benda ), ( + letak ), ( + tempat ).
Misalnya:
-
bersebelahan ′saling berada di
sebelah′.
-
berseberangan ′saling berada di
seberang′.
-
berhadapan ′saling berada di
hadapan′.
Catatan :
·
bentuk ber-an pada sebuah
verba mungkin bisa berupa konfiks mungkin juga berupa klofiks, tergantung pada
konteks kalimatnya. Misalnya verba berpotongan dan berpandangan
pada kalimat ( a ) dan ( b ) adalah konfiks sedangkan pada kalimat (c) dan ( d
) adalah klofiks.
§ Garis
a dan garis b berpotongan pada titik c.
§ Kami
hanya dapat berpandangan dari jauh.
§ Gadis
yang berpotongan seperti gajah bengkak itu tak mungkin diterima jadi
peragawati.
§ Orang
yang berpandangan luas tentu tidak akan mengkritik sembarangan.
·
Hingga saat ini verba berkonfiks
atau berklofiks ber-an jumlahnya tidak banyak. Di antara yang tidak banyak itu
terdapat pada verba-verba :
Berpengangan
Bersandaran
Berkenaan
Bermesraan
Berdekatan
Berhadapan
Bersangkutan
Berdampingan
Berlompatan
Bersaingan
Berlumuran
Bermusuhan
Bersentuhan
Berpasangan
|
Berhampiran
Berkasihan
Berjauhan
Berdatangan
Bertentangan
Bersimpangan
Berseliweran
Berlarian
Berloncatan
Berkedudukan
Berkejaran
Berketentuan
Berkeberatan
|
·
Ada sejumlah verba ber-an yang di
dalam pertuturan (terutama dalam ragam non baku) ditanggalkan prefiks ber-nya
antara lain (ber) ciuman, (ber) pelukan, (ber) tabrakan, (ber) gelimpangan,
(ber) senggolan, (ber) pacaran, (ber) sedekahan, (ber) lebaran, dan (ber)
syukuran.
c. Verba Berklofiks Ber-kan
Verba
berklofiks ber-kan dibentuk dengan proses, mula-mula pada bentuk dasar
diimbuhkan prefiks ber-, lalu diimbuhkan pula sufiks –kan.
Misalnya mula-mula pada kata dasar senjata diimbuhkan prefiks ber-
menjadi bersenjata, lalu pada kata bersenjata diimbuhkan pula
sufiks –kan sehingga menjadi bersenjatakan. Simak bagan berikut:
Ber – senjata – kan
Prefiks ber-
dan sufiks –kan pada verba ber-kan memiliki maknanya masing-masing, di
mana prefiks ber- memiliki makna gramatikal seperti pada subbab 1, ssedangkan
sufiks –kan memiliki makna gramatikal ′akan′. Perhatikan beberapa contoh
berikut:
-
bersenjatakan ′menggunakan senjata
akan (clurit) ′.
-
berisikan ′mempunyai isi akan (air)
′.
-
berdasarkan ′menggunakan dasar akan
(pancasila) ′.
Verba berklofiks ber-kan juga tidak
banyak. Di antara yang tidak banyak itu adalah verba:
Bermodalkan
Beristrikan
Bersuamikan
Bertatahkan
Berkalungkan
Bermenantukan
Berdalilkan
Beralaskan
Berasaskan
Berdasarkan
Bercorakkan
|
Bermodalkan
Berlandaskan
Bertuhankan
Berselimutkan
Bertaburkan
Berbantalan
Beratapkan
Berdindingkan
Berlantaikan
Berlaukkan
Bermotifkan
|
Perlu dicatat verba bermandikan
tampaknya agak berbeda, sebab verba bermandi tidak ada. Verba ini muncul dalam
konstruksi bermandi cahaya yang prosesnya adalah prefiks ber- diimbuhkan pada
frase mandi cahaya atau ber + mandi cahaya.
d. Verba Bersufiks –kan
Dalam
prosesnya, sufiks –kan, bila diimbuhkan pada dasar yang memiliki komponen makna
( + tindakan ) dan ( + sasaran ) akan membentuk verba bitransitif, yaitu verba
yang berobjek dua. Bila diimbuhkan pada dasar yang lain, sufiks –kan akan
membentuk pangkal ( stem ) yang menjadi dasar dalam pembentukan verba
inflektif. Verba bersufiks –kan digunakan dalam :
·
kalimat imperatif. Contoh:
-
lemparkan
bola itu ke sini!
-
tuliskan
namamu di sini!
-
gunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar!
·
kalimat pasif yang predikatnya
berpola: ( aspek ) + pelaku + verba, dan subjeknya menjadi sasaran tindakan.
Contoh:
-
rumah itu baru kami dirikan.
-
jembatan itu akan mereka robohkan.
-
tugas itu belum saya laksanakan.
·
keterangan tambahan pada subjek atau
objek yang berpola: yang + ( aspek ) + pelaku + verba. Contoh:
-
uang yang baru kami terima sudah
habis lagi.
-
kami melewati daerah yang sudah
mereka amankan.
Verba
bersufiks –kan memiliki makna gramatikal:
·
jadikan.
·
jadikan berada di.
·
lakukan untuk orang lain.
·
lakukan akan.
·
bawa masuk ke.
Ø Verba
Bersufiks –kan memiliki makna gramatikal ′menjadi′. Apabila bentuk dasarnya
memiliki komponen makna (+ keadaan) atau (+ sifat khas). Contoh:
-
tenangkan, artinya ′jadikan tenang′.
-
putuskan, artinya ′jadikan putus′.
-
hutankan, artinya ′jadikan hutan′.
-
damaikan, artinya ′jadikan damai′.
-
satukan, artinya ′jadikan satu′.
Ø Verba
Bersufiks –kan memiliki makna gramatikal ′jadikan berada di′. Apabila bentuk
dasarnya memiliki komponen makna (+ tempat) atau (+ arah). Contoh:
-
pinggirkan, artinya ′jadikan berada
di pinggir′.
-
daratkan, artinya ′jadikan berada di
darat′.
-
ketengahkan, artinya ′jadikan berada
di tengah′.
-
tempatkan, artinya ′jadikan berada
di tempat′.
-
gudangkan, artinya ′jadikan berada
di gudang′.
Ø Verba
Bersufiks –kan memiliki makna gramatikal ′lakukan untuk orang lain′. Apabila
bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ sasaran). Contoh:
-
bukakan, artinya ′lakukan buka untuk
(orang lain) ′.
-
ambilkan, artinya ′lakukan ambil
untuk (orang lain) ′.
-
bacakan, artinya ′lakukan baca untuk
(orang lain) ′.
-
belikan, artinya ′lakukan beli untuk
(orang lain) ′.
-
bawakan, artinya ′lakukan bawa untuk
(orang lain) ′.
Ø Verba
Bersufiks –kan memiliki makna gramatikal ′lakukan akan′. Apabila bentuk
dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ sasaran). Contoh:
-
lemparkan, artinya ′lakukan lempar
akan′.
-
hindarkan, artinya ′lakukan hindar
akan′.
-
hapuskan, artinya ′lakukan hapus
akan′.
-
kabulkan, artinya ′lakukan kabul akan′.
-
lompatkan, artinya ′lakukan lompat
akan′.
Ø Verba
Bersufiks –kan memiliki makna gramatikal ′bawa masuk ke′. Apabila bentuk
dasarnya memiliki komponen makna (+ ruang). Contoh:
-
asramakan, artinya ′bawa masuk ke
asrama′.
-
gudangkan, artinya ′bawa masuk ke
gudang′.
-
rumahkan, artinya ′bawa masuk ke
rumah′.
-
petikan, artinya ′bawa masuk ke
peti′.
Catatan:
Verba
bersufiks –kan lazim menjadi dasar dalam pembentukan verba berprefiks me-
inflektif, di- inflektif dan ter- inflektif, seperti terdapat pada kata melompatkan,
dilompatkan dan terlompatkan. Jadi, dalam bentuk verba berklofiks me-kan,
di-kan dan ter-kan, dimana verba me-kan digunakan dalam kalimat akif transitif,
verba di-kan digunakan dalam kalimat pasif tindakan dan verba ter-kan dalam
kalimat pasif keadaan.
e. Verba Bersufiks –i
Verba
bersufiks –i adalah verba transitif, yang berlaku juga sebagai pangkal (stem)
dalam pembentukan verba inflektif. Verba bersufiks –i digunakan dalam:
·
kalimat imperatif. Contoh:
-
tolong gulai teh ini!
-
mari kita hampiri anak itu!
-
lompati
saja pagar itu!
·
kalimat pasif yang predikatnya
berpola: ( aspek ) + pelaku + verba, dan subjeknya menjadi sasaran perbuatan.
Contoh:
-
kemarin beliau sudah kami
hubungi.
-
anak-anak yatim itu harus kita
santuni.
-
gurumu itu mesti kamu hormati
dengan baik.
·
keterangan tambahan pada subjek atau
objek yang berpola: yang + ( aspek ) + pelaku + verba. Contoh:
-
desa yang akan kita kunjungi
berada di balik bukit itu.
-
orang yang harus kamu surati
sudah ada di sini.
-
banjir melanda wilayah yang akan
kita datangi.
Verba bersufiks –i memiliki makna
gramatikal:
-
berulang kali.
-
tempat.
-
merasa sesuatu pada.
-
beri atau bubuh pada.
-
sebabkan atau jadikan.
-
lakukan pada.
Ø Verba
bersufiks –i memiliki makna gramatikal ′berulang kali′. Apabila bentuk dasarnya
memiliki komponen makna ( + tindakan ) dan ( + sasaran ). Contoh:
-
pukuli, artinya ′pekerjaan pukul
dilakukan berulang kali′.
-
sembahi, artinya ′pekerjaan sembah
dilakukan berulang kali′.
-
lempari, artinya ′pekerjaan lempar
dilakukan berulang kali′.
-
tendangi, artinya ′pekerjaan tendang
dilakukan berulang kali′.
-
potongi, artinya ′pekerjaan potong
dilakukan berulang kali′.
Ø Verba
bersufiks –i memiliki makna gramatikal ′tempat′. Apabila bentuk dasarnya
memiliki komponen makna ( + tempat ). Misalnya:
-
duduki, artinya ′duduk di ... ′.
-
datangi, artinya ′datang di ... ′.
-
lewati, artinya ′lakukan lewat di
... ′.
-
lompati, artinya ′lakukan lompat di
... ′.
-
jalani, artinya ′lakukan jalan di
... ′.
Ø Verba
bersufiks –i memiliki makna gramatikal ′merasa sesuatu pada′. Apabila bentuk
dasarnya memiliki komponen makna ( + sikap batin ) atau ( + emosi ). Misalnya:
-
kasihi, artinya ′merasa kasih pada′.
-
takuti, artinya ′merasa takut pada′.
-
hormati, artinya ′merasa hormat
pada′.
-
senangi, artinya ′merasa hormat
pada′.
-
sukai, artinya ′merasa suka pada′.
Ø Verba
bersufiks –i memiliki makna gramatikal ′beri atau bubuh pada′. Apabila bentuk
dasarnya memiliki komponen makna ( + bahan berian ). Contoh:
-
garami, artinya ′beri garam pada′.
-
airi, artinya ′beri air pada′.
-
nasihati, artinya ′beri nasihat
pada′.
-
gulai, artinya ′beri gula pada′.
-
danai, artinya ′beri dana pada′.
Ø Verba
bersufiks –i memiliki makna gramatikal ′sebabkan atau jadikan′. Apabila bentuk
dasarnya memiliki komponen makna ( + keadaan ) atau ( + sifat ). Contoh:
-
lengkapi, artinya ′jadikan lengkap′.
-
cukupi, artinya ′jadikan cukup′.
-
jauhi, artinya ′jadikan jauh′.
-
dekati, artinya ′jadikan dekat′.
-
kurangi, artinya ′jadikan kurang′.
Ø Verba
bersufiks –i memiliki makna gramatikal ′lakukan pada′. Apabila bentuk dasarnya
memiliki komponen makna ( + tindakan ) dan ( + tempat ). Misalnya:
-
tulisi, artinya ′lakukan tulis
pada′.
-
diami, artinya ′lakukan diam pada′.
-
semburi, artinya ′lakukan sembur
pada′.
-
siasati, artinya ′lakukan siasat
pada′.
-
tanggapi, artinya ′lakukan tanggap
pada′.
Catatan:
ü Sufiks
–i tidak dapat diimbuhkan pada bentuk dasar yang diakhiri dengan vokal –i atau
diftong ai. Jadi, bentuk-bentuk ′mandii′, ′pergii′, ′belii′, ′sampaii′,
dan ′cabaii′ tidak diterima.
ü Dalam
berbagai buku tata bahasa biasa dibicarakan perbedaan antara bentuk verba –kan
dan verba bentuk –i. Pada dasarnya ada dua perbedaan makna gramatikal:
§ Sufiks
–kan menyatakan ′lakukan akan′, sedang sufiks –i menyatakan ′lakukan pada′.
Simak dan bandingkan:
-
Lompatkan lompati
-
Tanamkan tanami
-
Datangkan datangi
-
Seberangkan seberangi
-
Banyakkan banyaki
§ Sufiks
–kan menyatakan ′jadikan akan′, sedang sufiks –i menyatakan ′jadikan pada′.
Simak dan bendingkan:
-
Terangkan terangi
-
Lengkapkan lengkapi
-
Jauhkan jauhi
-
Hitamkan hitami
-
Gelapkan gelapi
§ Sampai
sekarang di dalam masyarakat masih dipersoalkan mana yang betul bentuk membawahkan
atau membawahi, seperti dalam kalimat:
-
Gubernur DKI membawahi lima
orang wali kota.
-
Gubernur DKI membawahkan lima
orang wali kota.
Masyarakat umum lazim menggunakan bentuk
membawahi sedangkan sejumlah pakar dan penyuluh bahasa menggunakan ( dan
menyarankan orang lain ) bentuk membawahkan dengan alasan makna gramatikal
membawahkan adalah ′jadikan berada di bawah′. Sebetulnya bentuk membawahkan dan
membawahi memberi informasi yang sama, sebab membawahkan bermakna gramatikal
′jadikan di bawah akan′, sedangkan membawahi memberikan makna gramatikal
′jadikan berada di bawah pada′. Di samping itu tampaknya verba bersufiks –kan
atau bersufiks –i pada dasar yang memiliki komponen makna ( + tempat ) atau ( +
arah ) lebih bermakna idiomatikal daripada bermakna gramatikal, sehingga tidak
dapat ′dipertentangkan′ secara gramatikal. Contoh:
-
mengatasi, bermakna idiomatikal
′menyelesaikan′ atau ′mengurus′.
-
menengahi, bermakna idiomatikal
′mendamaikan′.
-
menyampingkan, bermakna idiomatikal
′tidak menganggap penting′.
-
memojokkan, bermakna idiomatikal
′menempatkan dalam keadaan tidak enak′.
-
mengutarakan, bermakna idiomatikal
′menyatakan′.
§ Berkenaan
dengan dapat tidaknya diberi sufiks –kan dan –i akar dalam bahasa Indonesia
dapat dikelompokkan atas:
a) Akar
yang dapat diimbuhi sufiks –kan dan sufiks –i. Misalnya akar:
-
tulis ( kan ) -
tulis ( I )
-
masuk ( kan ) -
masuk ( I )
-
lempar ( kan ) -
lempar ( I )
-
datang ( kan ) -
datang ( I )
-
tembak ( kan ) -
tembak ( I )
b) Akar
yang hanya dapat diberi imbuhan –kan, tetapi tidak dapat diberi imbuhan –i.
Misalnya akar:
-
anjur ( kan ) -* anjur ( I )
-
lomba ( kan ) -*lomba ( I )
-
siar ( kan ) -* siar ( I )
-
guna ( kan ) -* guna ( I )
-
tuntas ( kan ) -*tuntas
( I )
c) Akar
yang hanya dapat diberi imbuhan –i, tetapi tidak dapat diberikan imbuhan –kan.
Misalnya akar:
-
* patuh ( kan ) -
patuh ( I )
-
* taat ( kan ) -
taat ( I )
-
* hormat ( kan ) -
hormat ( I )
-
* sikap ( kan ) -
sikap ( I )
-
* restu ( kan ) -
restu ( I )
§ Sufiks
–kan dan sufiks –i dalam bahasa Indonesia merupakan dua afiks yang sangat
produktif dalam bahasa Indonesia terutama untuk membentuk pangkal verba (stem)
dalam pembentukan verba inflektif. Hanya, mana akar yang dapat diimbuhkan kedua
sufiks itu atau yang hanya salah satunya saja belum dapat dijelaskan, kecuali
seperti yang dijelaskan pada catatan ( 1 ) di atas.
f. Verba Berprefiks per-
Verba
berprefiks per- adalah verba yang bisa menjadi pangkal dalam pembentukan
verba inflektif. Verba berprefiks per- dapat digunakan dalam:
·
Kalimat imperatif. Misalnya:
-
persingkat
bicaramu!
-
perpanjang
dulu KTP-mu ini!
-
perdalam
ilmumu!
·
Kalimat pasif yang berpola: ( aspek
) + pelaku + verba. Misalnya:
-
penjagaan akan kami perketat
nanti malam.
-
syarat-syarat harus kita perlunak
untuk mereka.
-
masjid ini akan kami perluas
ke arah timur.
·
Keterangan tambahan pada subjek atau
objek yang berpola: yang + aspek + pelaku + verba. Misalnya:
-
saluran yang telah kami perdalam
kini telah dangkal lagi.
-
gubernur akan meninjau bangunan yang
baru kita perluas.
-
mobil yang belum lama kami
perbaiki mogok lagi.
Verba berprefiks per-
memiliki makna gramatikal:
-
jadikan lebih.
-
anggap sebagai.
-
bagi.
Ø Verba
berprefiks per- memiliki makna gramatikal ′jadikan lebih′. Apabila bentuk
dasarnya memiliki komponen makna ( + keadaan ) atau ( + situasi ). Contoh:
-
pertinggi, artinya ′jadikan lebih
tinggi′.
-
perlebar, artinya ′jadikan lebih
lebar′.
-
perlambat, artinya ′jadikan lebih
lambat′.
-
percepat, artinya ′jadikan lebih
cepat′
-
perluas, artinya ′jadikan lebih
luas′.
Ø Verba
berprefiks per- memiliki makna gramatikal ′anggap sebagai′ atau ′jadikan′.
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + sifat khas ). Contoh:
-
perbudak, artinya ′anggap sebagai
budak′.
-
perkuda, artinya ′anggap sebagai
kuda′.
-
peristri, artinya ′jadikan istri ′.
-
peranak, artinya ′jadikan anak ′.
-
perteman, artinya ′jadikan teman′.
Ø Verba
berprefiks per- memiliki makna gramatikal ′bagi′. Apabila bentuk dasarnya
memiliki komponen makna ( + jumlah ) atau ( + bilangan ). Misalnya:
-
perdua, artinya ′bagi dua′.
-
perlima, artinya ′bagi lima′.
-
perseratus, artinya ′bagi seratus′.
-
perseribu, artinya ′bagi seribu′.
-
perdelapan, artinya ′bagi delapan′.
Catatan:
·
Verba berprefiks per- dapat menjadi
pangkal dalam pembentukan verba inflektif dalam bentuk verba berklofiks
memper-, diper-, atau terper-. Misal memperpanjang, diperpanjang, dan
terpanjang.
·
Di samping prefiks per- ada
pula partikel per- yang memiliki makna ′tiap-tiap... ′ atau ′mulai... ′.
Misalnya:
-
per bulan,
artinya ′tiap-tiap bulan′.
-
per jam,
artinya ′tiap-tiap jam′.
-
per 1
April, artinya ′mulai 1 April′.
-
per 1
Januari, artinya ′mulai 1 Januari′.
g. Verba Berkonfiks per-kan
Verba
berkonfiks per-kan adalah verba yang bisa menjadi pangkal dalam
pembentukan verba inflektif ( berprefiks me-, berprefiks di-, atau
berprefiks ter- ). Verba berkonfiks per-kan digunakan dalam:
·
Kalimat imperatif. Misalnya:
-
persiapkan
dulu bahan-bahannya!
-
jangan perdebatkan lagi
masalah itu!
-
jangan persamakan saya dengan
dia!
·
Kalimat pasif yang predikatnya
berpola: ( aspek ) + pelaku + verba. Contoh:
-
anak itu akan kita pertemukan
dengan orang tua angkatnya.
-
masalah itu akan kami pertanyakan
lagi.
-
usulmu itu akan kami pertimbangkan.
·
Keterangan tambahan pada subjek atau
objek yang berpola: yang + ( aspek ) + pelaku + verba. Contoh:
-
tarian yang sudah mereka
pertunjukkan akan diulang lagi.
-
film yang mereka hendak
persembahkan perlu disensor dulu.
-
kami menyenangi lagu-lagu yang
telah mereka perdengarkan.
Verba berkonfiks per-kan memiliki
makna gramatikal:
-
Jadikan bahan ( per-kan ).
-
Lakukan supaya.
-
Jadikan me-.
-
Jadikan ber-.
Ø Verba
berkonfiks per-kan memiliki makna gramatikal ′jadikan bahan per-an′. Apabila
bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + kegiatan ). Contoh:
-
perdebatkan, artinya ′jadikan bahan
perdebatan′.
-
pertanyakan, artinya ′jadikan bahan
pertanyaan′.
-
pertentangkan, artinya ′jadikan
bahan pertentangan′.
Ø Verba
berkonfiks per-kan memiliki makna gramatikal ′lakukan supaya ( dasar ) ′.
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + keadaan ). Contoh:
-
persamakan, artinya ′lakukan supaya
sama′.
-
pertegaskan, artinya ′lakukan supaya
tegas′.
-
perbedakan, artinya ′lakukan supaya
beda′.
Ø Verba
berkonfiks per-kan memiliki makna gramatikal ′jadikan me-′. Apabila bentuk
dasarnya memiliki komponen makna ( + tindakan ). Contoh:
-
perdengarkan, artinya ′jadikan (
orang lain ) mendengar′.
-
perlihatkan, artinya ′jadikan (
orang lain ) melihat′.
-
pertontonkan, artinya ′jadikan (
orang lain ) menonton′.
Ø Verba
berkonfiks per-kan memiliki makna granatikal ′jadikan ber-′. Apabila bentuk
dasarnya memiliki komponen makna ( + kejadian ). Contoh:
-
perhubungkan, artinya ′jadikan
berhubungan′.
-
pertemukan, artinya ′jadikan
bertemu′.
-
pergunakan, artinya ′jadikan
berguna′.
Catatan:
·
Verba berkonfiks per-kan dapat
menjadi pangkal dalam pembentukan verba inflektif. Jadi, secara aktual dapat
diberi prefiks me- inflektif dan prefiks di- inflektif, secara
potensial dapat diberi ter- inflektif. Contoh, pertemukan dapat menjadi mempertemukan,
dipertemukan dan terpertemukan.
·
Verba berkonfiks per-kan jumlahnya
tidak banyak. Di antara yang tidak banyak itu adalah:
Permalukan
Perkenankan
Perbedakan
Persekutukan
Pergunjingan
Persatukan
Pertautkan
Pertontonkan
|
Pergunakan
Permainkan
Perdayakan
Perlihatkan
Perhubungkan
Perjuangkan
Pertentangkan
perbolehkan
|
h. Verba Berkonfiks per-i
Verba
berkonfiks per-i adalah verba yang dapat menjadi pamgkal dalam
pembentukan verba inflektif ( berprefiks me- inflektif, di- inflektif, atau
ter- inflektif ). Verba berkonfiks per-kan digunakan dalam:
·
kalimat imperatif. Contoh:
-
perbaiki dulu
sepeda ini!
-
jangan permalui dia depan
orang banyak!
-
pergaulilah istrimu
dengan baik!
·
kalimat pasif yang predikatnya
berpola: ( aspek ) + pelaku + verba. Contoh:
-
mobil itu baru kita perbaiki.
-
tanah ini masih mereka
persengketai.
-
mereka akan kami perlengkapi
dengan alat-alat pertanian.
·
keterangan tambahan pada subjek atau
objek yang berpola: yang + (aspek) + pelaku + verba. Contoh:
-
rumah yang baru kami perbaiki
terkena gempa.
-
kasihan sekali anak-anak yang
mereka perdayai itu.
-
mobil yang sudah kita perlengkapi
dengan alarm hilang juga.
Verba per-i memiliki makna
gramatikal:
-
lakukan supaya jadi.
-
lakukan (dasar) pada objeknya.
Ø Verba
berkonfiks per-i memiliki makna gramatikal ′lakukan supaya jadi′. Apabila
bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan). Contoh:
-
perlengkapi, artinya ′lakukan supaya
jadi lengkap′.
-
perbaiki, artinya ′lakukan supaya
jadi baik′.
-
persepakati, artinya ′lakukan supaya
jadi sepakat′.
-
perbarui, artinya ′lakukan supaya
jadi baru′.
-
permalui, artinya ′lakukan supaya
jadi malu′.
Ø Verba
berkonfiks per-i memiliki makna gramatikal ′lakukan (dasar) pada objeknya′.
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ lokasi).
Contoh:
-
perturuti, artinya ′lakukan turut
pada objeknya′.
-
persetujui, artinya ′lakukan setuju
pada objeknya′.
-
persepakati, artinya ′lakukan sepakat
pada objeknya′.
-
pergauli, artinya ′lakukan gaul pada
objeknya′.
-
perlindungi, artinya ′lakukan
lindungi pada objeknya′.
Catatan:
·
Verba berkonfiks per-i dapat menjadi
pangkal dalam pembentukan verba inflektif. Jadi, secara aktual dapat diberi
prefiks me- dan prefiks di- inflektif, dan secara potensial dapat diberi
prefiks ter- inflektif. Contohnya, pada kata perbaiki dapat dibentuk menjadi
memperbaiki, diperbaiki, dan terperbaiki.
·
Tampaknya verba berkonfiks per-i
jumlahnya tidak banyak, terbatas pada yang diberikan di atas sebagai contoh.
·
Verba persenjatai bermakna
gramatikal ′lakukan supaya jadi bersenjata′.
i.
Verba
Berprefiks me-
Prefiks
me- seperti sudah dibicarakan, dapat berbentuk me-, mem-, men-, meny-, meng-,
dan menge-. Bentuk atau alomorf me- digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai
dengan fonem r, l, w, y, m, n, ny, dan ng. Simak contoh-contoh
berikut:
Merakit
Melekat
Mewarisi
Meyakini
Memerah
Menanti
Menyanyi
Menganga
|
Merawat
Melongok
Mewasiatkan
Meyayasankan
Memulaskan
Menaiki
Menyala
Mengerikan
|
Bentuk
atau alomorf mem- digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem b,
p, f , dan v. Dengan catatan fonem b, f, dan v tetap
berwujud, sedangkan fonem p tidak diwujudkan, melainkan disenyawakan
dengan bunyi nasal dari prefiks itu. Simak contoh-contoh berikut:
Membina
Memfitnah
Memveto
Memotong
|
Membawa
Menfrasekan
Memvitaminkan
Memutuskan
|
Di sini perlu dicatat dalam
kenyataan bahasa ada sejumlah kata, terutama yang berasal dari bahasa asing,
yang meskipun diawali dengan fonem p tetapi tidak diluluhkan. Perhatikan
contoh:
Mempesonakan
Mempedulikan
Mempengaruhi
Mempopulerkan
Memprotes
Mempraktikkan
Mempedomani
|
atau
|
Memesonakan
Memedulikan
Memengaqruhi
Memopulerkan
Memerotes
Memeraktekkan
Memedomani
|
Demi
kekonsistenan, dalam buku ini dianjurkan untuk menggunakan bentuk yang
meluluhkan fonem p itu. Bentuk men- digunakan apabila bentuk dasarnya
dimulai dengan fonem d dan t. Dengan catatan fonem d tetap
diwujudkan sedangkan fonem t tidak diwujudkan melainkan disenyawakan
dengan bunyi nasal yang ada pada prefiks tersebut. Simak contoh-contoh berikut:
Menduda
Mendidik
Menulis
Menodong
|
Mendengar
Mendustai
Menendang
Menerobos
|
Dalam
bahasa keseharian, terutama di Jakarta, ada sejumlah kata berprefiks me-,
tetapi fonem t pada awal bentuk dasarnya tidak diluluhkan atau
disenyawakan, seperti mentolerir, mentradisi, mentraktor dan sebagainya.
Bentuk meny- digunakan apabila fonem awal bentuk dasarnya adalah fonem c, j dan
s. Dengan catatan dalam bahasa tulis bunyi ny pada prefiks itu
diganti atau dituliskan dengan huruf n pada dasar yang dengan fonem c
dan j, sedangkan yang dimulai dengan fonem s, fonem s-nya
diluluhkan. Simak contoh-contoh berikut:
-
Mencuri lafalnya : menycuri
-
Mencicil lafalnya : menycicil
-
Menjual lafalnya : menyjual
-
Menjaga lafalnya : menyjaga
-
Menyikat
-
Menyusul
Dalam bahasa keseharian, terutama
kata serapan dari bahasa asing, bunyi nasal pada bentuk dasarnya tidak
diluluhkan. Contoh:
-
Mensukseskan
-
Mensitir
-
Menstandarkan
-
Mensosialisasikan
Bentuk meng- digunakan
apabila bentuk dasarnya mulai dengan fonem k, g, h, kh, a, z, e, dan o.
Dengan catatan fonem k tidak diwujudkan, melainkan disenyawakan
dengan nasal yang ada pada prefiks itu, sedangkan fonem-fonem yang lain tetap
diwujudkan. Simak contoh-contoh berikut:
Mengirim
Menggali
Menghibur
Mengkhianati
Mengambil
Mengiris
Mengutus
Mengekor
Mengobrol
|
Mengumpulkan
Menggoda
Menghubungi
Mengkhususkan
Menyangkal
Mengincar
Mengusik
Mengelak
Mengobras
|
Bentuk menge- digunakan
apabila bentuk dasarnya terdiri dari sebuah suku kata. Contoh:
Mengebom
Mengetik
Mengecor
|
Mengecat
Mengelap
Mengetes
|
Ø Verba
Berprefiks me- inflektif
Bentuk
dasar atau pangkal verba berprefiks me- inflektif memiliki komponen makna (+
tindakan) dan (+ sasaran). Jadi, bentuk dasar atau pangkal dalam pembentukan
verba inflektif, di samping berbentuk morfem dasar atau akar juga termasuk
verba bersufiks –kan, bersufik –i, berprefiks per-, berkonfiks per-kan dan
berkonfiks per-i. Contoh:
Membaca
Melupakan
Merestui
Memperpanjang
Mempergunakan
Mempergauli
|
Menulis
Menidurkan
Menodai
Mempersingkat
Memperdayakan
Mempertakuti
|
Verba
berprefiks me- inflektif memiliki makna gramatikal:
§ kalau
bentuk dasarnya atau pangkalnya berupa morfem dasar adalah:
-
Melakukan (dasar).
-
Melakukan kerja dengan alat.
-
Melakukan kerja dengan bahan.
-
Membuat (dasar).
§ kalau
pangkalnya berupa verba bersufiks –kan, maka makna gramatikalnya adalah seperti
sudah dibicarakan pada subbab 4.
§ kalau
pangkalnya berupa verba bersufiks –i, maka makna gramatikalnya adalah seperti
sudah dibicarakan pada subbab 5.
§ kalau
pangkalnya berupa verba berprefiks -per, maka makna gramatikalnya adalah
seperti sudah dibicarakan pada subbab 6.
§ kalau
pangkalnya berupa verba berkonfiks per-kan, maka makna gramatikalnya adalah
seperti sudah dibicarakan pada subbab 7.
§ kalau
pangkalnya berupa verba berkonfiks per-i, maka makna gramatikalnya adalah
seperti sudah dibicarakan pada subbab 8.
·
Verba berprefiks me- inflektif
memiliki makna gramatikal ′melakukan (dasar)′ apabila bentuk dasarnya
memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ sasaran). Contoh:
-
membeli, artinya ′melakukan beli′.
-
menulis, artinya ′melakukan tulis′.
-
membaca, artinya ′melakukan baca′.
-
mencuri, artinya ′melakukan curi′.
-
mengambil, artinya ′melakukan
ambil′.
·
Verba berprefiks me- inflektif
memiliki makna gramatikal ′melakukan kerja dengan alat′ apabila bentuk
dasarnya memiliki komponen makna ( + tindakan ) dan ( + alat ). Contoh:
-
mengikir, artinya ′melakukan kerja
dengan alat kikir′.
-
memahat, artinya ′melakukan kerja
dengan alat pahat′.
-
mengail, artinya ′melakukan kerja
dengan alat kail′.
-
merantai, artinya ′melakukan kerja
dengan alat rantai′.
-
mengunci, artinya ′melakukan kerja
dengan alat kunci′.
·
Verba berprefiks me- inflektif
memiliki makna gramatikal ′melakukan kerja dengan bahan′ apabila bentuk
dasarnya memiliki komponen makna ( + tindakan ) dan ( + bahan ). Contoh:
-
mengapur, artinya ′lakukan kerja
dengan bahan kapur′.
-
mengecat, artinya ′lakukan kerja
dengan bahan cat′.
-
mengelem, artinya ′lakukan kerja
dengan bahan lem′.
-
mengelak, artinya ′lakukan kerja
dengan bahan lak′.
-
menyemen, artinya ′lakukan kerja
dengan bahan semen′.
·
Verba berprefiks me- inflektif
memiliki makna gramatikal ′membuat dasar′ apabila bentuk dasarnya
memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ benda hasil). Contoh:
-
menyambal, artinya ′membuat sambal′.
-
menumis, artinya ′membuat tumis′.
-
mematung, artinya ′membuat patung′.
-
menggambar, artinya ′membuat
gambar′.
-
mendekor, artinya ′membuat dekor′.
Ø Verba
Berprefiks me- derivatif
Verba
berprefiks me- derivatif memiliki makna gramatikal:
-
makan, minum, mengisap.
-
mengeluarkan.
-
menjadi.
-
menjadi seperti.
-
menuju.
-
memperingati.
·
Verba berprefiks me- derivatif
memiliki makna gramatikal makan, minum, mengisap apabila bentuk dasarnya
memiliki komponen makna ( + makanan ) atau ( + minuman ) atau ( + isapan ).
Contoh:
-
merokok, artinya ′menghisap rokok′.
-
menyoto, artinya ′makan soto ′.
-
menyate, artinya ′makan sate′.
-
( me )ngebir, artinya ′minum bir′.
-
menuak, artinya ′minum tuak′.
Catatan:
Makna gramatikal menyoto dan menyate
bisa menjadi ′membuat′ tergantung pada konteks kalimatnya.
·
Verba berprefiks me- derivatif
memiliki makna gramatikal mengeluarkan (dasar) apabila bentuk dasarnya memiliki
komponen makna (bunyi) atau (+ suara). Contoh:
-
mengeong, artinya ′mengeluarkan
bunyi ngeong′.
-
mengaum, artinya ′mengeluarkan bunyi
ngaum′.
-
menderik, artinya ′mengeluarkan
bunyi derit′.
-
mencicit, artinya ′mengeluarkan
bunyi cicit′.
-
mengerang, artinya ′mengeluarkan
bunyi erang′.
·
Verba berprefiks me- derivatif
memiliki makna gramatikal menjadi (dasar) apabila bentuk dasarnya memiliki
komponen makna (+ keadaan, ) atau (+ warna) atau (+ bentuk) atau (+ situasi).
-
menguning, artinya ′menjadi kuning′.
-
meninggi, artinya ′menjadi tinggi′.
-
menua, artinya ′menjadi tua′.
-
mengecil, artinya ′menjadi kecil′.
-
membesar, artinya ′menjadi besar′.
·
Verba berprefiks me- derivatif
memiliki makna gramatikal menjadi seperti apabila bentuk dasarnya memiliki
komponen makna (+ sifat khas). Contoh:
-
membatu, artinya ′menjadi seperti
batu′.
-
membaja, artinya ′menjadi seperti
baja′.
-
mengarang, artinya ′menjadi seperti
karang′.
-
mengapur, artinya ′menjadi seperti
kapur′.
-
menyemak, artinya ′menjadi seperti
semak′.
·
Verba berprefiks me- derivatif
memiliki makna gramatikal makan, minum, mengisap apabila bentuk dasarnya
memiliki komponen makna ( + makanan ) atau ( + minuman ) atau ( + isapan ).
-
menepi, artinya ′menuju tepi′.
-
mengutara, artinya ′menuju udara′.
-
mendarat, artinya ′menuju darat′.
-
mengudara, artinya ′menuju udara′.
-
melangit, artinya ′menuju langit′.
·
Verba berprefiks me- derivatif
memiliki makna gramatikal makan, minum, mengisap apabila bentuk dasarnya
memiliki komponen makna (+ makanan) atau (+ minuman) atau (+ isapan).
-
meniga hari, artinya ′memperingati
hari ketiga ( kematian )′.
-
menujuh hari, artinya ′memperingati
hari ketujuh ( kematian ) ′.
-
menujuh bulan, artinya ′memperingati
bulan ketujuh ( kehamilan ) ′.
-
menyeratus hari, artinya
′memperingati hari keseratus ( kematian ) ′.
-
menyeribu hari, artinya
′memperingati hari keseribu ( kematian ) ′.
j.
Verba
Berprefiks di-
Ada dua
macam verba berprefiks di-, yaitu verba berprefiks di- inflektif dan verba berprefiks
di- derivatif.
Ø Verba
berprefiks di- inflektif adalah verba pasif. Tindakan dari verba
berprefiks me- inflektif. Maka makna gramatikalnya adalah kebalikan dari bentuk
aktif verba berprefiks me- inflektif.
Ø Verba
berprefiks di- derivatif sejauh data yang diperoleh hanya ada kata dimaksud,
yang lain tidak ada.
k. Verba Berprefiks ter-
Ada dua
macam verba berprefiks ter-, yaitu verba berprefiks di- inflektif dan verba
berprefiks ter- derivatif.
Ø Verba
berprefiks ter- inflektif
Verba
berprefiks ter- inflektif adalah verba pasif keadaan dari verba berprefiks me-
inflektif. Makna gramatikal verba berprefiks ter- inflektif, selain sebagai
kebalikan pasif keadaan dari verba berprefiks me- inflektif, juga memiliki
makna gramatikal.
-
dapat / sanggup.
-
tidak sengaja.
-
sudah terjadi.
·
Verba berprefiks ter- inflektif memiliki
makna gramatikal ′dapat / sanggup′ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen
makna ( + tindakan ) dan ( + sasaran ). Contoh:
-
terangkat, artinya ′dapat diangkat′.
-
terbaca, artinya ′dapat dibaca′.
-
terbawa, artinya ′dapat dibawa′.
-
terlihat, artinya ′dapat dilihat′.
-
terangkut, artinya ′dapat diangkut′.
·
Verba berprefiks ter- inflektif memiliki
makna gramatikal ′tidak sengaja ′ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen
makna ( + tindakan ) dan ( + sasaran ). Contoh:
-
terangkat, artinya ′tidak sengaja
diangkat′.
-
terbaca, artinya ′tidak sengaja
dibaca′.
-
terbawa, artinya ′tidak sengaja
dibawa′.
-
terlihat, artinya ′tidak sengaja
dilihat′.
-
terangkut, artinya ′tidak sengaja
diangkut′.
Catatan : Makna gramatikal verba
berprefiks ter- di atas, masih tergantung pada konteks kalimatnya.
·
Verba berprefiks ter- inflektif memiliki
makna gramatikal ′sudah terjadi′ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen
makna ( + tindakan ) dan ( + keadaan ). Contoh:
-
terbakar, artinya ′sudah terjadi (
bakar )′.
-
terputus, artinya ′sudah terjadi (
putus )′.
-
terlanda, artinya ′sudah terjadi (
landa )′.
-
tertabrak, artinya ′sudah terjadi (
tabrak )′.
-
terjepit, artinya ′sudah terjadi (
jepit )′.
·
Verba berprefiks ter- inflektif memiliki
makna gramatikal ′yang di ( dasar ) ′ apabila digunakan sebagai istilah bidang
hukum. Contoh:
-
tertuduh, artinya ′yang dituduh′.
-
tersangka, artinya ′yang disangka′.
-
terdakwa, artinya ′yang didakwa′.
-
terpidana, artinya ′yang dipidana′.
-
terhukum, artinya ′yang dihukum′.
Ø Verba
berprefiks ter- derivatif
Verba
berprefiks ter- derivatif memiliki makna gramatikal:
-
paling.
-
dalam keadaan.
-
terjadi dengan tiba-tiba.
·
Verba berprefiks ter- derivatif
memiliki makna gramatikal ′paling′ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna
( + keadaan ). Contoh:
-
terbaik, artinya ′paling baik′.
-
tertinggi, artinya ′paling tinggi′.
-
terpendek, artinya ′paling pendek′.
-
terjauh, artinya ′paling jauh′.
-
terpanjang, artinya ′paling
panjang′.
·
Verba berprefiks ter- derivatif
memiliki makna gramatikal ′dalam keadaan′ apabila bentuk dasarnya memiliki
komponen makna ( + keadaan ) dan ( + kejadian ). Contoh:
-
tergeletak, artinya ′dalam keadaan
geletak′.
-
terdampar, artinya ′dalam keadaan
dampar′.
-
terseok-seok, artinya ′dalam keadaan
seok-seok′.
-
terpasang, artinya ′dalam keadaan
pasang′.
-
terbengkalai, artinya ′dalam keadaan
bengkalai′.
·
Verba berprefiks ter- derivatif
memiliki makna gramatikal ′terjadi dengan tiba-tiba′ apabila bentuk dasarnya
memiliki komponen makna ( + kejadian ). Contoh:
-
teringat, artinya ′tiba-tiba ingat′.
-
terpeluk, artinya ′tiba-tiba
memeluk′.
-
terjerembab, artinya ′tiba-tiba
jerembab′.
-
tertegun, artinya ′tiba-tiba tegun′.
Ø Verba Berprefiks ke-
Verba
berprefiks ke- digunakan dalam bahasa ragam tidak baku. Fungsi dan makna gramatikalnya
sepadan dengan verba berprefiks ter-. Jadi, bentuknya sebagai berikut:
Kebaca
Ketipu
Ketabrak
Kebawa
Ketangkap
|
Sepadan dengan
|
Terbaca
Tertipu
Tertabrak
Terbawa
Tertangkap
|
Makna gramatikal yang dimiliki, antara
lain:
-
tidak sengaja.
-
dapat di.
-
kena ( dasar ).
Ø Verba Berkonfiks ke-an
Verba
berkonfiks ke-an termasuk verba pasif, yang tidak dapat dikembalikan ke dalam
verba aktif, seperti verba pasif di- dan verba pasif ter-. Makna gramatikal
yang dimilikinya adalah:
-
terkena, menderita atau mengalami.
-
agak bersifat.
·
Verba berkonfiks ke-an memiliki
makna gramatikal ′terkena, menderita, mengalami ( dasar ) ′ apabila bentuk
dasarnya memiliki komponen makna ( + peristiwa alam ) atau ( + hal yang tidak
enak ). Contoh:
-
kebanjiran, artinya ′terkena
banjir′.
-
kebakaran, artinya ′menderita bakar
′.
-
kedinginan, artinya ′menderita
dingin′.
-
kehausan, artinya ′menderita haus′.
-
kecopetan, artinya ′terkena copet′.
·
Verba berkonfiks ke-an memiliki
makna gramatikal ′agak ( dasar )′ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen
makna ( + warna ). Contoh:
-
kehijauan, artinya ′agak hijau′.
-
kemerahan, artinya ′agak merah′.
-
kebiruan, artinya ′agak biru′.
-
kehitaman, artinya ′agak hitam′.
-
kekuningan, artinya ′agak kuning′.
Perlu dicatat, di dalam pemakaian
lazim disertai dengan nama warna lain di depannya dan bentuk reduplikasi.
Contoh:
-
hijau kekuningan atau hijau
kekuning-kuningan.
-
merah kehitaman atau merah
kehitam-hitaman.
-
biru kemerahan atau biru
kemerah-merahan.
B.
Afiksasi
Pembentukan Nomina.
Menurut
buku Chaer Morfologi Bahasa Indonesia halaman 144 – 167, Pembentukan dengan
afiksasi ini ada yang di bentuk langsung dari akar, tetapi sebagaian besar di
bentuk dari akar melalui kelas verba dari akar itu. Yang di bentuk langsung
dari akar adalah nomina turunan berkonfiks ke-an, seperti kepandaian
yang bermakna ‘hal pandai’ dan kepartaian yang bermakna ‘hal partai’.
Sedangkan contoh yang di bentuk dari akar melalui verba daru akar itu adalah pembaca
yang bermakna gramatikal ‘yang membaca’, pembacaan yang
bermakna gramatikal ‘hasil membaca’ atau ‘yang dibaca’. Afiks- Afiks Pembentukan Nomina :
a.
Nomina
Berprefiks ke
Nomina
berprefiks ke- sejauh data yang ada hanyalah ada tiga buah kata, yaitu ketua,
kekasih dan berkehendak dengan makna gramatikal ‘yang dituai’, ‘yang
dikasihi’ dan ‘yang dikehendak’.
b.
Nomina
berkonfiks ke-an
Pembentukan ada 2 (dua) macam :
§
Di bentuk langsung dari bentuk akar
(dari akar tunggal maupun akar majemuk). Contoh:
Kehutanan → hutan + ke-an.
Keolahragaan → olahraga + ke-an
§
Di bentuk dari akar melalui verba
menjadi predikat dalam satu klausa. Contoh :
Keberanian → dari verba berani.
Klausa → mereka sungguh berani.
Kesedihan → dari verba sedih.
Ø
Nomina
berkonfiks ke-an
Yang di
bentuk langsung dari bentuk dasar memiliki makna gramatikal ( a )’ hal ( dasar
)’ atau ’tentang ( dasar ) ’; dan ( b )’ tempat’atau’wilayah’.
·
Nomina berkonfiks ke-an yang
di bentuk langsung dari dasar memiliki makna gramatikal ‘hal(dasar)’ apabila
bentuk dasarnya itu memiliki komponen makna( + bendaan ) dan ( + objek bicara
).
·
Nomina berkonfiks ke-an yang
di bentuk dari dasar memiliki makna gramatikal ‘tempat ( dasar )’ atau ‘wilayah
( + bendaan ), ( + wilayah ) dan ( + jabatan ).
Ø
Nomina
berkonfiks ke-an
Yang di
bentuk dari dasar melalui verba ( yang di bentuk dari dasar itu dan menduduki
fungsi predikat sebuah klausa ) memiliki makna gramatikal ( a ) ‘hal ( dasar )’
dan ( b ) ‘hasil’.
·
Nomina
berkonfiks ke-an yang di bentuk dari dasar melalui
verba/predikat dari suatu klausa memiliki makna gramatikal ‘hal (dasar)’
apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+keadaan).
·
Nomina
berkonfiks ke-an yang di bentuk dari dasar melalui
verba/predikat dari suatu klausa memiiki makna gramatikal ‘hasil me-kan’
apabila verba yang di laluinya memiliki komponen makna (+tindakan) dan
(+sasaran).
c.
Nomina
Berkonfiks pe-
Ada
dua macam proses pembentukan dengan prefiks pe-.
·
Prefiks pe-
yang menggunakan kaidah persengauan.Yang menggunakan kaidah persengauan
mempunyai hubungan dengan verba berprefiks me- transitif dan verba dasar.
·
Prefiks
pe- yang tidak mengikuti kidah persengauan. Yang tidak menggunakan kaidah
persengauan mempunyai hubungan dengan verba berprefiks ber- yang menyatakan
tindakan.
Ø
Nomina
Berprefiks pe- yang mengikuti Kaidah Persengauan.
Prefiks pe-
yang mengikuti kaidah persengauan dapat berbentuk pe-, pem-, pen-, peng-,
peny-, dan penge-. persengauan sama dengan persengauan pada prefiks me-.
Bentuk atau alomorf pe- digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai dengan
fonem | r, l, w, y, m, n, ny, dan ng |. Contoh:
-
Perawat ( verba : merawat ).
-
Perakit ( verba : merakit ).
-
Pelintas ( verba : melintasi
).
-
Pewaris ( verba : mewarisi ).
-
Peyakin ( verba : menyakini ).
Bentuk
atau alomorf pem- digunakan apabila bentuk dasarnya di mulai dengan
fonem | b, p, dan v |. Dengan catatan fonem | b, f dan v | tetap
terwujud, sedangkan fonem |p| disenyawakan dengan bunyi nasal dari
prefiks itu. Contoh:
-
Pembina
(verba: membina).
-
Pemotong
(verba: memotong).
-
Pemfitnah
(verba: memfitnah).
-
Pemveto
(verba: memveto).
Secara
aktual bentuk pemfitnah dan pemveto tidak ada, secara potensial
bisa ada. Bentuk meny- digunakan apabila fonem awal bentuk dasarnya
adalah fonem | s, c, dan j|. Dengan catatan fonem |t| tidak
diwujudkan melainkan disenyawakan dengan bunyi nasal yang ada pada prefiks
tersebut. Contoh;
-
Pendengar
(verba: mendengar).
-
Pendidik
(verba: mendidik)
Bentuk meny-
digunakan apabila fonem awal bentuk dasarnya adalah fonem | s,c dan j |.
Dengan catatan fonem | s | disenyawakan dengan bunyi nasal yang ada pada
prefiks itu; sedangkan nasal ny untuk fonem |c dan j|
dalam bahasa tulis diganti dengan huruf < n >. Contoh:
-
Penyikat
(verba: menyikat).
-
Penyakit
(verba: menyakiti).
-
Pencuri
(lafal: pencuri verba mencuri).
-
Pencopet
(lafal: penyopet verba menyopet).
Bentuk
atau alomorf peng- digunakan apabila bentuk dasarnya mulai dengan fonem |
k, g, h, kh, a, i, u, e, dan o |. Dengan catatan fonem|k| tidak
diwujudkan melainkan disenyawakan dengan bunyi nasal ng yang ada pada
prefiks itu; sedangkan fonem lain tetap diwujudkan. Contoh:
-
Pengirim
(verba: mengirim).
-
Penggugat
(verba: menggugat), dan seterusnya.
Bentuk
atau alomorf penge- digunakan apabila bentuk dasarnya berupa bentuk
ekasuku. Contoh:
-
Pengetik
(verba: mengetik).
-
Pengecat
(verba: mengecat), dan seterusnya.
Nomina
berprefiks pe- yang mengikuti kaidah persengauan dibentuk dari dasar
melalui verba dari suatu klausa, sehingga makna gramatikal yang di miliki
adalah:
-
Yang ( dasar ).
-
Yang me- ( dasar ).
-
Yang me-kan ( dasar ).
-
Yang mi-I ( dasar ).
·
Nomina
berprefiks pe- memiliki makna gramatikal
‘yang(dasar)’ apabila dibentuk dari dasar melalui verba yang sama dengan
dasar itu. Contoh:
-
Pendatang (
dari verba datang dalam kalimat “mereka datang dari luar kota” ).
-
Pemabuk (
dari verba mabuk dalam kalimat “anak-anak itu sering mabuk disana ).
-
Pemalas (
dari verba malas dalam kalimat “anak itu memang malas” ).
·
Nomina
berprefiks pe- memiliki makna gramatikal ‘yang me-(dasar)’
apabila bentuk dari dasar melalui verba berprefiks me- yang dibentuk
dari dasar itu. Contoh:
-
Penulis
( dari dasar tulis melalui verba menulis ).
-
Pelatih ( dari dasar latih melalui verba melatih
).
-
Pengawal
( dari dasar kawal melalui verba mengawal ).
·
Nomina
berpefiks pe- memiliki makna gramatikal ‘yang me-kan
(dasar)’ apabila dibentuk dari dasar melalui verba berklofiks me-kan
yang dibentuk dari dasar itu. Contoh :
-
Penjinak
( dari dasar jinak melalui verba menjinakkan ).
-
Pembersih
( dari dasar bersih melalui verba membersihkan ).
-
Pewangi
( dari dasar wangi melalui verba mewangikan ).
·
Nomina
berprefiks pe- memiliki
makna gramatikal ‘yang me-i (dasar)’ apabila dibentuk dari dasar melalui
verba me-i yang dibentuk dari dasar itu. Contoh:
-
Pewaris
( dari dasar waris melalui verba mewarisi ).
-
Pengunjung
( dari dasar kunjung melalui verba mengunjungi ).
-
Pelengkap
( dari dasar lengkap melalui verba melengkapi ).
-
Penurut
( dari dasar turut melalui verba menuruti ).
Ø
Nomina
Berprefiks pe- yang Tidak Mengikuti Kaidah Persengauan
Nomina
berprefiks pe- yang tidak mengikuti kaidah persengauan berkaitan dengan
verba berprefiks ber- atau verba berklofiks memper-kan yang di
bentuk dari dasar itu makna gramatikal yang di miliki adalah ‘yang ber- (dasar)’.
Contoh :
-
Peladang
(dari dasar ladang melalui verba barladang).
-
Pedagang
(dari dasar dagang melalui verba berdagang).
-
Petaruh
(dari dasar taruh melaui verba mempertaruhkan).
Ø
Nomina
Berprefiks pe- Melalui Proses Analogi.
Ada dua macam pembentukan nomina
berprefiks pe- yang dibentuk melalui proses analogi. Yaitu :
ü
Adanya bentuk penyuruh ( dengan
makna gramatikal ‘yang menyuruh’ ) dan bentuk pesuruh ( dengan makna
gramatikal ‘yang disuruh’ ), maka dibentuklah pasangan:
-
Penatar ‘yang menatar’ dan petatar
‘yang ditatar.
-
Penyuluh ‘yang menyuluh’ dan pesuluh
‘yang disuluh’.
-
Pengubah ‘yang mengubah’ dan perubah
‘yang diubah’
ü
Adanya bentuk petinju dan pegulat
dengan makna gramatikal ‘yang berolahraga tinju’ dan ‘yang berolahraga gulat’
maka dibentuklah istilah-istilah pegolf, penyudo, petembak, petenis, pesepak
bola,dll. Semua istilah ini tidak mengenali kaidah persengauan.
d.
Nomina
Berkonfiks pe-an
Konfiks pe-an dalam pembentukan
nomina mempunyai enam buah bentuk atau alomorf, yaitu pe-an, pem-an, pen-an,
peny-an, peng-an, dan penge-an. Kaidah penggunaan nya sejalan dengan
kaidah persengauan prefiks me- maupun prefiks pe-, yaitu :
Bentuk
alomorf pe-an digunakan apabila bentuk dasarnya berawal
dengan fonem | r, l, w, y, m, n, ny, dan ng |. Contoh:
-
Perawatan.
-
Pelarian.
-
Pewarisan.
-
Penyakinan.
-
Pemantapan.
-
Penyanyian.
-
Pengangaan.
Bentuk
atau alomorf pem-an digunakan apabila bentuk dasarnya berawal
dengan fonem |b, p, f dan v|. Dengan catatn fonem |b|
tetap diwujudkan, fonem | p | disnyawakan dengan bunyi sengau dari
konfiks yang bersangkutan, sedangkan kata yang berfonem | f dan v
| hingga saat ini masih berupa data potensial. Contoh:
-
Pembinaan.
-
Pembakaran.
-
Pemilihan, dan seterusnya.
Bentuk
atau alomorf pen-an yang digunakan apabila bentuk dasarnya
berawal dengan fonem | d dan t |. dengan catatan fonem | d | tetap
diwujudkan, sedangkan fonem | t | disenyawakan dengan bunyi sengau dan
konfiks yang bersangkutan. Contoh:
-
Pendengaran.
-
Penderitaan, dan seterusnya.
Bentuk
atau alomorf peng-an digunakan apabila bentuk dasarnya berawal
dengan fonem | k, g, h, kh, a, i, u, e, dan o |. Dengan catatn
fonem | k | disenyawakan dengan bunyi sengau dari konfiks itu, sedangkan
yang lain tetap diwujudka. Contoh:
-
Pengiriman.
-
Penggalian.
-
Penghukuman.
-
Pengkhianatan.
-
Pengambilan.
-
Pengintaian.
-
Pengurusan.
-
Pengendaraan.
-
Pengoperasian.
Bentuk
atau alomorf penge-an digunakan apabila bentuk dasarnya berupa
dasar ekasuku. Contoh:
-
Pengeboran.
-
Pengecatan.
-
Pengetikan.
-
Pengesahan.
-
Pengecoran.
Proses
pembentukan nomina berkonfiks pe-an dilakukan dari dasar melalui verba
berprefiks me-, berklofiks me-kan atau berklofiks me-i.
Oleh karena itu, maka gramatikal yang dimiliki adalah:
-
Proses / hal me- ( dasar ).
-
Proses / hal me-kan ( dasar ).
-
Proses / hal me-I ( dasar ).
Ø
Nomina
berkonfiks pe-an memiliki makna gramatikal ‘hal /
proses me- ( dasar )’ apabila dibentuk dari dasar melalui verba berprefiks me-
inflektif. Contoh:
-
Pembacaan, artinya ‘hal membaca’.
-
Penulisan, artinya
‘hal menulis’.
-
Pendengaran, artinya ‘hal
mendengar’.
-
Penutupan, artinya ‘hal
menutup’.
-
Pembayaran, artinya ‘hal membayar’.
Ø
Nomina
berkonfiks pe-an memiliki makna gramatikal ‘hal/
proses me-kan (dasar)’ apabila dibentuk dari dasar melalui verba berklofiks me-kan
yang dibentuk dari dasar itu. Contoh:
-
Pembenaran, artinya ‘hal
membenarkan’.
-
Pegecualian, artinya ‘hal
mengecualikan’.
-
Pemutihan, artinya ‘hal memutihkan’.
-
Penggelapan, artinya ‘hal
menggelapkan’.
-
Penjelasan, artinya ‘hal
menjelaskan’.
Ø
Nomina
berkonfiks pe-an memiliki makna gramatikal ‘hal /
proses me-i (dasar)’ apabila dibentuk dari dasar melalui verba berklofiks me-i
yang dibentuk dari dasar itu. contoh:
-
Pewarisan, artinya ‘hal mewarisi’.
-
Pembenahan, artinya ‘hal membenahi’.
-
Pelucutan, artinya ‘hal melucutu’,
dan seterunya.
e.
Nomina
Berkonfiks per-an
Ada
dua macam proses pembentukan nomina dengan konfiks per-an.
Ø
Nomina
berkonfiks per-an yang dibentuk dari dasar melalui
verba ber- bentuknya mengikuti perubahan bentuk prefiks ber-,
sehingga menjadi bentuk per-an, pe-an, pel-an. Bentuk atau alomorf per-an
digunakan apabila diturunkan dari dasar memulai verba berbentuk ber-,
seperti:
-
Perdagangan ( dari verba berdagang
).
-
Perselingkuhan ( dari verba
berselingkuh ), dan seterusnya.
Bentuk
atau alomorf pe-an digunakan apabila diturunkan dari dasar melalui verba
berbentuk be-. Seperti:
-
Pekerjaan ( dari verba bekerja ).
-
Peternakan ( dari verba beternak ).
-
Pecerminan ( dari verba becermin ).
Bentuk
atau alomorf pel-an hanya digunakan satu-satunya pada dasar ajar
melalui verba belajar, sehingga menjadi pelajaran. Hanya makna
gramatikalnya bukan ‘hal / proses belajar’. Melainkan ‘ bahan belajar’.
Ø
Nomina
berkonfiks per-an yang
dibentuk dari dasar (baik akar maupun bukan) nomina, seperti:
-
Perkaretan.
-
Perburuhan.
-
Perkantoran.
Makna
gramatikal nomina berkonfiks per-an, baik yang dibentuk dari dasar
melalui verba ber-, maupun yang langsung dari dasar adalah; ‘ hal atau
tentang (dasar)’. Namun, dalam pemakaian memiliki makna, antara lain:
·
‘hal ber- ( dasar )’, seperti:
-
Pergerakan, bermakna ‘hal bergerak’.
-
Perselingkuhan, bermakna ‘hal
berselingkuh’.
·
‘hal, tentang atau masalah ( dasar
), seperti:
-
Perekonomian, artinya ‘hal ekonomi’.
-
Perkreditan, artinya ‘hal kredit’.
·
‘daerah, wilayah atau tempat’,
seperti:
-
Pegunungan, berarti ‘daerah gunung’.
-
Pedalaman, berarti ‘daerah dalam’.
-
Pemukiman, berarti ‘daerah mukim’.
-
Pertapaan, berarti ‘daerah tapa’.
-
Peristirahatan, berarti ‘tempat
istirahat’.
f.
Nomina
Bersufiks –an.
Ada
tiga macam proses pembentukan nomina bersufiks –an.
Ø
Nomina brsufiks –an yang
dibentuk dari dasar melalui verba berprefiks me- inflektif memiliki makna
gramatikal:
-
Hasil me- ( dasar ).
-
Yang di- ( dasar ).
-
Alat me- ( dasar ).
·
Nomina bersufiks –an yang dibentuk dari dasar melalui
verba bersufiks inflektif memiliki makna gramatikal ‘hasil me- ( dasar )’
apabila hubungan antara verba me- inflektif yang dibentuk dari dasar itu
dengan objeknya me- menyatakan ‘hasil’, seperti: Tulisan, dalam
arti ‘hasil menulis ( diturunkan melalui verba menulis dimana hubungan
verba menulis dengan objeknya, misal: surat, mempunyai hubungan
hasil ).
·
Nomina bersufiks –an yang dibentuk dari dasar melalui
verba berprefiks me- inflektif memiliki makna gramatikal ‘yang di- ( dasar )’
apabila hubungan antara verba me- inflektif yang dibentuk dari dasar itu dengan
objeknya menyatakan ‘sasaran’, seperti nomina makanan, bacaan dan
tahanan.
·
Nomina bersufiks –an yang dibentuk dari dasar melalui
verba berprefiks me- inflektif memiliki makna gramatikal ‘alat ( me- )’
apabila verba berprefiks me- yang dilaluinya memiliki komponen makna ( + alat
), seperti nomina:
-
Saringan ( dari verba menyaring ).
-
Ayakan ( dari verba mengayak ).
-
Kukusan (dari verba mengukus).
Ø
Nomina bersufiks –an yang
dibentuk dari dasar melalui verba berprefiks ber- memiliki makna
gramatikal ‘tempat ber (dasar)’. Misalnya, nomina kubangan, tepian
dan pangkalan pada kalimat-kalimat berikut:
-
Lubang-lubang di jalan itu ada yang
sebesar kubangan kerbau ( kubang berarti ‘tempat berkubang’ ).
-
Mereka berdagang di tepian
sungai ( tepian berarti ‘tempat yang bertepi’ ).
-
Kutunggu kamu di pangkalan
ojek ( pangkalan berarti ‘tempat
berpangkal’ ).
Ø
Nomina Bersufiks –an yang
dibentuk dari dasar langsung memiliki makna gramatikal:
-
Tiap - tiap.
-
Banyak ( dasar ).
-
Bersifat ( dasar ).
·
Nomina
berbentuk –an yang dibentuk langsung dari dasar akan mempunyai
makna gramatikal ‘tiap-tiap’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna
( + ukuran ) atau ( + takaran ), seperti: nomina bulanan, literan dan meteran.
( + ukuran ) atau ( + takaran ), seperti: nomina bulanan, literan dan meteran.
·
Nomina
bersufiks –an yang dibentuk langsung dari dasar akan mempunyai
makna gramatikal ‘banyak ( dasar )’ apabila bentuk dasanya memiliki komponen
makna ( + bandana ) dan ( +kecil ), seperti nomina ubanan, kutuan,
dan jamuran.
·
Nomina
bersufiks –an yang dibentuk langsung dari dasar akan mempunya
makna gramatikal ‘bersifat ( dasar )’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen
makna ( + keadaan ). Seperti nomina murahan, asinan, manisan.
g.
Nomina
Bersufiks –nya
Ada
dua bentuk –nya, yaitu:
§
-nya sebagai pronomina
persona ketiga tunggal, sepert dalam kalimat:
Saya mau minta tolong kepadanya.
§
-nya sebagai
sufiks seperti terdapat pada kata-kata naiknya, turunya, dan
mahalnya. Sebagai sufiks –nya membentuk nomina dengan makna
gramatikal:
-
Hal (dasar).
-
Penegasan.
Ø
Nomina bersufiks –nya memiliki
makna gramatikal ‘hal’ kalau bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( +
keadaan ), seperti kata-kata naiknya, mahalnya, dan luasnya.
Ø
Nomina
bersufiks –nya memiliki makna gramatikal
‘penegasan’ kalau bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + bendaan ) atau (
+tindakan ), seperti kata-kata nasinya, airnya, pulangnya
dan datangnya.
h.
Nomina
Berprefiks ter-
Nomina
berprefiks ter- dengan makna gramatikal ‘yang di- ( dasar )’ hanya
terdapat sebagai istilah dalam bidang hukum. Nomina tersebut adalah tersangka,
terperiksa, terdakwa, tergugat, tertuduh, terhukum,
dan terpidana.
i.
Nomina
Berprefiks –el-, -em-, dan, -er-
Infiksasi
dalam bahasa indonesia sudah tidak produktif lagi. Artinya, tidak digunakan
lagi untuk membentuk kata-kata baru. Nomina berprefiks yang ada adalah:
-
Telapak tapak.
-
Telunjuk tujuk.
-
Gemeter getar.
-
Seruling suling.
-
Geleter getar.
-
Gerigi gigi.
-
Geligi gigi.
-
Pelatuk patuk.
-
Genderang gendang
j.
Nomina
Bersufiks Asing
Dalam
berkembangnya bahasa indonesia banyak menyerap kosakata asing, terutama dari
bahasa Arab, Inggris, dan Belanda. Artinya kosakata itu diserap sekaligus
dengan “sufiks” yang menjadi penanda kategori kata serapan itu. “sufiks”
penanda kelas atau kategori nomina, antara lain:
§
In pada kata
hadirin, muslimin, muhajirin dengan makna gramatikal ‘laki-laki yang ( dasar
)’.
§
At pada kata
hadirat, muslihat, mukminat dengan makna gramatikal ‘perempuan yang ( dasar )’.
§
-ah pada kata gairah dan
hafizah dengan makna gramatikal ‘perempuan yang (dasar).
§
Si pada kata
kritisi, musisi, politisi dengan makna gramatikal ‘yang bergerak dalam bidang (
dasar )’.
§
-ika pada kata fisika,
mekanika, linguistika dengan makna gramatikal ‘ilmu tentang ( dasar )’.
§
-ir pada kata importer,
eksportir, leveransir dengan makna gramatikal ‘pelaku kegiatan ( dasar )’.
§
-ur pada kata direktur,
kondektur, redaktur dengan makna gramatikal ‘laki-laki yang menjadi ( dasar )’.
§
-us pada kata politikus,
musikus, kritikus dengan makna gramatikal ‘orang-orang yang melakukan ( dasar
)’.
§
-isme pada kata kapitalisme,
feodalisme, islamisme dengan makna granatikal ‘paham mengenai ( dasar )’.
§
-or pada kata actor,
dictator, proklamator, konduktor, indicator dengan makna gramatikal ‘yang
melakukan / menjadi ( dasar )’.
C.
Afiksasi
Pembentukan Ajektiva.
a. Dasar Adjektiva Berprefiks pe-
Ada dua macam proses pembubuhan prefiks pe- pada dasar adjektiva. Yaitu, pertama
yang diimbuhkan secara langsung dan kedua diimbuhkan melalui verba berafiks me-kan.
-
Dasar + pe-
→ pe-dasar.
-
Dasar
→ me
- dasar
– kan
+ pe - → pe - dasar.
Pemberian afiks pe-
secara langsung dapat terjadi kalau dasar adjektiva itu memiliki komponen makna
( + sikap batin ) dan memberi makna gramatikal ‘yang memiliki sifat (dasar)’.
Misalnya:
-
Pemalu
-
Pemarah
-
Pengecut
-
Pendendam
-
Pemberani
Pemberian prefiks pe-melalui
verba berklofiks me-kan dapat terjadi
apabila dasar adjektiva itu memiliki komponen makna ( + keadaan fisik ) dan
memberi makna gramatikal ‘yang menjadikan ( dasar )’. Misalnya:
-
Penjinak
-
Pengering
-
Pemutih
-
Pendingin
-
Penghitam
Kedua kata berprefiks pe- dengan dasar adjektiva sesungguhnya berkategori nomina, sebab
semuanya dapat diawali adverbial bukan;
tetapi tidak semua dapat diawali adverbia agak
dan sangat. Bentuk agak pemalu berterima; tetapi agak pemuda dan sangat pembersih tidak berterima.
b.
Dasar
Adjektiva Berprefiks se-
Pemberian
prefiks se- pada semua dasar
adjektiva memberi maakna gramatikal ‘sama ( dasar )’ dengan nomina yang
mengikutinya. Misalnya:
-
Sepandai A, “ sama pandai
dengan A ”.
-
Secantik B, “ sama cantik
dengan B ”.
-
Setinggi C, “ sama tinggi
dengan C ”.
-
Semahal D, “
sama mahal dengan D
”.
Dasar adjektiva dengan prefiks se- bukanlah berkategori adjektiva sebab tidak dapat diawali
adverbia agak dan sangat.Bentuk agak sepintar dan sangat
sepintar.Tidak berterima.Prefiks se-
pada dasar adjektiva bertugas membentuk tingkat perbandingan ‘sama’ atau
sederajat dalam satu system penderajatan. Contoh:
-
Setinggi →
sama tinggi → tingkat sama.
-
( tinggian )
→lebih tinggi → tingkat lebih.
-
( tertinggi
) → paling tinggi → tingkat paling.
c.
Dasar
Adjektiva Berprefiks ter-
Pengimbuhan
prefiks ter- paa semua dasar
adjektiva memberi makna gramatikal ‘paling (dasar)’. Misalnya:
-
Tercantik, “ paling cantik ”.
-
Terbodoh, “ paling bodoh ”.
-
Terbesar,
“paling besar”.
Kata-kata yang bentuk dasarnya ajektiva dengan prefiks
ter-tidaklah termasuk berkategori
adjektiva, melainkan berkategori verba, bentuk seperti agak termahal dan sangat
termahal tidak berterima. Prefiks ter- pada dasar ajektiva bertugas membentuk
tingkat perbandingan superlatif dalam suatu sistem penderajatan. Perhatikan
:
-
( setinggi ) => sama tinggi => tinggi sama.
-
( tinggian ) => lebih tinggi => tinggi lebih.
-
Tertinggi => paling tinggi => tingkat paling
( superlatif ).
d.
Dasar
Adjektiva Berkonfiks ke-an
Pengimbuhan
konfiks ke-an pada dasar adjektiva
akan memberi makna gramatikal ‘agak ( dasar )’ bila adjektiva itu memiliki
komponen makna ( + warna ). Misalnya:
-
Kehitaman, “ agak hitam ”.
-
Kemerahan, “ agak merah ”.
-
Kebiruan, “ agak biru ”.
-
Kekuningan, “ agak kuning ”.
Ada sejumlah makna gramatikal yang dimiliki dasar
adjektiva bila diberi konfiks ke-an,
diantaranya adalah:
·
Bermakna
gramatikal ‘terlalu ( dasar )’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna
( + warna ), ( + rasa ) atau ( + ukuran ). Misalnya:
-
Kekecilan, “ terlalu kecil ”.
-
Kekenyangan, “ terlalu kenyang ”.
-
Keasinan, “ terlalu asin ”.
Bentuk dasar adjektiva dengan konfiks ke-an yang bermakna gramatikal ‘terlalu
(dasar)’ ini bukan berkategori adjektiva, melainkan berkategori verba.
·
Bermakna
gramatikal ‘hal ( dasar )’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( +
sikap batin ). Misalnya:
-
Ketakutan, “ hal takut ”.
-
Kesedihan, “ hal sedih ”.
-
Keberanian, “ hal berani ”.
e.
Dasar Ajektiva
Berklofiks me-kan
Dasar ajektiva
berklofiks me-kan memiliki makna gramatikal “menyebabkan jadi ( dasar )” apabila
bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + sifat batin
). Misalnya:
-
Memalukan, “ menyebabkan
malu ”.
-
Mengecewakan, “ menyebabkan
kecewa ”.
Dasar ajektiva dengan klofiks me-kan sesungguhnya
berkategori ganda, yakni ajektiva dan verba. Sebagai kategori ajektiva dia
dapat didahului oleh adverbia agak dan sangat; dan sebagai verba dapat diikuti
oleh sebuah objek.
f.
Dasar Ajektiva
Berklofiks me-i
Dasar ajektiva
berklofiks me-i memiliki makna gramatikal “
merasa (
dasar
) pada
” apabila bentuk dasarnya memiliki
komponen makna ( + rasa batin ). Misalnya:
-
Mencintai, “ merasa cinta
pada ”.
-
Mengagumi,
“merasa kagum pada”.
-
Menghormati,
“merasa hormat pada”.
Dasar ajektiva dengan klofiks me-i ini sesungguhnya
berkategori ganda, yaitu ajektiva dan verba. Sebagai kategori ajektiva dia
dapat didahului oleh adverbia agak dan sangat; dan sebagai verba verba dapat
diikuti oleh sebuah objek.
g.
Dasar Lain
Berkomponen Makna ( + keadaan )
Kosakata
berkategori ajektiva dalam bahasa Indonesia sudah merupakan “ barang jadi ”. Namun, yang
disebut “barang jadi” ini ada yang seratus persen berkategori ajektiva itu
memiliki pula komponen makna ( + bendaan ) atau ( + tindakan ). Misalnya, merah dan kuning memiliki juga komponen
makna ( + bendaan ), sehingga keduanya bisa disahului negasi bukan dan
tidak. Bentu-bentuk bukan merah dan tidak merah sama-sama berterima. Ajektiva
marah dan benci juga memiliki komponen makna (
+ tindakan
).
Sebaliknya nomina untung dan rugi juga
memiliki komponen makna ( + keadaan ), sehingga keduanya sama-sama dapat diberi negasi bukan
dan tidak. Jadi, bentuk-bentuk bukan untung, bukan rugi, tidak untung dan tidak
rugi sama-sama berterima. Dengan demikian bentuk turunan beruntung bisa disebut
berkategori ajektiva. Kata turunan merugikan bisa disebut berkategori verba
juga bisa termasuk ketegori ajektiva.
h.
Pembentukan
Ajektiva dengan “Afiks” Serapan
Menurut buku
Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) dan buku Pedoman
Pembentukan Istila (PPI), penyerapan kata dari bahasa asing dilakukan secara
utuh, bukan terpisah antara dasar dengan afiksnya. Jadi, disamping kita
menyerap kata standarditition menjadi
standardisasi (-ditition disesuaikan menjadi -disasi).
Begitupun di samping kita menyerap kata object
menjadi objek, kita menyerap kata
objektive menjadi objektive.
Ø
Kata serapan
dari bahasa Inggris dan Belanda
Kata serapan
dari bahasa Inggris dan Belanda yang berkategori ajektif dapat kita kenali dari
“ akhiran ” ( dalam tanda
petik ), seperti
:
ü
if, misalnya:
aktif, pasif, objektif, edukatif, konsultatif, administratif, kolektif,
primituf, dan konsumtif.
ü
ik, misalnya:
patriotik, akademik, mekanik, pluralistik, kritik, dan heroik.
ü
is, misalnya:
teknis, akademis, kronologis, kritis, birikratis, nasionalis, dan egois.
ü
istis,
misalnya: egoistis, persimistis, materialistis, optimistis, dan pluralistis.
ü
al, misalnya:
konseptual, gramatikal, prosedural, komunal, material, individual, dan seremonial.
ü
il, misalnya:
prinsipil, idiil, dan komersil.
“ akhiran ” il dari bahasa
Belanda menurut pedoaman EYD harus diganti dengan “
akhiran
” al dari bahasa Inggris. Namun, ada “ akhiran ” il dan al tidak
bisa dipertukarkan karena memiliki makna yang berbeda, seperti kata idiil dan
ideal.
Ø
Kata serapan
dari bahasa Arab
Kata serapan
dari bahasa Arab yang berkategori ajektiva dapat kita kenali dari “ akhiran ” ( dalam tanda
petik ), antara lain :
-
i, misalnya:
rohani, jasmani, islami, abadi, qurani, dan madani.
-
iah, misalnya:
islamiah, alamiah, jasmaniah, rohaniah, abadiah, dan quraniah.
-
wi, misalnya:
duniawi, ukhrawi, nabawi, surgawi, hadirin, dan muhajirin.
-
at, misalnya:
hadirat, mukminat, dan muslimat.
Tampaknya “
akhiran
” unsur serapan, baik Inggris / Belanda maupun
Arab tidak produktif untuk pembentukan kata dalam bahasa Indonesia, buak hanya
untuk pembentukan verba, tetapi juga untuk pembentukan kategori yang lain.
Sejauh ini kata-kata ( dari dasar asli Indonesia
) yang telah dibentuk dengan akhiran serapan
itu hanyalah pancasilais, surgawi, manusiawi, kimiawi, sukuisme, daerahisme,
tendanisasi, dan lelenisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar