Rabu, 19 Oktober 2016

REDUPLIKASI



A.     Pengertian Proses Pengulangan atau Reduplikasi
Menurut buku Morfologi Chaer halaman 178, Reduolikasi atau pengulangan bentuk satuan kebahasaan merupakan gejala yang terdapat dalam banyak bahasa di dunia ini. Misalnya dalam slah satu bahasa di kepulauan Marshall ( daerah pasifik ) ada kata takin ‘ kaus kaki ‘ direduplikasikan menjadi takinkin ‘ memakai kaus kaki ‘. Ada beberapa pengertian reduplikasi atau  proses pengulangan menurut pakar kebahasaan yaitu:
·         Menurut KBBI ( 2008 : 1153 ) Proses pengulangan atau reduplikasi adalah proses atau hasil perulangan kata atau unsur kata, seperti kata rumah-rumah, tetamu, bolak-balik.
·         Menurut Hasan Alwi ( 2003 ) reduplikasi atau perulangan adalah proses pengulangan kata atau unsur kata. Reduplikasi juga merupakan proses penurunan kata dengan perulangan utuh maupun sebagian. Contohnya adalah " anjing-anjing ", " lelaki ", " sayur-mayur " dan sebagainya.
·         Menurut M.Ramlan ( 2009 : 65 ) Proses pengulangan atau reduplikasi ialah pengulangan satuan gramatikal,baik seluruhnya maupun sebagian nya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Contoh: rumah-rumah, berjalan-jalan, bolak-balik dan sebagainya.
·         Menurut Soedjito ( 1995 : 109 ) Pengulangan adalah proses pembentukan kata dengan mengulang bentuk dasar, baik secara utuh maupun sebagian, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Contoh: sakit-sakit, gerak-gerik, bermain-main dan sebagainya.
·         Menurut Masnur Muslich ( 1990 : 48 ) Proses pengulangan merupakan peristiwa pembentukan kata dengan jalan mengulang bentuk dasar, baik seluruhnya maupun sebagian, baik bervariasi fonem maupun tidak, baik berkombinasi dengan afik maupun tidak. Contoh: gunung-gunung, menari-nari, gerak-gerik dan sebagainya.
·         Menurut Harimurti Kridalaksana ( 2007 ) Proses pengulangan atau reduplikasi adalah proses pengulangan kata, baik secara utuh maupun sebagian, baik dengan menggunakan variasi fonem maupun tidak. Contoh: lari-lari, luntang-lantung, leluhur dan sebagainya.
B.     Pembagian Proses Pengulangan atau Reduplikasi
Proses pengulangan atau reduplikasi ialah pengulangan satuan gramatikal,baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan disini disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk dasar. Misalnya kata ulang rumah-rumahan dari bentuk dasar rumah. Kata ulang perumahan-perumahan dari bentuk dasar perumahan, kata ulang jalan–jalan dibentuk dasar berjalan, kata ulang bolak-balik dari bentuk dasar balik. Menurut Abdul Chaer ( 2008 : 179 - 208 ) pembagian proses pengulangan atau reduplikasi adalah sebagai berikut:
1.      Reduplikasi Fonologis
Reduplikasi fonologis berlangsung terhadap dasar yang bukan akar atauterhadap bentuk yang statusnya lebih dari akar. Status bentuk yang diulang tidak jelas dan reduplikasi fonogis ini tidak menghasilkan makna gramatikal, melainkan makna leksikal. Yang termasuk reduplikasi fonologis adalah bentuk-bentuk seperti:
·         Kuku, dada, pipi, cincin, dan sisi. Bentuk-bentuk tersebut bukan berasal dari ku, da, pi, cin dan si. Jadi, bentuk bentuk tersebut adalah sebuah kata yang bunyi kedua suku katanya sama.
·         Foya-foya, tubi-tubi, sema-sema, anai-anai dan ani-ani. Bentuk-bentuk memang jelas sebagai bentuk ulang, yang diulang secara utuh. Namun, bentuk dasarnya tidak berstatus sebagai akar yang mandiri.
·         Laba-laba, kupu-kupu, paru-paru, onde-onde dan rama-rama. Bentuk-bentuk ini juga jelas sebagai bentuk ulang dan dasar yang diulang pun jelas ada, tetapi hasil reduplikasinya tidak melahirkan makna gramatikal. Hasil reduplikasinya hanya menghasilkan makna leksikal.
·         Mondar-mandir, luntang lantung, lunggang-langgang, kocar-kacir dan teka-teki. Bentuk-bentuk ini tidak diketahui mana yang menjadi bentuk dasar pengulangannya. Sedangkan maknanya pun hanyalah makna leksikal, bukan makna gramatikal. Dalam berbagai buku tata bahasa tradisional, bentuk-bentuk ini disebut kata ulang semu.
2.      Reduplikasi Sintaksis
Reduplikasi sintaksis adalah proses pengulangan terhadap sebuah dasar yang biasanya berupa akar, tetapi menghasilkan satuan bahasa yang statusnya lebih tinggi daripada sebuah kata. Kridalaksana ( 1989 ) menyebutnya menghasilkan sebuah ‘ulangan kata’, bukan ‘kata ulang’. Contoh:
§  Jauh – jauh sekali negeri yang akan kita datangi.
§  Panas – panas memang rasanya hatiku.
Bentuk – bentuk reduplikasi sintaksis memiliki ikatan yang cukup longgar sehingga kedua unsurnya memiliki potensi untuk dipisahkan. Contoh :
-          Jangan kau dekati pemuda itu, jangan.
-          Panas memang panas rasa hatiku.
Reduplikasi sintaksis ini memiliki makna ‘ menegakan ‘ atau ‘ menguatkan. Dalam hal ini terasuk juga reduplikasi yang dilakukan terhadap sejumlah kata ganti orang ( pronomina persona ). Contoh :
-          Yang tidak datang ternyata dia dia juga.
-          Mereka mereka memang sengaja tidak diundang.
Reduplikasi intaksis termasuk juga yang dilakukan terhadap akar yang menyatakan waktu. Contoh:
-          Besok – besok kamu boleh datang ke sini.
-          Hari – hari menjelang pilkda beliau tampak sibuk.
3.      Reduplikasi Semantis
Reduplikasi semantis adalah pengulangan “makna” yang sama dari dua buah kata yang bersinonim. Misalnya ilmu pengetahuan, alim ulama dan cerdik cendakia. Kita lihat kata ilmu dan kata pengetahuan memiliki makna yang sama; kata alim dan ulama juga memiliki makna yang sama. Demikian juga kata cerdik dan juga kata cendekia.
4.      Reduplikasi Morfologis
Reduplikasi morfologis dapat terjadi pada bentuk dasar yang berupa akar, berupa bentuk berafiks dan berupa bentuk komposisi. Prosesnya dapat berupa pengulangan utuh, pengulangan berubah bunyi, dan pengulangan sebagian.
a.       Pengulangan akar, Bentuk dasar yang berupa akar memiliki tiga macam proses pengulangan, yaitu :
o   Pengulangan utuh, bentuk dasar itu di ulang tanpa melakukan perubahan bentuk fisik dari akar itu. Misalnya, meja – meja ( bentuk dasar meja ).
o   Pengulangan sebagian, yang diulang dari bentuk dasar itu hany salah satu suku katanya saja disertai dengan ‘ pelemahan ‘ bunyi. Misalnya, leluhur ( bentuk dasar luhur ). Perlu dicatat bentuk dasar dalam pengulangan sebagian ini dapat juga diulang secara utuh, tetapi dengan perbedaan makna gramatikalnya.
o   Pengulangan dengan perubahan bunyi, bentuk dasar itu diulang tetapi disertai dengan perubahan bunyi. Yang berubah bisa bunyi vokalnya dan bisa pul bunyi konsonannya. Bentuk yang berubah bunyi bisa menduduki :
ð  Yang berubah unsur pertamanya. Contoh : bolak – balik, kelap – kelip, corat – coret, dll.
ð  Yng berubah unsur keduanya. Contoh : ramah – tamah, lauk – pauk, sayur – mayur, dll.
o   Pengulangan dengan infiks, sebuah akar diulang tetapi diberi infiks pada unsur ulangannya. Misalnya, turun – temurun dan tali – temali.
b.      Pengulangan dasar berafiks. Berikut ini dibicarakan proses itu dengan afiksnya satu per- satu :
o   Akar berprefiks ber -. Ada dua macam pengulangan akar berprefiks ber – yaitu :
ð  Pada akar mula – mula diimbuhkan prefiks ber -, lalu dilakukan pengulangan sebagian dan yang diulang hanya akarnya saja. Contoh :
Berlari – lari ( dari ber - + lari ).
Beralan – jalan ( dari ber - +  jalan ).
ð  Pengulangan dilakukan serentak dengan pengimbuhan prefiks ber -. Contoh :
Berhari – hari.
Bermeter – meter.
o   Akar berkonfiks ber – an direduplikasikan sebagian, yaitu hanya akarnya saja. Misalnya :
Berlari – larian.
Berkejar – kejaran.
Berpeluk – pelukan.
o   Akar berprefiks me – direduplikasikan hanya akarnya saja, tetapi ada dua macam cara, yaitu :
ð  Bersifat progresif, pengulangan ke arah depan atau ke arah kanan. Contoh :
Menari – nari. ( dasar menari ).
Melihat – lihat. ( dasar melihat ).
ð  Bersifat regresif, pengulangan ke arah belakang atau ke arah kiri. Contoh :
Tembak – menembak. ( dasar menembak ).
Pukul – memukul. ( dasar memukul ).
o   Akar berklofiks me – kan direduplikasikan hanya akarnya saja. Misalnya :
Membeda – bedakan.
Melebih – lebihkan.
Membesar – besarkan.
o   Akar berklofiks me – I direduplikasikan hanya akarnya saja. Misalnya :
Menulis – nulisi.
Mengurang – ngurangi.
Melempar – lempari.
o   Akar berprefiks pe – direduplikasikan secara utuh. Misalnya :
Pemuda – pemuda.
Pembina – pembina.
o   Akar berkonfiks pe – an direduplikasikan secara utuh. Misalnya :
Penjelasan – penjelasan.
Pelatihan – pelatihan.
Bentuk reduplikasi itu boleh saja digunakan tetapi lebih baik menggunakan adverbia semua, seluruh, dan sejumlah bila ingin menyatakan plural. Misalnya :
Semua pembangunan.
Seluruh pembinaan.
o   Akar berkonfiks per – an direduplikasikan haruslah secara utuh. Misalnya :
Pertokoan – pertokoan.
Peraturan – peraturan.
o   Akar bersufiks – an ada dua cara pereduplikasinya.
ð  Dengan mengulang secara utuh bentuk bersufiks – an. Contoh :
Aturan – aturan.
Tulisan – tulisan.
Latihan – latihan.
ð  Mengulang akarnya saja yang sekaligus disertai dengan pengulangannya. Contoh :
Obat – obatan.
Biji – bijian.
Batu – batuan.
o   Akar berprefiks se – direduplikasikan dengan dua cara, yaitu :
ð  Diulang secara utuh. Contoh :
Sedikit – sedikit.
Sekali – sekali.
ð  Hanya mengulang bentuk akarnya saja. Contoh :
Sekali – kali.
Sejauh – jauh.
o   Akar berprefiks ter – direduplikasikan hanya akarnya saja. Misalnya :
Terbawa – bawa.
Tertawa – tawa.
Tersedu – sedu.
o   Akar berkonfiks se – nya direduplikasikan hanya akarnya saja. Misalnya :
Secepat – cepatnya.
Sebaik – baiknya.
o   Akar berkonfiks ke – an direduplikasikan hanya akarnya saja. Misalnya :
Keragu – raguan.
Kebiru – biruan.
o   Akar berinfiks ( - em, - el, - er, -m- ) direduplikasikan sekaligus dalam pengimbuhan infiks dan proses reduplikasi. Misalnya :
Tali – temali.
Sinar – seminar.
c.       Reduplikasi Kompositum. Reduplikasi kompositum/gabungan kata/kata majemuk secara umum dapat dibedakan atas ( a ) yang kedua unsurnya sederajat, seperti tua muda, ayam itik, dan tikar bantal; dan ( b ) yang kedua unsurnya tidak sederajat seperti rumah sakit, surat kabar, dan keras kepala. Reduplikasi terhadap dasar kompositum dilakukan dalam dua cara:
·         Reduplikasi secara utuh dilakukan terhadap yang kedua unsurnya sederajat dan dilakukan terhadap yang kedua unsurnya tidak sederajat tetapi memiliki makna idiomatikal. Contoh:
- ayam itik-ayam itik
- kasur bantal-kasur bantal
- tua muda-tua muda
Bentuk-bentuk diatas direduplikasikan secara utuh karena kedua unsurnya membentuk satu kesatuan makna.
·         Reduplikasi secara sebagian dilakukan terhadap kompositum yang kedua unsurnya tidak sederajat dan tidak bermakna idiomatikal. Contoh:
- surat-surat kabar
- rumah-rumah sakit
- buku-buku agama
Bentuk-bentuk di atas diulang hanya sebagian karena kedua unsurnya tidak memiliki makna idiomatikal. Kedua unsurnya membangun makna gramatikal. Ada tiga catatan yang perlu diperhatikan, yaitu:
Pertama, dalam tata bahasa tradisional gabungan kata harus direduplikasikan secara utuh karena dianggap sebagai sebuah kata.
Kedua, gabungan kata yang kedua unsurnya tidak sederajat dan tidak bermakna idiomatikal, boleh saja direduplikasikan sebagian karena ada kaidah yang membolehkan dilakukan hanya sebagian.
Ketiga, sesungguhnya bentuk-bentuk kompositum tidak perlu direduplikasikan kalau hanya bertujuan mendapatkan makna plural. Untuk keperluan itu lebih baik menggunakan adverbia yang menyatakan plural, seperti semua, banyak, beberapa, sejumlah, dan sebagainya. Contoh: banyak rumah sakit, beberapa surat kabar, semua jemaah haji
Catatan:
Selain yang dibicarakan di atas masih ada satu macam reduplikasi yang tidak produktif tetapi lazim dibicarakan orang. Reduplikasi itu adalah reduplikasi yang dilakukan tiga kali disertai perubahan bunyi. Contoh: dar-der-dor, cas-cis-cus, dag-dig-dug ( Chaer, 2008 : 189 191 ).
5.      Reduplikasi Dasar Nomina
Reduplikasi dasar nomina, secara morfologis nomina dapat berbentuk akar. Dasar nomina bila direduplikasikan antara lain, akan melahirkan makna gramatikal yang menyatakan :
-          Banyak
-          Banyak dan bermacam – macam
-          Banyak dengan ukuran tertentu
-          Menyerupai atau seperti
-          Saat atau waktu
Bentuk dasar dan bentuk reduplikasi yang melahirkan makna gramatikal :
a.       Dasar nomina baik berupa akar, bentuk berprefiks pe -, prefiks ke -, konfiks pe – an, konfiks per – an, konfiks ke – an, sufiks – an, dan berupa gabungan kata apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘ banyak ‘ kalau memiliki komponen makna ( + terhitung ). Misalnya :
ð  Peraturan – peraturan daerah itu harus ditinjau lagi.
b.      Dasar nomina khususnya dalam bentuk akar bila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘ banyak dan bermacam – macam ‘ apabila memiliki komponen makna ( + berjenis ). Misalnya :
ð  Indonesia akan mengirim obat – obatan ke Libanon.
c.       Dasar nomina khususnya dalam bentuk dasar direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘ banyak dengan satuan ukuran tertentu ‘ apabila memiliki komponen makna ( + ukuran ) atau ( + takaran ). Misalnya :
ð  Kami sudah berhari – hari belum makan.
d.      Dasar nomina khususnya dalam bentuk akar bila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘ menyerupai ‘ atau ‘ seperti ‘apabila memiliki komponen makna ( + bentuk tertentu ) atau ( + sifat tertentu ). Misalnya :
ð  Adik menangis minta dibelikan mobil – mobilan.
e.       Dasar nomina khususnya dalam bentuk akar bila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘ saat ‘ atau ‘ waktu ‘apabila memiliki komponen makna ( + saat ). Misalnya :
ð  Pagi – pagi sekali dia sudah pergi bekerja.
6.      Reduplikasi Dasar Verba
Reduplikasi dasar verba, makna gramatikal yang dapat dihasilkan dalam proses reduplikasi terhadap dasar verba ini :
-          Kejadian berulang kali
-          Kejadian berintensitas
-          Kejadian berbalasan
-          Dilakukan tanpa tujuan ( dasar )
-          Hal tindakan
-          Begitu ( dasar )
Bentuk dasar dan makna reduplikasi yang terjadi pada dasar verba ini :
a.       Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘ kejadian berulang kali ‘ apabila dasar itu memiliki komponen makna ( + tindakan ) dan ( - durasi ). Misalnya :
ð  Dari tadi beliau marah – marah terus.
b.      Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘ Kejadian berintensitas ‘ apabila dasar itu memiliki komponen makna ( + tindakan ) dan ( + durasi ). Misalnya :
ð  Mereka berlari – lari di halaman sekolah.
c.       Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘ berbalasan ‘ apabila dasar itu memiliki komponen makna ( + tindakan ) dan ( - durasi ) serta dalam bentuk berprefiks me – regresif. Misalnya :
ð  Kita tidak boleh salah – menyalahkan dulu.
d.      Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘ dilakukan tanpa tujuan ( dasar ) ‘ apabila dasar itu memiliki komponen makna ( + tindakan ) dan ( + durasi ). Misalnya :
ð  Mari kita duduk – duduk di taman depan.
e.       Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘ hal me…… ‘ apabila dasar itu memiliki komponen makna ( + tindakan ) dan ( + durasi ) serta dalam bentuk reduplikasi berprefiks me – regresif. Misalnya :
ð  Menerima pekerjaan ketik – mengetik.
f.       Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘ begitu ( dasar ) ‘ apabila dasar itu memiliki komponen makna ( + tindakan ) dan ( + saat ). Misalnya :
ð  Saya tidak sadar, tahu – tahu dia sudah berada didepanku.
7.      Reduplikasi Dasar Ajektifa
Reduplikasi dasar ajektifa, makna gramatikal yang dapat dihasilkan dalam proses reduplikasi terhadap dasar ajektifa ini :
-          Banyak yang ( dasar )
-          Se ( dasar ) mungkin
-          Hanya yang ( dasar )
-          Sedikit bersifat ( dasar )
-          Meskipun ( dasar )
-          Semua ( dasar ) dengan
-          Intensitas
Bentuk reduplikasi dan makna gramatikal yang terjadi pada dasar ajektifa ini :
a.       Dasar ajektifa apabila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal ‘ banyak yang dasar ‘ jika bentuk dasar memiliki komponen makna ( + keadaan ) dan ( + ukuran ). Misalnya :
ð  Pohon – pohon di hutan itu besar – besar.
b.      Dasar ajektifa apabila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal ‘ se ( dasar ) mungkin ‘ jika bentuk dasar memiliki komponen makna ( + keadaan ) dan ( + ukuran ). Misalnya :
ð  Buang jauh – jauh pikiran seperti itu.
c.       Dasar ajektifa apabila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal ‘ hanya yang ( dasar ) ‘ jika bentuk dasar memiliki komponen makna ( + keadaan ) dan ( + ukuran ). Misalnya :
ð  Kumpulkan buah itu yang besar – besar saja.
d.      Dasar ajektifa apabila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal ‘ sedikit bersifat ( dasar ) ‘ jika bentuk dasar memiliki komponen makna ( + keadaan ) dan ( + warna ). Misalnya :
ð  Dari jauh air laut tampak kebiru – biruan.
e.       Dasar ajektifa apabila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal ‘ meskipun ( dasar ) ‘ jika bentuk dasar memiliki komponen makna ( + keadaan ) dan ( + sikap ). Misalnya :
ð  Kecil – kecil berani dia melawan preman itu.
f.       Dasar ajektifa apabila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal ‘ sama ( dasar ) dengan ‘ jika bentuk dasar memiliki komponen makna ( + keadaan ) dan ( + ukuran ). Misalnya :
ð  Nyamuk di situ segede – gede lalat hijau.
g.       Dasar ajektifa apabila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal ‘ intensitas ‘ jika bentuk dasar memiliki komponen makna ( + keadaan ) dan ( + ukuran ). Misalnya :
ð  Janganlah kamu melemah – lemahkan semangat dia.
8.      Reduplikasi Dasar Kelas Tertutup
Yang termasuk kelas tertutup adalah kata – kata yang termasuk dalam kelas adverbia, pronomina, numeralia, konjungsi, artikulus, dan interjeksi. Kata – kata yang termasuk dalam kelas tertutup ini pun ada yang mengalami proses reduplikasi :
a.       Reduplikasi dasar adverbia negasi
Kosakata adverbia negasi adalah bukan, tidak, tak, dan tiada. Yang terlibat dalam proses reduplikasi hanyalah bukan dan tidak, bentuk tak dan tiada tidak terlibat dalam proses itu. Misalnya :
ð  Di sini kamu jangan bicara yang bukan – bukan.
ð  Anak itu selalu menangis meminta yang tidsak – tidak.
b.      Reduplikasi dasar adverbia larangan
Kosakata adverbia larangan adalah jangan dan tidak boleh. Yang berkenaan dengan reduplikasi hanyalah akar jangan seperti tampak dalam kalimat :
ð  Mari kita segera pulang, jangan – jangan ayah sudah di rumah.
ð  Hari ini dia tidak masuk sekolah, kemarin dia juga tidak masuk sekolah, jangan – jangan dia sakit.
c.       Reduplikasi dasar adverbia kala
Kosakata adverbia kala adalah kata – kata sudah dan telah untuk menyatakan kata lampau ; sedang, tengah, dan lagi untuk menyatakan kala kini ; akan dan mau untuk menyatakan kala yang akan datang. Sebagai adverbia kala yang terlibat dalam proses reduplikasi sudah dan akan, seperti tampak dalam kalimat :
ð  Kalau mengingat yang sudah – sudah kami memang kasihan kepadanya.
d.      Reduplikasi dasar adverbia keharusan
Kosakata adverbia keharusan adalah barangkali, kali, dan mungkin yang menyatakan kemungkinan ; mesti, harus, dan wajib yang menyatakan keharusan ; mau, ingin, dan hendak yang menyatakan keinginan ; dan boleh yang menyatakan kebolehan. Sebagai adverbia keharusan yang terlibat dalam reduplikasi hanyalah kali, mau, dan boleh. Seperti pada kalimat :
ð  Jangan bekerja semau – maunya saja.
e.       Reduplikasi dasar adverbia jumlah
Kosakata adverbia jumlah ada banyak, sedikit, lebih, kurang, dan cukup. Semuanya terlibat dalam proses reduplikasi. Seperti pada kalimat berikut :
ð  Beri dia minum sedikit – sedikit.
ð  Kami dapat membantu sebanyak – banyaknya.
f.       Reduplikasi dasar adverbia taraf
Kosakata adverbia taraf adalah agak, sangat, amat, sekali, sedang, kurang, dan paling. Yang terlibat dalam proses reduplikasi hanyalah agak dan paling. Seperti dalam kalimat berikut :
ð  Harus dihitung yang benar, jangan mengagak – agak saja.
ð  Harganya paling – paling seribu rupiah.
g.       Reduplikasi dasar adverbia frekuensi
Kosakata adverbia frekuensi adalah sekali, jarang, sering, dan lagi. Semuanya terlibat dalam proses reduplikasi. Seperti dalam kalimat :
ð  Sekali – sekali dia datang juga ke sini.
ð  Sering – seringlah kau singgah di situ.
h.      Reduplikasi dasar numeralia
Kosakata numeralia yang terlibat dalam reduplikasi adalah nama – nama bilangan bulat juga bilangan seperti sepertiga, setengah, seperempat, dan sebagainya. Contoh :
ð  Anak – anak itu dibariskan dua – dua.
ð  Mereka diberi uang seratus – seratus.
i.        Reduplikasi dasar konjungsi koordinatif
Kosakata konjungsi koordinatif adalah dan yang menyatakan ‘ gabungan ‘ ; serta yang menyatakan ‘ kesertaan ‘ ; tetapi, namun dan melainkan yang menyatakan ‘ kebalikan ‘ ; bahkan dan malah ( an ) yang menyatakan ‘ penguatan ‘ ; kemudian, setelah, sesudah, dan lalu yang menyatakan ‘ hubungan waktu ‘. Semuanya tidak ada yang terlibat dalam proses reduplikasi. Memang ada bentuk lalu – lalu seperti :
ð  Kita tidak perlu mengingat lagi kejadian yang lalu –lalu.
j.        Reduplikasi dasar konjungsi subordinatif
Kosakata konjungsi subordinatif adalah karena, sebab, asal, dan lantaran yang menyatakan ‘ sebab ‘ ; kalau, jika, jikalau, andai, andaikata, dan seandainya yang menyatakan ‘ persyaratan ‘ ; meski ( pun ), biar ( pun ), walau ( pun ), kendati ( pun ) yang menyatakan ‘ penguatan ‘ ; hingga, sehingga, dan sampai yang menyatakan ‘ batas ‘ ; dan kecuali yang menyatakan ‘ perkecualian ‘. Namun yang terlibat dalam proses reduplikasi hanyalah kalau, andai, dan sampai. Seperti dalam kalimat :
ð  Mari kita ke kebun, kalau – kalau ada durian jatuh.
ð  Kami Cuma berandai – andai, tidak memikirkan yang sebenarnya.






3 komentar:

  1. Selamat malam saya mau tanya sumber referensi dari materi ini dari buku mana yaa?

    BalasHapus
  2. makasih banyak kak
    ada tutor youtube ga buat tampilan blog unik kek gini

    BalasHapus