Rabu, 05 Oktober 2016

MORFOFONEMIK



Pengertian Morfofonemik.
Morfofonemik adalah cabang linguistik yang mempelajari perubahan bunyi diakibatkan adanya pengelompokkan morfem. Berikut pendapat dari beberpa para ahli mengenai morfofonemik;
a.       Nelson francis (1958) menyatakan bahwa morfofonemik mempelajari variasi-variasi yang tampak pada struktur fonemik alomorf-alomorf sebagai akibat pengelompokkan menjadi kata.
b.      Samsuri (1982:28) bahwa morfofonemik merupakan studi tentang perubahan-perubahan fonem yang disebabkan hubungan dua morfem atau lebih serta pemberian tanda-tandanya.
c.       Ramlan, morfofonemik sebagai perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem dengan morfem lain.
Dalam buku Chaer Morfologi Bahasa Indonesia halaman 43, Morfofonemik ( disebut juga morfonologi atau morfofonologi ) adalah kajian mengenai terjadinya perubahan bunyi atau perubahan fonem sebagai akibat dari adanya proses morfologi, baik proses afiksasi, proses reduplikasi, maupun proses komposisi. Umpamanya, dalam proses pengimbuhan sufiks – an pada dasar hari akan muncuk bunyi [ y ], yang dalam ortografi tidak dituliskan, tetapi dalam ucapan dituliskan. Contoh :
Hari + an → [ hariyan ].
Contoh lain, dalam proses pengimbuhan sufiks – an pada dasar jawab akan terjadi pergeseran letak bunyi [ b ] kebelakang membentuk suku kata baru.
Ja. Wab + an → [ ja. wa. ban ].
A.     Jenis Perubahan.
Menurut Ramlan membagi proses morfofonemik menjadi tiga macam yaitu:
1.      Proses perubahan fonem.
Proses perubahan fonem, misalnya terjadi sebagai akibat pertemuan morfem meN- dan peN- dengan bentuk dasarnya.fonem /m/ pada kedua morfem tersebut berubah menjadi /m, n, ny, ng/ sehingga morfem meN-  berubah menjadi mem-, men-, meny-, dan meng- sementara morfem peN- berubah menjadi pem-, pen-, peny-, peng-. Perubahan-perubahan tersebut tergantumg pada kondisi bentuk dasar yang mengikutinya. Kaidah-kaidah perubahannya dapat berikhtisar sebagai berikut:
·         Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- berubah menjadi /m/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /p, b, f/. Misalnya:   
§  meN- + paksa: memaksa.
§  peN- + periksa: memeriksa.
§  meN- + batik: membatik.
§  peN- + buru: pemburu.
§  meN- + fitnah: memfitnah.
§  peN- + fitnah: pemfitnah
·         Fonem /N/ pada meN- dan peN- berubah menjadi fonem /n/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /t, d, s/. fonem /s/ di sini hanya khusus bagi beberapa bentuk dasar yang berasal dari bahasa asing yang masih mempertahankan keasingannya.
Misalnya:   
§  meN- + tulis: menulis.
§  meN- + duga: menduga.
§  maN- + sukseskan: mensukseskan.
§  peN- + tulis: penulis.
§  peN- + datang: pendatang.
§  peN- + support: pensupport
·         Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- berubah menjadi // apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /s/ dalam penulisannya tidak dihadirkan, tetapi hanya hadir apabila diucapkan. Misalnya :
§  maN- + sapu: menyapu.
§  peN- +  cukur: pencukur
·         Fonem /N/ pada meN- dan peN- berubah menjadi /y/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /k, g, x, h, dan vocal/. Misalnya:   
§  meN- + kacau: mengacau.
§  meN- + gertak: menggertak.
§  meN- + hisap: menhisap.
§  peN- + urus: pengurus.
Pada kata mengebom, mengecat, mengelas, juga terdapat proses moefofonemik yang berupa perubahan, yaitu fonem /N/ menjadi /Y/.
2.      Proses penambahan fonem.
Proses penambahan fonem terjadi akibat pertemuan morfem meN- dan peN- dengan bentuk dasarnya yang terdiri dari satu suku. Fonem penambahnya adalah /?/, sehingga meN- berubah menjadi menge- dan peN- berubah menjadi penge-. Misalnya:   
§  meN- + bom: mengebom.
§  meN- + las: mengelas.
§  meN- + bur: mengebur.
§  peN- + bom: pengebom.
§  peN- + las: pengelas.
§  peN- + bur: pengebur.
3.      Proses hilangnya fonem.
Proses hilangnya fonem /N/ pada meN- dan peN- terjadi sebagai akibat pertemuan morfem meN- dan peN- dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /l, r, y, w, dan nasal/. Misalnya:   
§  meN- + lerai: melerai.
§  meN- + ramalkan: meramalkan.
§  meN- + yakinkan: meyakinkan.
§  meN- + wakili: mewakili.
§  meN- + nyanyi: menyanyi.
§  peN- + lerai: pelerai.
§  peN- + ramal: peramal.
§  peN- + warna: pewarna.
§  peN- + nyanyi: penyanyi.
Fonem /r/ pada morfem ber-, per-, dan ter- hilang sebagai akibat pertemuan morfem-morfem itu berawal dengan fonem /r/ dan bentuk dasar yang suku pertamanya berakhir dengan /r/.
Misalnya:   
§  ber- + rapat: berapat.
§  ber- + kerja: bekerja.
§  ber- + serta: beserta.
§  per- + ragakan: peragakan.
§  ter- + rasa: terasa.
Fonem-fonem /p, t, s, k/ pada awal morfem hilang sebagai akibat pertemuan morfem men- dan pen- dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem-fonem itu.
Misalnya:   
§  meN- + paksa: memaksa.
§  meN- + tulis: menulis.
§  meN- + sapu: menyapu.
§  meN- + karang: mengarang.
§  peN- + paksa: pemaksa.
§  peN- + tulis: penulis.
§  peN- + sapu: penyapu.
Pada kata memperagakan dan mentertawakan fonem /p/ dan /t/ yang merupakan fonem awal bentuk dasar kata itu tidak hilang karena fonem-fonem itu merupakan fonem awal afiks, yaitu per- dan ter-. Demikian juga pada kata-kata menterjemahkan, mensupplay, mengkoordinir, penterjemah, pensurvey, fonem-fonem / t, s, k/ yang merupakan fonem awal bentuk dasar kata itu berasal dari bahasa asing yang masih mempertahankan keasingannya.
Menurut Chaer Morfologi Bahasa Indonesia halaman 43, dalam bahasa Indonesia ada beberapa jenis perubahan fonem berkenaan dengan proses morfologi ini. Di antaranya adalah proses :
1.      Pemunculan fonem, yakni munculnya fonem ( bunyi ) dalam proses morfologi yang pada mulanya tidak ada. Contoh :
Me - + baca → membaca.
Contoh lain, dalam proses pengimbuhan sufiks – an pada dasar hari akan muncul bunyi semi vokal [ y ]. Contoh :
Hari + - an → hariyan.
2.      Pelepasan fonem, yakni hilangnya fonem dalam suatu proses morfologi atau pelepasan salah satu fonem yang sama. Contoh :
Ber - + renang → berenang.
Sejarah + - wan → sejarawan.
Anak + - nda → ananda .
3.      Peluluhan fonem, yakni luluhnya sebuah fonem serta disenyawakan dengan fonem lain dalam suatu proses morfologi. Contoh dalam pengimbuhan prefiks me – pada dasar sikat, maka fonem / s/ pada kata sikat itu diluluhkan dan disenyawakan dengan fonem nasal / ny / yang ada pada prefiks me – itu. Juga terjadi pada proses pengimbuhan prefiks pe - . peluluhan fonem ini tampaknya terjadi pada proses pengimbuhan prefiks me – dan prefiks pe – pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan / s / lainnya tidak ada.
Me - + sikat → menyikat.
Pe - + sikat → penyikat.
4.      Perubahan fonem, yakni berubahnya sebuah fonem atau sebuah bunyi, sebagai akibat terjadinya proses morfologi. Dalam pengimbuhan prefiks ber- pada dasar ajar terjadi perubahan bunyi, dimana fonem / r / berubah menjadi fonem / l / dan dalam pengimbuhan prefiks ter- pada dasar anjur terjadi perubahan fonem, dimana fonem / r / berubah menjadi fonem / l /.
Ber - + ajar → belajar.
Ter - + anjur → terlanjur.
5.      Pergeseran fonem, yakni berubahnya posisi sebuah fonem dari satu suku kata ke dalam suku kata yang lain. Contoh :
Lompat + i → melompati.
Ja. wab + - an → ja. wa. ban.
Ma. kan + - an → ma. ka. nan.
mi. num + - an → mi. nu. man.
B.     Morfofonemik Pembentukan Kata Bahasa Indonesia.
Menurut Chaer Morfologi Bahasa Indonesia halaman 46 – 55, morfofonemik pembentukan kata Bahasa Indonesia dibagi menjadi :
1.      Prefiksasi ber - .
Morfofonemik dalam proses pengimbuhan prefiks ber – berupa :
·         Pelepasan fonem / r / pada prefiks ber- itu terjadi apabila bentuk dasar yang diimbuhi mulai dengan fonem / r /, atau suku pertama bentuk dasarnya berbunyi [ er ]. Contoh :
Ber - + renang → berenang.
Ber - + racun → beracun.
Ber - + kerja → bekerja.
·         Perubahan fonem / r / pada prefiks ber – menjadi fonem / l / terjadi bila bentuk dasarnya ajar, tidak ada contoh lain.
Ber - + ajar → belajar.
·         Pengekalan fonem / r / pada prefiks ber – tetap / r /. Contoh :
Ber - + obat → berobat.
Ber - + korban → berkorban.
Ber - + lari → berlari.
2.      Prefiksasi me –
Morfofonemik dalam proses pengimbuhan prefiks me - berupa :
·         Pengekalan fonem. Contoh :
Me - + rawat → merawat.
Me - + lirik → melirik.
Me - + nyanyi → menyanyi.
Me - + makan → memakan.
·         Penambah fonem, yakni penambah fonem nasal / m, n, ng, dan nge /. Penambahan fonem nasal / m / terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan / b / dan / f /. Contoh :
Me - + baca → membaca.
Me - + buru → memburu.
Me - + fitnah → memfitnah.
Me - + fokus → memfokus.
Penambahan fonem nasal / n / terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan / d /. Contoh :
Me - + dengar → mendengar.
Me - + duga → menduga.
Me - + dapat → mendapat.
Penambahan fonem nasal / ng / terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan / g, h, kh, a, i, u, e, dan o /. Contoh :
Me - + hina → menghina.
Me - + gila → menggila.
Me - + khayal → mengkhayal.
Me - + ambil → mengambil.
Me - + inap → menginap.
Me - + usir → mengusir.
Me - + ekor → mengekor.
Me - + omel → mengomel.
Penambahan fonem nasal / nge / terjadi apabila bentuk dasarnya hanya terdiri dari satu kata. Contoh :
Me - + bom → mengebom.
Me - + cat → mengecat.
Me - + lap → mengelap.
·         Peluluhan fonem terjadi apabila prefiks me – diimbuhkan pada kata dasar yang dimulai dengan konsonan bersuara / k, t, s, p /. Contoh :
Me - + kirim → mengirim.
Me - + tolong → menolong.
Me - + susut → menyusut.
Me - + potong → memotong.
3.      Prefiksasi pe – dan konfiksasi pe – an.
Morfofonemik dalam proses pengimbuhan prefiksasi pe – dan konfiksasi pe – an berupa :
·         Pengekalan fonem, yakni tidak ada perubahan fonem, dapat terjadi apabila bentuk dasarnya diawali dengan konsonan / r, l, y, m, n, ng, ny /. Contoh :
Pe - + latih → pelatih.
Pe - + rawat → perawat.
Pe - + yakin → peyakin.
Pe - + waris → pewaris.
Pe - + manfaat → pemanfaat.
Pe - + nanti → penanti.
Pe - + nganga → penganga.
Pe - + nyanyi → penyanyi.
·         Penambahan fonem, yakni penambahan fonem nasal / m, n, ng, dan nge / antara prefiks dan bentuk dasar. Contoh :
Pe - + bina → Pembina.
Pe - + duga → penduga.
Pe - + hambat → penghambat.
Pe - + cat → pengecat.
·         Peluluhan fonem, yakni apabila prefiks pe – ( pe – an ) diimbuhkan pada bentuk dasar yang diawali dengan konsonan bersuara / k, t, s, p /. Contoh :
Pe - + saring → penyaring.
Pe - + kirim → pengirim.
Pe - + pilih → pemilih.
Pe - + tulis → penulis.
4.      Prefiksasi per – dan konfiksasi per – an.
Morfofonemik dalam proses pengimbuhan prefiksasi per – dan konfiksasi per – an berupa:
·         Pelepasan fonem / r / terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem / r /, atau suku pertamanya / er /. Contoh :
Per - + rendah → perendah.
Per - + ternak → peternak.
Per - + kerja → pekerja.
·         Perubahan fonem / r / menjadi / l / terjadi apabila bentuk dasarnya berupa kata ajar.
Per - + ajar → pelajar.
·         Pengekalan fonem / r / terjadi apabila bentuk dasarnya bukan yang disebutkan pada di atas. Contoh :
Per - + kecil → perkecil.
Per - + lambat → perlambat.
Per - + tegas → pertegas.
5.      Sufiksasi – an.
Morfofonemik dalam proses pengimbuhan sufiksasi – an berupa :
·         Pemunculan fonem, ada 3 macam fonem yang dimunculkan dalam pengimbuhan ini. Pemunculan fonem / y / dapat terjadi apabila sufiks – an diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhir dengan vocal / i /. Pemunculan fonem / w / dapat terjadi apabila sufiks – an diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhir dengan vocal / u /. Pemunculan fonem glotal / ? / dapat terjadi apabila sufiks – an diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhir dengan vocal / a /. Contoh :
Temu + - an → temuwan.
Tari + - an → tariyan.
( ber - ) sama + - an → bersama?an.
·         Pergeseran fonem terjadi apabila sufiks – an itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhir dengan sebuah konsonan. Konsonan tersebut bergeser membentuk suku kata baru dengan sufiks – an tersebut. Contoh :
Jawab + - an → ja. wa. ban.
Kenang + - an → ke. na. ngan.
6.      Prefiksasi ter -.
Morfofonemik dalam proses pengimbuhan sufiksasi ter – berupa :
·         Pelepasan fonem dapat terjadi apabila prefiks ter – diimbuhkan pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan / r /. Contoh :
Ter - + rasa → terasa.
Ter - + rebut → terebut.
·         Perubahan fonem / r / pada prefiks ter – menjadi fonem / l / terjadi apabila prefiks ter – diimbuhkan pada bentuk dasar anjur.
Ter - + anjur → terlanjur.
·         Pengekalan fonem / r / pada prefiks ter – tetap menjadi / r / apabila prefiks ter – diimbuhkan pada bentuk dasar yang bukan disebutkan pada di atas. Contoh :
Ter - + dengar → terdengar.
Ter - + jauh → terjauh.
Ter - + lempar → terlempar.
C.     Bentuk Bernasal dan Tak Bernasal.
Menurut Chaer Morfologi Bahasa Indonesia halaman 56 – 62, bentuk bernasal dan tak bernasal dibagi menjadi :
1.      Kaitan dengan tipe verba.
Dalam bahasa Indonesia ada 4 macam tipe verba dalam kaitannya dengan proses nasalisasi yaitu :
a.       Verba berprefiks me -.
b.      Verba berprefiks me – dengan pangkal per -, per – kan, dan per – l.
c.       Verba berprefiks ber-.
d.      Verba dasar ( tanpa afiks apapun ).
Dalam proses pengimbuhan afiks me -, me – kan, dan me – i akan terjadi :
·         Nasal tidak akan muncul bila bentuk dasarnya mulai dengan fonem / l, r, w, y, m, n, ny, atau ng /. Contoh :
Meloncat, peloncat, peloncatan.
Merawat, perawat, perawatan.
·         Akan muncul nasal / m / bila bentuk dasarnya mulai dengan fonem / b, p, dan f /. Contoh :
Membina, Pembina, pembinaan.
Memilih, pemilih, pemilihan.
·         Akan muncul nasal / n / bila bentuk dasarnya mulai dengan fonem / d, atau t /. Contoh:
Mendengar, pendengar, pendengaran.
Mendapat, pendapat, pendapatan.
·         Akan muncul nasal / ny / bila bentuk dasarnya mulai dengan fonem / s, c, dan j /. Contoh :
Menyambut, penyambut, penyambutan.
Menyakiti, penyakit, penyakitan.
·         Akan muncul nasal / ng / bila bentuk dasarnya diawali dengan fonem / k, g, h, kh, a, i, u, e, atau o /. Contoh :
Mengirim, pengirim, pengiriman.
Menghina, penghina, penghinaan.
·         Akan muncul nasal / nge - / apabila bentuk dasarnya berupa kata ekasuku. Contoh :
Mengetik, pengetik, pengetikan.
Mengebom, pengebom, pengeboman.
2.      Kaitan dengan upaya pembentukan istilah.
Dalam peristilahan olahraga sudah ada istilah petinju sebagai suatu profesi yang berbeda dengan bentuk peninju yang bukan menyatakan profesi. Berdasarkan bentuk petinju dibuatlah istilah – istilah dalam bidang olahraga seperti petembak ( bukan penembak ), petenis ( bukan penenis ), pegolf ( bukan penggolf ), dll. Dalam bidang sosial sudah lama ada bentuk pesuruh dan penyuruh dengan makna yang berbeda.pesuruh bermakna yang di( suruh ), sedangkan penyuruh bermakna yang me( nyuruh ).
3.      Kaitan dengan upaya semantik.
Untuk memberi makna tertentu bentuk yang seharusnya tidak bernasal diberi nasal. Umpamanya, bentuk mengkaji dalam arti meneliti dibedakan dengan bentuk mengaji yang berarti membaca Al – quran. Sementara itu tanpa perbedaan semantik pasangan kata dengan peluluhan fonem awal bentuk dasar dan tanpa peluluhan lazim digunakan orang secara bersaingan. Contoh :
Mensukseskan → menyukseskan.
Mengkombinasikan → mengombinasikan.
Mempopulerkan → memopulerkan.
Menterjemahkan → menerjemahkan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar