A.
Pengertian
Proses Pengulangan atau Reduplikasi
Menurut buku Morfologi Chaer
halaman 178, Reduolikasi atau pengulangan bentuk satuan kebahasaan merupakan
gejala yang terdapat dalam banyak bahasa di dunia ini. Misalnya dalam slah satu
bahasa di kepulauan Marshall ( daerah pasifik ) ada kata takin ‘ kaus kaki ‘
direduplikasikan menjadi takinkin ‘ memakai kaus kaki ‘. Ada beberapa
pengertian reduplikasi atau proses
pengulangan menurut pakar kebahasaan yaitu:
·
Menurut
KBBI ( 2008 : 1153 ) Proses pengulangan atau reduplikasi adalah proses atau
hasil perulangan kata atau unsur kata, seperti kata rumah-rumah, tetamu,
bolak-balik.
·
Menurut
Hasan Alwi ( 2003 ) reduplikasi atau perulangan adalah proses pengulangan kata
atau unsur kata. Reduplikasi juga merupakan proses penurunan kata dengan
perulangan utuh maupun sebagian. Contohnya adalah " anjing-anjing ",
" lelaki ", " sayur-mayur " dan sebagainya.
·
Menurut
M.Ramlan ( 2009 : 65 ) Proses pengulangan atau reduplikasi ialah pengulangan
satuan gramatikal,baik seluruhnya maupun sebagian nya, baik dengan variasi
fonem maupun tidak. Contoh: rumah-rumah, berjalan-jalan, bolak-balik dan
sebagainya.
·
Menurut
Soedjito ( 1995 : 109 ) Pengulangan adalah proses pembentukan kata dengan
mengulang bentuk dasar, baik secara utuh maupun sebagian, baik dengan variasi
fonem maupun tidak. Contoh: sakit-sakit, gerak-gerik, bermain-main dan
sebagainya.
·
Menurut
Masnur Muslich ( 1990 : 48 ) Proses pengulangan merupakan peristiwa pembentukan
kata dengan jalan mengulang bentuk dasar, baik seluruhnya maupun sebagian, baik
bervariasi fonem maupun tidak, baik berkombinasi dengan afik maupun tidak.
Contoh: gunung-gunung, menari-nari, gerak-gerik dan sebagainya.
·
Menurut
Harimurti Kridalaksana ( 2007 ) Proses pengulangan atau reduplikasi adalah
proses pengulangan kata, baik secara utuh maupun sebagian, baik dengan
menggunakan variasi fonem maupun tidak. Contoh: lari-lari, luntang-lantung,
leluhur dan sebagainya.
B.
Pembagian
Proses Pengulangan atau Reduplikasi
Proses
pengulangan atau reduplikasi ialah pengulangan satuan gramatikal,baik
seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil
pengulangan disini disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan
bentuk dasar. Misalnya kata ulang rumah-rumahan dari bentuk dasar rumah. Kata
ulang perumahan-perumahan dari bentuk dasar perumahan, kata ulang jalan–jalan
dibentuk dasar berjalan, kata ulang bolak-balik dari bentuk dasar balik.
Menurut Abdul Chaer ( 2008 : 179 - 208 ) pembagian proses pengulangan atau
reduplikasi adalah sebagai berikut:
1.
Reduplikasi Fonologis
Reduplikasi fonologis berlangsung
terhadap dasar yang bukan akar atauterhadap bentuk yang statusnya lebih dari
akar. Status bentuk yang diulang tidak jelas dan reduplikasi fonogis ini tidak
menghasilkan makna gramatikal, melainkan makna leksikal. Yang termasuk reduplikasi
fonologis adalah bentuk-bentuk seperti:
·
Kuku, dada, pipi, cincin, dan sisi.
Bentuk-bentuk tersebut bukan berasal dari ku, da, pi, cin dan si. Jadi, bentuk
bentuk tersebut adalah sebuah kata yang bunyi kedua suku katanya sama.
·
Foya-foya, tubi-tubi, sema-sema,
anai-anai dan ani-ani. Bentuk-bentuk memang jelas sebagai bentuk ulang, yang
diulang secara utuh. Namun, bentuk dasarnya tidak berstatus sebagai akar yang
mandiri.
·
Laba-laba, kupu-kupu, paru-paru,
onde-onde dan rama-rama. Bentuk-bentuk ini juga jelas sebagai bentuk ulang dan
dasar yang diulang pun jelas ada, tetapi hasil reduplikasinya tidak melahirkan
makna gramatikal. Hasil reduplikasinya hanya menghasilkan makna leksikal.
·
Mondar-mandir, luntang lantung,
lunggang-langgang, kocar-kacir dan teka-teki. Bentuk-bentuk ini tidak diketahui
mana yang menjadi bentuk dasar pengulangannya. Sedangkan maknanya pun hanyalah
makna leksikal, bukan makna gramatikal. Dalam berbagai buku tata bahasa
tradisional, bentuk-bentuk ini disebut kata ulang semu.
2.
Reduplikasi Sintaksis
Reduplikasi sintaksis adalah proses
pengulangan terhadap sebuah dasar yang biasanya berupa akar, tetapi
menghasilkan satuan bahasa yang statusnya lebih tinggi daripada sebuah kata.
Kridalaksana ( 1989 ) menyebutnya menghasilkan sebuah ‘ulangan kata’, bukan
‘kata ulang’. Contoh:
§
Jauh – jauh sekali negeri yang akan
kita datangi.
§
Panas – panas memang rasanya hatiku.
Bentuk
– bentuk reduplikasi sintaksis memiliki ikatan yang cukup longgar sehingga
kedua unsurnya memiliki potensi untuk dipisahkan. Contoh :
-
Jangan kau dekati pemuda itu,
jangan.
-
Panas memang panas rasa hatiku.
Reduplikasi
sintaksis ini memiliki makna ‘ menegakan ‘ atau ‘ menguatkan. Dalam hal ini
terasuk juga reduplikasi yang dilakukan terhadap sejumlah kata ganti orang (
pronomina persona ). Contoh :
-
Yang tidak datang ternyata dia dia
juga.
-
Mereka mereka memang sengaja tidak
diundang.
Reduplikasi
intaksis termasuk juga yang dilakukan terhadap akar yang menyatakan waktu.
Contoh:
-
Besok – besok kamu boleh datang ke
sini.
-
Hari – hari menjelang pilkda beliau
tampak sibuk.
3.
Reduplikasi Semantis
Reduplikasi semantis adalah
pengulangan “makna” yang sama dari dua buah kata yang bersinonim. Misalnya ilmu
pengetahuan, alim ulama dan cerdik cendakia. Kita lihat kata ilmu dan kata
pengetahuan memiliki makna yang sama; kata alim dan ulama juga memiliki makna
yang sama. Demikian juga kata cerdik dan juga kata cendekia.
4.
Reduplikasi Morfologis
Reduplikasi morfologis dapat terjadi
pada bentuk dasar yang berupa akar, berupa bentuk berafiks dan berupa bentuk komposisi.
Prosesnya dapat berupa pengulangan utuh, pengulangan berubah bunyi, dan
pengulangan sebagian.
a.
Pengulangan akar, Bentuk dasar yang
berupa akar memiliki tiga macam proses pengulangan, yaitu :
o
Pengulangan utuh, bentuk dasar itu
di ulang tanpa melakukan perubahan bentuk fisik dari akar itu. Misalnya, meja –
meja ( bentuk dasar meja ).
o
Pengulangan sebagian, yang diulang
dari bentuk dasar itu hany salah satu suku katanya saja disertai dengan ‘
pelemahan ‘ bunyi. Misalnya, leluhur ( bentuk dasar luhur ). Perlu dicatat
bentuk dasar dalam pengulangan sebagian ini dapat juga diulang secara utuh,
tetapi dengan perbedaan makna gramatikalnya.
o
Pengulangan dengan perubahan bunyi,
bentuk dasar itu diulang tetapi disertai dengan perubahan bunyi. Yang berubah
bisa bunyi vokalnya dan bisa pul bunyi konsonannya. Bentuk yang berubah bunyi
bisa menduduki :
ð
Yang berubah unsur pertamanya.
Contoh : bolak – balik, kelap – kelip, corat – coret, dll.
ð
Yng berubah unsur keduanya. Contoh :
ramah – tamah, lauk – pauk, sayur – mayur, dll.
o
Pengulangan dengan infiks, sebuah
akar diulang tetapi diberi infiks pada unsur ulangannya. Misalnya, turun –
temurun dan tali – temali.
b.
Pengulangan dasar berafiks. Berikut
ini dibicarakan proses itu dengan afiksnya satu per- satu :
o
Akar berprefiks ber -. Ada dua macam
pengulangan akar berprefiks ber – yaitu :
ð
Pada akar mula – mula diimbuhkan
prefiks ber -, lalu dilakukan pengulangan sebagian dan yang diulang hanya
akarnya saja. Contoh :
Berlari – lari ( dari ber - + lari
).
Beralan – jalan ( dari ber - + jalan ).
ð
Pengulangan dilakukan serentak
dengan pengimbuhan prefiks ber -. Contoh :
Berhari – hari.
Bermeter –
meter.
o
Akar berkonfiks ber – an
direduplikasikan sebagian, yaitu hanya akarnya saja. Misalnya :
Berlari – larian.
Berkejar – kejaran.
Berpeluk – pelukan.
o
Akar berprefiks me –
direduplikasikan hanya akarnya saja, tetapi ada dua macam cara, yaitu :
ð
Bersifat progresif, pengulangan ke
arah depan atau ke arah kanan. Contoh :
Menari – nari. ( dasar menari ).
Melihat – lihat. ( dasar melihat ).
ð
Bersifat regresif, pengulangan ke
arah belakang atau ke arah kiri. Contoh :
Tembak – menembak. ( dasar menembak
).
Pukul – memukul. ( dasar memukul ).
o
Akar berklofiks me – kan
direduplikasikan hanya akarnya saja. Misalnya :
Membeda – bedakan.
Melebih – lebihkan.
Membesar – besarkan.
o
Akar berklofiks me – I
direduplikasikan hanya akarnya saja. Misalnya :
Menulis – nulisi.
Mengurang – ngurangi.
Melempar – lempari.
o
Akar berprefiks pe –
direduplikasikan secara utuh. Misalnya :
Pemuda – pemuda.
Pembina – pembina.
o
Akar berkonfiks pe – an
direduplikasikan secara utuh. Misalnya :
Penjelasan – penjelasan.
Pelatihan – pelatihan.
Bentuk reduplikasi itu boleh saja
digunakan tetapi lebih baik menggunakan adverbia semua, seluruh, dan sejumlah
bila ingin menyatakan plural. Misalnya :
Semua pembangunan.
Seluruh pembinaan.
o
Akar berkonfiks per – an
direduplikasikan haruslah secara utuh. Misalnya :
Pertokoan – pertokoan.
Peraturan – peraturan.
o
Akar bersufiks – an ada dua cara
pereduplikasinya.
ð
Dengan mengulang secara utuh bentuk
bersufiks – an. Contoh :
Aturan – aturan.
Tulisan – tulisan.
Latihan – latihan.
ð
Mengulang akarnya saja yang
sekaligus disertai dengan pengulangannya. Contoh :
Obat – obatan.
Biji – bijian.
Batu – batuan.
o
Akar berprefiks se –
direduplikasikan dengan dua cara, yaitu :
ð
Diulang secara utuh. Contoh :
Sedikit – sedikit.
Sekali – sekali.
ð
Hanya mengulang bentuk akarnya saja.
Contoh :
Sekali – kali.
Sejauh – jauh.
o
Akar berprefiks ter –
direduplikasikan hanya akarnya saja. Misalnya :
Terbawa – bawa.
Tertawa – tawa.
Tersedu – sedu.
o
Akar berkonfiks se – nya
direduplikasikan hanya akarnya saja. Misalnya :
Secepat – cepatnya.
Sebaik – baiknya.
o
Akar berkonfiks ke – an
direduplikasikan hanya akarnya saja. Misalnya :
Keragu – raguan.
Kebiru – biruan.
o
Akar berinfiks ( - em, - el, - er,
-m- ) direduplikasikan sekaligus dalam pengimbuhan infiks dan proses
reduplikasi. Misalnya :
Tali – temali.
Sinar – seminar.
c.
Reduplikasi
Kompositum. Reduplikasi
kompositum/gabungan kata/kata majemuk secara umum dapat dibedakan atas ( a ) yang kedua
unsurnya sederajat, seperti tua muda, ayam itik, dan tikar bantal; dan ( b ) yang kedua
unsurnya tidak sederajat seperti rumah sakit, surat kabar, dan keras kepala.
Reduplikasi terhadap dasar kompositum dilakukan dalam dua cara:
·
Reduplikasi
secara utuh dilakukan terhadap yang kedua unsurnya sederajat
dan dilakukan
terhadap yang kedua unsurnya tidak sederajat tetapi memiliki makna idiomatikal. Contoh:
- ayam
itik-ayam itik
- kasur
bantal-kasur bantal
- tua muda-tua
muda
Bentuk-bentuk
diatas direduplikasikan secara utuh karena kedua unsurnya membentuk satu
kesatuan makna.
·
Reduplikasi
secara sebagian dilakukan terhadap kompositum yang kedua unsurnya tidak
sederajat dan tidak bermakna idiomatikal. Contoh:
- surat-surat
kabar
- rumah-rumah sakit
- buku-buku
agama
Bentuk-bentuk
di atas diulang hanya sebagian karena kedua unsurnya tidak memiliki makna
idiomatikal. Kedua unsurnya membangun makna gramatikal. Ada tiga catatan yang
perlu diperhatikan, yaitu:
Pertama, dalam tata bahasa tradisional gabungan kata harus
direduplikasikan secara utuh karena dianggap sebagai sebuah kata.
Kedua, gabungan kata yang kedua unsurnya tidak sederajat dan
tidak bermakna idiomatikal, boleh saja direduplikasikan sebagian karena ada
kaidah yang membolehkan dilakukan hanya sebagian.
Ketiga, sesungguhnya bentuk-bentuk kompositum tidak perlu
direduplikasikan kalau hanya bertujuan mendapatkan makna plural. Untuk
keperluan itu lebih baik menggunakan adverbia yang menyatakan plural, seperti
semua, banyak, beberapa, sejumlah, dan sebagainya.
Contoh: banyak rumah sakit, beberapa
surat kabar, semua jemaah haji
Catatan:
Selain yang
dibicarakan di atas masih ada satu macam reduplikasi yang tidak produktif
tetapi lazim dibicarakan orang. Reduplikasi itu adalah reduplikasi yang dilakukan
tiga kali disertai perubahan bunyi. Contoh: dar-der-dor, cas-cis-cus,
dag-dig-dug ( Chaer, 2008 : 189 – 191 ).
5.
Reduplikasi Dasar Nomina
Reduplikasi dasar nomina, secara
morfologis nomina dapat berbentuk akar. Dasar nomina bila direduplikasikan antara
lain, akan melahirkan makna gramatikal yang menyatakan :
-
Banyak
-
Banyak dan bermacam – macam
-
Banyak dengan ukuran tertentu
-
Menyerupai atau seperti
-
Saat atau waktu
Bentuk dasar dan bentuk reduplikasi
yang melahirkan makna gramatikal :
a.
Dasar nomina baik berupa akar,
bentuk berprefiks pe -, prefiks ke -, konfiks pe – an, konfiks per – an,
konfiks ke – an, sufiks – an, dan berupa gabungan kata apabila direduplikasikan
akan memiliki makna gramatikal ‘ banyak ‘ kalau memiliki komponen makna ( +
terhitung ). Misalnya :
ð
Peraturan – peraturan daerah itu
harus ditinjau lagi.
b.
Dasar nomina khususnya dalam bentuk
akar bila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘ banyak dan bermacam
– macam ‘ apabila memiliki komponen makna ( + berjenis ). Misalnya :
ð
Indonesia akan mengirim obat –
obatan ke Libanon.
c.
Dasar nomina khususnya dalam bentuk
dasar direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘ banyak dengan satuan
ukuran tertentu ‘ apabila memiliki komponen makna ( + ukuran ) atau ( + takaran
). Misalnya :
ð
Kami sudah berhari – hari belum
makan.
d.
Dasar nomina khususnya dalam bentuk
akar bila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘ menyerupai ‘ atau ‘
seperti ‘apabila memiliki komponen makna ( + bentuk tertentu ) atau ( + sifat
tertentu ). Misalnya :
ð
Adik menangis minta dibelikan mobil
– mobilan.
e.
Dasar nomina khususnya dalam bentuk
akar bila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘ saat ‘ atau ‘ waktu
‘apabila memiliki komponen makna ( + saat ). Misalnya :
ð
Pagi – pagi sekali dia sudah pergi
bekerja.
6.
Reduplikasi Dasar Verba
Reduplikasi dasar verba, makna
gramatikal yang dapat dihasilkan dalam proses reduplikasi terhadap dasar verba
ini :
-
Kejadian berulang kali
-
Kejadian berintensitas
-
Kejadian berbalasan
-
Dilakukan tanpa tujuan ( dasar )
-
Hal tindakan
-
Begitu ( dasar )
Bentuk dasar dan makna reduplikasi
yang terjadi pada dasar verba ini :
a.
Dasar verba apabila direduplikasikan
akan memiliki makna gramatikal ‘ kejadian berulang kali ‘ apabila dasar itu
memiliki komponen makna ( + tindakan ) dan ( - durasi ). Misalnya :
ð
Dari tadi beliau marah – marah
terus.
b.
Dasar verba apabila direduplikasikan
akan memiliki makna gramatikal ‘ Kejadian berintensitas ‘ apabila dasar itu
memiliki komponen makna ( + tindakan ) dan ( + durasi ). Misalnya :
ð
Mereka berlari – lari di halaman
sekolah.
c.
Dasar verba apabila direduplikasikan
akan memiliki makna gramatikal ‘ berbalasan ‘ apabila dasar itu memiliki
komponen makna ( + tindakan ) dan ( - durasi ) serta dalam bentuk berprefiks me
– regresif. Misalnya :
ð
Kita tidak boleh salah – menyalahkan
dulu.
d.
Dasar verba apabila direduplikasikan
akan memiliki makna gramatikal ‘ dilakukan tanpa tujuan ( dasar ) ‘ apabila
dasar itu memiliki komponen makna ( + tindakan ) dan ( + durasi ). Misalnya :
ð
Mari kita duduk – duduk di taman
depan.
e.
Dasar verba apabila direduplikasikan
akan memiliki makna gramatikal ‘ hal me…… ‘ apabila dasar itu memiliki komponen
makna ( + tindakan ) dan ( + durasi ) serta dalam bentuk reduplikasi berprefiks
me – regresif. Misalnya :
ð
Menerima pekerjaan ketik – mengetik.
f.
Dasar verba apabila direduplikasikan
akan memiliki makna gramatikal ‘ begitu ( dasar ) ‘ apabila dasar itu
memiliki komponen makna ( + tindakan ) dan ( + saat ). Misalnya :
ð
Saya tidak sadar, tahu – tahu dia
sudah berada didepanku.
7.
Reduplikasi Dasar Ajektifa
Reduplikasi dasar ajektifa, makna
gramatikal yang dapat dihasilkan dalam proses reduplikasi terhadap dasar
ajektifa ini :
-
Banyak yang ( dasar )
-
Se ( dasar ) mungkin
-
Hanya yang ( dasar )
-
Sedikit bersifat ( dasar )
-
Meskipun ( dasar )
-
Semua ( dasar ) dengan
-
Intensitas
Bentuk
reduplikasi dan makna gramatikal yang terjadi pada dasar ajektifa ini :
a.
Dasar ajektifa apabila
direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal ‘ banyak yang dasar ‘ jika
bentuk dasar memiliki komponen makna ( + keadaan ) dan ( + ukuran ). Misalnya :
ð
Pohon – pohon di hutan itu besar –
besar.
b.
Dasar ajektifa apabila
direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal ‘ se ( dasar ) mungkin ‘
jika bentuk dasar memiliki komponen makna ( + keadaan ) dan ( + ukuran ). Misalnya
:
ð
Buang jauh – jauh pikiran seperti
itu.
c.
Dasar ajektifa apabila
direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal ‘ hanya yang ( dasar ) ‘
jika bentuk dasar memiliki komponen makna ( + keadaan ) dan ( + ukuran ).
Misalnya :
ð
Kumpulkan buah itu yang besar –
besar saja.
d.
Dasar ajektifa apabila
direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal ‘ sedikit bersifat ( dasar
) ‘ jika bentuk dasar memiliki komponen makna ( + keadaan ) dan ( + warna ).
Misalnya :
ð
Dari jauh air laut tampak kebiru –
biruan.
e.
Dasar ajektifa apabila
direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal ‘ meskipun ( dasar ) ‘ jika
bentuk dasar memiliki komponen makna ( + keadaan ) dan ( + sikap ). Misalnya :
ð
Kecil – kecil berani dia melawan
preman itu.
f.
Dasar ajektifa apabila direduplikasikan
akan menghasilkan makna gramatikal ‘ sama ( dasar ) dengan ‘ jika bentuk dasar
memiliki komponen makna ( + keadaan ) dan ( + ukuran ). Misalnya :
ð
Nyamuk di situ segede – gede lalat
hijau.
g.
Dasar ajektifa apabila
direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal ‘ intensitas ‘ jika bentuk
dasar memiliki komponen makna ( + keadaan ) dan ( + ukuran ). Misalnya :
ð
Janganlah kamu melemah – lemahkan
semangat dia.
8.
Reduplikasi Dasar Kelas Tertutup
Yang termasuk kelas tertutup adalah
kata – kata yang termasuk dalam kelas adverbia, pronomina, numeralia,
konjungsi, artikulus, dan interjeksi. Kata – kata yang termasuk dalam kelas
tertutup ini pun ada yang mengalami proses reduplikasi :
a.
Reduplikasi dasar adverbia negasi
Kosakata adverbia negasi adalah bukan,
tidak, tak, dan tiada. Yang terlibat dalam proses reduplikasi hanyalah bukan
dan tidak, bentuk tak dan tiada tidak terlibat dalam proses itu. Misalnya :
ð
Di sini kamu jangan bicara yang
bukan – bukan.
ð
Anak itu selalu menangis meminta
yang tidsak – tidak.
b.
Reduplikasi dasar adverbia larangan
Kosakata adverbia larangan adalah
jangan dan tidak boleh. Yang berkenaan dengan reduplikasi hanyalah akar jangan
seperti tampak dalam kalimat :
ð
Mari kita segera pulang, jangan –
jangan ayah sudah di rumah.
ð
Hari ini dia tidak masuk sekolah,
kemarin dia juga tidak masuk sekolah, jangan – jangan dia sakit.
c.
Reduplikasi dasar adverbia kala
Kosakata adverbia kala adalah kata –
kata sudah dan telah untuk menyatakan kata lampau ; sedang, tengah, dan lagi
untuk menyatakan kala kini ; akan dan mau untuk menyatakan kala yang akan
datang. Sebagai adverbia kala yang terlibat dalam proses reduplikasi sudah dan
akan, seperti tampak dalam kalimat :
ð
Kalau mengingat yang sudah – sudah
kami memang kasihan kepadanya.
d.
Reduplikasi dasar adverbia keharusan
Kosakata adverbia keharusan adalah
barangkali, kali, dan mungkin yang menyatakan kemungkinan ; mesti, harus, dan
wajib yang menyatakan keharusan ; mau, ingin, dan hendak yang menyatakan
keinginan ; dan boleh yang menyatakan kebolehan. Sebagai adverbia keharusan
yang terlibat dalam reduplikasi hanyalah kali, mau, dan boleh. Seperti pada
kalimat :
ð
Jangan bekerja semau – maunya saja.
e.
Reduplikasi dasar adverbia jumlah
Kosakata adverbia jumlah ada banyak,
sedikit, lebih, kurang, dan cukup. Semuanya terlibat dalam proses reduplikasi.
Seperti pada kalimat berikut :
ð
Beri dia minum sedikit – sedikit.
ð
Kami dapat membantu sebanyak –
banyaknya.
f.
Reduplikasi dasar adverbia taraf
Kosakata adverbia taraf adalah agak,
sangat, amat, sekali, sedang, kurang, dan paling. Yang terlibat dalam proses
reduplikasi hanyalah agak dan paling. Seperti dalam kalimat berikut :
ð
Harus dihitung yang benar, jangan
mengagak – agak saja.
ð
Harganya paling – paling seribu
rupiah.
g.
Reduplikasi dasar adverbia frekuensi
Kosakata adverbia frekuensi adalah
sekali, jarang, sering, dan lagi. Semuanya terlibat dalam proses reduplikasi.
Seperti dalam kalimat :
ð
Sekali – sekali dia datang juga ke
sini.
ð
Sering – seringlah kau singgah di
situ.
h.
Reduplikasi dasar numeralia
Kosakata numeralia yang terlibat
dalam reduplikasi adalah nama – nama bilangan bulat juga bilangan seperti
sepertiga, setengah, seperempat, dan sebagainya. Contoh :
ð
Anak – anak itu dibariskan dua –
dua.
ð
Mereka diberi uang seratus –
seratus.
i.
Reduplikasi dasar konjungsi
koordinatif
Kosakata konjungsi koordinatif
adalah dan yang menyatakan ‘ gabungan ‘ ; serta yang menyatakan ‘ kesertaan ‘ ;
tetapi, namun dan melainkan yang menyatakan ‘ kebalikan ‘ ; bahkan dan malah (
an ) yang menyatakan ‘ penguatan ‘ ; kemudian, setelah, sesudah, dan lalu yang
menyatakan ‘ hubungan waktu ‘. Semuanya tidak ada yang terlibat dalam proses
reduplikasi. Memang ada bentuk lalu – lalu seperti :
ð
Kita tidak perlu mengingat lagi
kejadian yang lalu –lalu.
j.
Reduplikasi dasar konjungsi
subordinatif
Kosakata konjungsi subordinatif
adalah karena, sebab, asal, dan lantaran yang menyatakan ‘ sebab ‘ ; kalau,
jika, jikalau, andai, andaikata, dan seandainya yang menyatakan ‘ persyaratan ‘
; meski ( pun ), biar ( pun ), walau ( pun ), kendati ( pun ) yang menyatakan ‘
penguatan ‘ ; hingga, sehingga, dan sampai yang menyatakan ‘ batas ‘ ; dan
kecuali yang menyatakan ‘ perkecualian ‘. Namun yang terlibat dalam proses
reduplikasi hanyalah kalau, andai, dan sampai. Seperti dalam kalimat :
ð
Mari kita ke kebun, kalau – kalau
ada durian jatuh.
ð
Kami Cuma berandai – andai, tidak
memikirkan yang sebenarnya.
Selamat malam saya mau tanya sumber referensi dari materi ini dari buku mana yaa?
BalasHapusHalo
BalasHapusmakasih banyak kak
BalasHapusada tutor youtube ga buat tampilan blog unik kek gini